Laman

Tampilkan postingan dengan label Kitabul Jami'. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kitabul Jami'. Tampilkan semua postingan

Hak Sesama Muslim (bagian 1)

Hak Sesama Muslim (bagian 1)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 23 Muharram 1438 H / 24 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bulūghul Marām
🔊 Hadits ke-1 | Hak Sesama Muslim (bagian 1)
~~~~~~~~~~~~~

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذاَ مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذاَ مَاتَ فَاتْـبَعْهُ." رَوَاهُ مُسلِمٌ.

Dari Abū Hurairah Radhiyallāhu 'anhu ia berkata: Rasūlullāh Salallāhu 'Alayhi Wa sallam bersabda:  “Hak seorang Muslim terhadap sesama Muslim itu ada 6:
⑴ Jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam.
⑵ Jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya.
⑶ Jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat.
⑷ Jika ia bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillāh’ maka do‘akanlah ia dengan ‘Yarhamukallāh’.
⑸ Jika ia sakit maka jenguklah.
⑹ Dan jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.”

(HR Imam Muslim nomor 4023, versi Syarh Muslim nomor 2162)
➖➖➖➖➖➖➖

HAK SESAMA MUSLIM (BAGIAN 1)

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

■ MUQADDIMAH

Para ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Kita akan memasuki pembahasan Kitābul Jāmi' yaitu sebuah kitab yang ditulis oleh Al Hāfizh Ibnu Hajar rahimahullāh yang beliau letakkan di akhir pembahasan dari Kitab Bulūghul Marām Min Adillatil Ahkām.

Kita tahu bahwasanya Kitab Bulūghul Marām Min Adillatil Ahkām adalah kitab yang mengumpulkan hadits-hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang fiqih, mulai dari Bab Thahārah, Bab Shalat, Bab Haji, Bab Zakat, Bab Jihad dan seluruhnya.

Namun yang menakjubkan dari Al Hāfizh Ibnu Hajar, di ujung Kitab Bulūghul Marām, beliau meletakkan Kitābul Jāmi'.

Dan Kitābul Jāmi' ini tidak ada hubungannya dengan masalah fiqih, tapi dia lebih cenderung berhubungan dengan masalah adab, akhlaq; tentang akhlaq yang baik, akhlaq yang buruk yang harus dijauhi, dzikir dan do'a.

Wallāhu a'lam, seakan-akan Al Hāfizh Ibnu Hajar ingin mengingatkan kepada kita bahwasanya jika seorang telah menguasai bab-bab ilmu, telah menguasai masalah-masalah fiqih maka hendaknya dia beradab dan dia memiliki akhlaq yang mulia.

Karenanya di akhir kitab Bulūghul Marām, beliau meletakkan sebuah kitab yang beliau namakan Kitābul Jāmi'.

• KITĀBUL JĀMI' •

Al jāmi' (الجامع) dalam bahasa arab artinya yang mengumpulkan atau yang mencakup.

Dikatakan Kitābul Jāmi', kenapa?

Karena kitab ini mencakup 6 bab yang berkaitan dengan akhlaq, sebagaimana yang tadi kita sebutkan.

Bab Pertama | Bab Al Ādab

• Bab Kedua | Bab Al Birr Wa Shilah
⇒ Bab tentang bagaimana berbuat baik dan bagaimana bersilaturahmi.

• Bab Ketiga | Bāb Al Zuhd wa Al Wara'
⇒ Bab tentang zuhud dan sifat wara'.

• Bab Keempat | Bāb At Tarhīb Min Masāwiil Akhlāq
⇒ Bab tentang yang memperingatkan tentang akhlaq-akhlaq yang buruk.

• Bab Kelima | Bāb At Targhīb Min Makārimil Akhlāq
⇒ Bab tentang motivasi untuk memiliki akhlaq yang mulia.

• Bab Keenam | Bāb Adz Dzikir Wa Ad Du'ā
⇒ Bab tentang dzikir dan do'a.

Maka disebut dengan Kitābul Jāmi' karena di dalam kitab ini mencakup 6 bab.

■ BAB PERTAMA | BĀB AL ĀDAB ■

Kita masuk bab yang pertama, yaitu Bābul Ādab (bab tentang adab).

⇒ Yaitu maksudnya adalah bab ini mencakup hadits-hadits yang menjelaskan tentang adab-adab di dalam Islam yang seorang muslim hendaknya berhias dengan akhlaq (perangai-perangai) yang mulia tersebut.

● Hadits Pertama

Dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu :

قَالَ رَسُولُ اَللهِ صلى الله عليه وسلم : حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ

Dari Abū Hurairah Radhiyallāhu anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

“Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada 6: 

⑴ Jika kamu bertemudengannya maka ucapkanlah salam
⑵ Jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya.
⑶ Jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat.
⑷ Jika ia bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillāh’ maka do‘akanlah ia dengan ‘Yarhamukallāh’
⑸ Jika ia sakit maka jenguklah.
⑹ Jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.”

(HR Imam Muslim nomor 4023, versi Syarh Muslim nomor 2162)

Ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Disini kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, hak muslim seorang atas muslim ada 6.

Tentunya, bilangan 6 ini bukanlah sesuatu yang tanpa batasan.

⇒ Artinya 6 ini hanya menunjukkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan secara khusus namun bukan berarti tidak ada hak-hak yang lain.

Dalam istilah ahlul 'ilmi (ulama) yaitu:

◆ Bahwasanya bilangan tidak ada mafhum mukhalafahnya.

Jadi 6 ini hanya sekedar menunjukkan perhatian Nabi terhadap 6 perkara, bukan berarti tidak ada hak-hak yang lainnya.

Dan maksud hak disini adalah perkara yang hendaknya tidak ditinggalkan; bisa perkara yang wajib, bisa perkara mustahab yang sangat ditekankan.

Di dalam hadits ini mengumpulkan 6 hak.

■ HAK PERTAMA

Jika engkau bertemu seorang muslim maka berilah salam kepada dia.

Tentu di antara amalan yang sangat mulia adalah memberi salam. Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

"Kalian tidak akan masuk surga kecuali kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai.

Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang suatu perkara jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai? 

Yaitu *sebarkanlah salam di antara kalian*".
(HR Muslim nomor 81, versi Syarh Muslim nomor 54)

Oleh karenanya diantaranya afdhalul 'amal (amalan yang paling mulia) kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, yaitu memberi makan kepada fakir miskin, kemudian beri salam kepada orang yang kau kenal dan orang yang tidak kau kenal.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ « تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ada seseorang bertanya pada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengenai islam bagaimana yang baik. Beliau menjawab, “Memberikan makan (pada orang yang membutuhkan), serta mengucapkan salam pada orang yang dikenal dan yang tidak dikenal.”

(HR. Bukhari no. 5767, versi Fathul Bari no. 6236)

Bahkan disebutkan diantara tanda-tanda hari kiamat yaitu seseorang hanya memberi salam kepada orang yang dia kenal.

Salam merupakan amalan yang indah, mendo'akan kepada sesama Muslim.

Dengan kita menyebarkan salam maka akan sering timbul cinta diantara kaum muslimin, ukhuwah islamiyah semakin kuat.

Tentunya salam ada adab-adabnya, akan kita jelaskan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

Namun satu yang menakjubkan dalam hadits Abdullāh bin Sallam, salah seorang Yahudi yang masuk Islam kemudian menjadi shahābat, dia mengatakan :

أَوَّلُ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ

"Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di Madinah, pertama kali dia dengar kalimat Rasūlullāh, Rasūlullāh mengatakan:

'Wahai manusia (masyarakat), sebarkanlah salam diantara kalian'."

(HR Tirmidzi no 2409, versi Maktabatu al Ma'arif Riyadh no 2485. HR Ibnu Majah no 1324, versi Maktabatu al Ma'arif Riyadh no 1334. Lafadz hadits milik Tirmidzi)

Oleh karenanya menyebar salam bukanlah perkara yang sepele melainkan diperhatikan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bahkan di awal dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan menyebarkan salam.

Demikianlah, kita akan lanjutkan dalam pertemuan berikutnya.

والله أعلم بالصواب
_____________________________

Info Program Cinta Sedekah Bulan ini :
1. Pendirian Rumah Tahfidz di 5 Kota
2. Membantu Operasional Radio Dakwah di 3 Kota

📦 Salurkan Infaq terbaik anda melalui
| Bank Syariah Mandiri Cab. Cibubur
| No. Rek : 7814500017
| A.N : Cinta Sedekah (infaq)
| Konfirmasi Transfer :
+62878-8145-8000

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎www.cintasedekah.org
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------

BERBAHAYANYA BERBUAT ZHALIM (BAGIAN 1 DARI 3)

BERBAHAYANYA BERBUAT ZHALIM (BAGIAN 1 DARI 3)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 21 Jumādal Akhir 1437 H / 30 Maret 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 03| Berbahayanya Berbuat Zhalim (Bagian 1)
⬇ Download audio: https://goo.gl/gpA6XQ
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله الهم قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم " اَلظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ." مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari Ibnu ‘Umar Radiyallahu anhuma ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Kedzaliman ialah kegelapan-kegelapan pada hari kiamat.” (Muttafaqun ‘alaih).
〰〰〰〰〰〰〰

BERBAHAYANYA BERBUAT ZHALIM (BAGIAN 1 DARI 3)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dam akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Kita masih dalam bab Tarhib min Masawil Akhlak (Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk), kita masuk pada hadits yang ketiga.

Dari Ibnu Umar radhiyallāhu anhuma, beliau berkata: Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

اَلظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

'Kezhaliman merupakan kegelapan yang bertumpuk-tumpuk (banyak) pada hari kiamat kelak."

(Muttafaqun 'alaihi)

Hadits ini menjelaskan akan bahayanya berbuat zhalim.

Ada yang menafsirkan secara zhahir yaitu pada hari kiamat kelak akan diberi cahaya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebagaimana Allāh isyaratkan dalam Al Qurān surat Al Hadid:

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
"Pada hari engkau melihat kaum mukminin dan mukminat yang cahaya mereka bersinar dihadapan mereka dan di sebelah kanan mereka. (Dikatakan kepada mereka), 'inilah kabar gembira kepada kalian, bagi kalian surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai'."

(QS Al Hadid: 12)

Jadi pada hari kiamat kelak kaum mukminin diberi cahaya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla sehingga memudahkan langkah kaki mereka menuju surga.

Dalam surat At Tahrim Allāh juga berfirman:

نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Cahaya mereka bersinar di hadapan mereka dan juga di sebelah kanan mereka, mereka berkata, 'Ya Rab kami, sempurnakanlah cahaya kami'. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

(QS At Tahrim: 8)

Semakin sempurna cahaya maka maka semakin mudah mereka berjalan meuju surga.

Adapun orang-orang yang berbuat zhalim, pada hari kiamat kelak Allāh akan memberikan kepada mereka kegelapan yang bertumpuk tumpuk (zhulumat).

Allāh tidak mengatakan zhulman (satu kegelapan) tapi menggunakan kalimat jamak, kegelapan yang bertumpuk-tumpuk (zhulumat).

Sehingga orang yang berbuat zhalim sulit untuk berjalan karena berada dalam kegelapan, sehingga mereka sangat mudah untuk terjerumus ke dalam lubang neraka Jahannam tanpa mereka sadari.

Tafsiran lain mengatakan bahwasannya yang dimaksud dengan zhulumat pada hari kiamat adalah kesulitan yang sangat yang mereka hadapi pada hari kiamat kelak karena mereka telah berbuat zhalim.

Ini sama dengan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ

"Siapakah yang bisa menyelamatkan kalian dari kegelapan daratan dan lautan."

(QS Al An'am: 63)

Maksudnya adalah kesulitan yang dihadapi tatkala di lautan seperti ombak yang besar.

Dan kesulitan di daratan lebih banyak lagi baik dimalam hari maupun disiang hari.

Namun Allāh menta'bir (mengungkapkan) kesulitan tersebut dengan zhulumat.

Ada sebagian ulama yang menafsirkan zhulumat pada hari kiamat dengan kesulitan-kesulitan yang amat berat yang akan dihadapi oleh orang yang berbuat zhalim pada hari kiamat kelak.

Kalau seandainya kesulitan tersebut di dunia mungkin bisa dihadapi tetapi kalau dihari kiamat maka kesulitan tersebut tidak ada bandingannya dengan kesulitan di dunia.

Kesulitan di dunia, betapapun besarnya maka sangat ringan jika dibandingkan dengan kesulitan-kesulitan dihari kiamat kelak.

Oleh karenanya, hadits ini adalah ancaman yang keras bagi orang yang berbuat zhalim.

Ikhwan dam akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Para ulama menyebutkan bahwasannya kezhaliman itu ada 3 bentuk dan hadits ini berkaitan dengan seluruh jenis kezhaliman tersebut. 

① ZHALIM TERHADAP RABBNYA

Bukan berbuat zhalim kepada Allāh karena seseorang tidak bisa berbuat zhalim kepada Allāh, tetapi berbuat zhalim yang berkaitan dengan hak Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Yaitu dengan kafir dan berbuat kesyirikan kepada kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh berfirman:

وَالْكَافِرُوْنَ هُمُ الظَّالِمُوْنَ

"Dan orang-orang kafir, merekalah orang-orang yang zhalim."

(QS Al Baqarah: 254)

Demikan juga dengan berbuat syirik, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

"Sesungguhnya syirik adalah kezhaliman yang besar."

(QS Luqman: 13)

الظلم وضع الشيء في غير محله

Zhalim secara bahasa adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.

Sehingga kalau seseorang memberikan ibadahnya bukan kepada penciptanya maka dia telah melakukan kezhaliman yang paling besar.

Seharusnya yang paling berhak disembah adalah Allāh, tetapi seseorang melakukan ibadah tersebut kepada selain Allāh.

② ZHALIM KEPADA DIRINYA SENDIRI

Seperti: mengikuti syahwat, mengikuti hawa nafsu sehingga meninggalkan kewajiban, kemudian melakukan berbagai model dosa yang berkaitan dengan dirinya.

③ ZHALIM KEPADA ORANG LAIN

Ini sangat berbahaya. Misalnya memakan harta orang lain dengan batil, menjatuhkan harga diri mereka, kemudian merendahkan (menghinakan) orang-orang yang lemah.

Ikhwan dam akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Ketiga bentuk kezhaliman di atas diisyaratkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari 'Aisyah radhiyallāhu 'anha. 

Hadits ini diperselisihkan oleh para ulama dan Al Hakim menshahihkannya namun dibantah oleh Adz Dzahabi.

Dan yang benar bahwa hadits ini adalah hadits yang dha'if dan didha'ifkan oleh Al Albani rahimahullāh dan pentahqiq buku Musnad Imam Ahmad juga mendhaifkan.

Akan tetapi Syaikh Al Abani memandang maknanya benar karena dari sisi makna dikuatkan dengan hadits yang lain.

Bahwasanya Aisyah radhiyallāhu 'anha berkata, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

الدَّوَاوِينُ عِنْدَ اللَّهِ ثَلاثَةٌ : دِيوَانٌ لا يَعْبَأُ اللَّهُ بِهِ شَيْئًا, وَدِيوَانٌ لا يَتْرُكُ اللَّهُ مِنْهُ شَيْئًا, وَدِيوَانٌ لا يَغْفِرُهُ اللَّهُ , فَأَمَّا الدِّيوَانُ الَّذِي لا يَغْفِرُهُ اللَّهُ فَالشِّرْكُ ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ )سورة المائدة آية (72 . وَأَمَّا الدِّيوَانُ الَّذِي لا يَعْبَأُ اللَّهُ بِهِ شَيْئًا فَظُلْمُ الْعَبْدِ نَفْسَهُ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ مِنْ صَوْمِ يَوْمٍ تَرَكَهُ أَوْ صَلاةٍ تَرَكَهَا, فَإِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ ذَلِكَ وَيَتَجَاوَزُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ , وَأَمَّا الدِّيوَانُ الَّذِي لا يَتْرُكُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْهُ شَيْئًا فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضُهُمْ بَعْضًا ، الْقِصَاصُ لا مَحَالَةَ " .

"Catatan di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla ada 3 (catatan dosa).

⑴ Catatan yang Allāh tidak peduli sama sekali,
⑵ Catatan yang tidak ditinggal Allāh sama sekali dan
⑶ Cacatan dosa yang Allāh tidak akan ampuni.

Catatan yang tidak Allāh ampuni adalah berbuat syirik terhadap Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Allāh berfirman:

"Barang siapa yang berbuat syirik kepada Allāh maka Allāh haramkan surga baginya."

(QS Al Maidah: 72)

Adapaun catatan dosa yang Allāh tidak mempedulikannya sama sekali yaitu seorang hamba yang mezhalimi dirinya, antara dia dengan Rabbnya (seperti: minggalkan puasa, meninggalkan shalat).

Dosa seperti ini Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan mengampuninya jika Allāh berkehendak.

Adapun catatan dosa yang Allāh tidak meninggalkan sama sekali yaitu kezhaliman seorang hambah yang dilakukan kepada orang lainnya, tidak jalan keluar kecuali dengan qisas."

Hadits ini sebagaimana yang saya jelaskan tadi, ada khilaf dikalangan para ulama tentang keshahihannya tetapi maknanya dikuatkan dengan hadits-hadits lain dan secara umum, secara syariat menunjukkan akan keshahihan maknanya.

والله أعلمُ بالصواب
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

SIFAT PEMARAH (BAGIAN 3 DARI 3)

SIFAT PEMARAH (BAGIAN 3 DARI 3)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 19 Jumādal Akhir 1437 H / 28 Maret 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 02| Sifat Pemarah (Bagian 3)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS01-FA-Bab04-H2-3
~~~~~~~~~~~~~~

SIFAT PEMARAH (BAGIAN 3 DARI 3)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dam akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Telah disebutkan pada pembahasan yang lalu bahwasannya diantara tips mengahadapi kemarahan kata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

"Jika salah seorang dari kalian sedang marah maka diamlah."

(HR Ahmad)

Telah kita sebutkan juga bahwa banyak terjadi perceraian gara-gara kemarahan.

Kenapa?

Karena tidak bisa mengontrol jiwanya sehingga dia menceraikan istrinya.

Terkadang seseorang sedang emosi langsung dia menjatuhkan talak tiga, dan akibatnya apa?
Hanyalah penyesalan.

Tatkala dia sedang marah, syaitan datang tentunya untuk membuat dia semakin emosi, sehingga dia menjatuhkan talak dengan talak tiga.

Dan banyak yang datang kepada saya dengan menyesal telah menjatuhkan talak tiga karena emosi kepada istrinya.

Seharusnya dia menjatuhkan talak satu saja, tetapi karena emosi langsung menjatuhkan talak tiga.

Dan ingat perkataan sebagian salaf dan hafalkan:

الغضب أوله جنون وآخره ندم

"Bahwasanya kemarahan itu awalnya adalah kegilaan dan kesudahannya adalah penyesalan."

Dan benar, kalau seseorang sedang marah kemudian kita shooting, sikapnya seperti orang gila.

Seseorang yang terpelajar menjadi seperti tidak terpelajar, seseorang yang tadinya bijak seperti tidak bijak.

Kenapa ?

Karena emosi, kayak orang gila. Kemudian ujung-ujungnya penyesalan.

Jarang, hampir tidak ada yang datang kepada saya kemudian mengatakan:

"Ustadz, saya telah menceraikan istri saya. Alhamdulillāh, saya bahagia bisa menceraikan istri saya."

Jarang yang seperti itu, kenapa?

Kebanyakan mereka setelah menceraikan istrinya menyesal telah menjatuhkan cerai.

Kenapa ?

Karena perceraian yang mereka jatuhkan kebanyakan dibangun di atas emosi.

Padahal Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

"Jika salah seorang dari kalian sedang marah maka jangan berbicara (diam)."

Kemudian, banyak terjadi dari pembicaraan tersebut, ketika salah seorang sedang marah kemudian dia berbicara, pembicaraan ini akhirnya bisa menimbulkan dampak-dampak yang lain seperti terjadinya perkelahian dan pembunuhan.

Awalnya berbicara, karena seseorang tatkala berbicara sedang emosi, pembicaraannya tidak terkontrol dan ngawur sehingga orang di depannya pun tidak bisa terima, akhirnya beranjak pada tingkatan berikutnya akhirnya terjadi pemukulan atau pembunuhan dan yang lainnya. Awalnya gara-gara berbicara.

Oleh karena, tatkala seseorang sedang emosi, jangan dia berbicara. Jangan kita ikut pendapat sebagian orang yang mengatakan:

"Kalau kamu sedang emosi lampiaskanlah emosi tersebut:"

Jangan!!

Justru kalau seorang sedang emosi kemudian dilampiaskan maka api emosi tersebut semakin terbakar dalam jiwanya, semakin parah dan semakin bahaya.

Oleh karenanya, api yang sedang mau menyala kita pendam dengan sikap diam. Kita jauhkan dari sikap tersebut.

Kemudian, Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Diantara tips yang lain yang bisa kita lakukan ketika tatkala sedang marah adalah:

5. Mengingat ayat-ayat dalam Al Qur'an yang memuji orang-orang yang meredam kemarahannya.

Seperti firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla diantara sifat-sifat penghuni surga:

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ

"..yaitu orang-orang yang meredam amarah."

(QS Ali Imran: 134)

Ini ayat yang sangat luar biasa, maka hendaknya seseorang ingat akan ayat ini.

وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ

"...dan apabila mereka marah mereka memberi maaf."

(QS Asy Syūra: 37)

Dalam ayat lainnya juga Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebut-sebut orang yang beriman kalau mereka sedang marah maka mereka memaafkan:

وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ

"..orang yang memaafkan orang lain yang bersalah kepada dia."

(QS Ali Imran: 134)

Maka kita ingat ayat seperti ini bahwasanya Allāh berikan surga bagi orang yang meredam amarah, tidak melampiaskan amarahnya.

Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Daud dan Tirmidzi dari Mu'adz bin Anas dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, beliau bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ

"Barangsiapa yang meredam amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskan, maka Allāh akan panggil dia pada hari kiamat dihadapan khalayak, sampai Allāh membuat dia memilih bidadari mana yang dia sukai."

Perhatikan, dia meredam amarah bukan karena tidak mampu melampiaskan, tapi dia mampu melampiaskannya.

Oleh karenanya, seseorang ingat akan hal ini, ketika dia meredam marah maka Allāh buat dia memilih bidadari yang dia suka di hari kiamat kelak.

Dari sini kita tahu bahwasanya mengontrol diri tatkala sedang marah mendapatkan pahala yang besar dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

والله أعلمُ بالصواب
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

SIFAT PEMARAH (BAGIAN 2 DARI 3)


🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 14 Jumādal Akhir 1437 H / 23 Maret 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 02| Sifat Pemarah (Bagian 2)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS02-FA-Bab04-H2-2
~~~~~~~~~~~~~~

SIFAT PEMARAH (BAGIAN 2 DARI 3)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dam akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Kita masih membahas hadits kedua pada bagian yang kedua, yaitu apa yang harus kita lakukan tatkala timbul sebab-sebab yang membuat kita marah.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjelaskan (memberi tips) bagamana cara kita mengontrol jiwa kita tatkala timbul sebab-sebab yang membuat kita emosi (marah).

Diantaranya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyuruh untuk:

1. Berta'awudz kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam melihat seseorang yang sedang marah sampai urat lehernya mengembang, saking marahnya, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

إِني لأعلمُ كَلِمَةً لَوْ قالَهَا لذهبَ عنهُ ما يجدُ، لَوْ قالَ: أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ، ذهب عَنْهُ ما يَجدُ

"Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat yang kalau diucapkan orang tersebut maka akan hilang kemarahannya, (yaitu) seandainya dia berkata: 'a'ūdzubillāhi minasysyaithānirajīm'."

(HR Bukhari Muslim)

Jadi pertama, jika timbul emosi, mulai kita marah, maka kita segera berta'awudz yaitu mengucapkan:

'A'ūdzubillāhi minasysyaithānirajīm'.

Kenapa?

Karena marah itu dari setan, setan ingin kita marah.

Setan tahu kalau seseorang marah akan melakukan banyak hal yang berbahaya, maka setan sengaja "mengompori" kita untuk marah.

2. Berwudhu

Tips berikutnya adalah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyuruh kita untuk berwudhu.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ

"Sesungguhnya kemarahan itu dari setan dan setan tercipta dari api, maka ketika salah seorang dari kalian sedang marah padamkanlah api tersebut dengan berwudhu."
(HR Abu Daud)

Maka jika seseorang sedang marah hendaknya dia berwudhu dengan wudhu yang syar'i seakan-akan dia hendak shalat, dengan niat untuk menghilangkan kemarahan.
Niscaya Allāh akan menghilangkan kemarahan tersebut.

3.  Jika sedang berdiri hendaknya dia duduk.

Tips berikutnya yang diajarkan oleh Nabi  shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah jika seseorang sedang marah dalam kondisi berdiri hendaknya dia duduk.

Kalau dengan duduk belum hilang kemarahannya maka hendaknya dia berbaring.

Kenapa?

Karena kalau seseorang sedang berdiri dan marah maka akan mudah untuk bertindak.

Tangannya mudah untuk menjangkau misalnya benda tajam atau benda keras untuk dilemparkan kepada orang yang dia marahi.

Mudah untuk memukul, mudah untuk menendang.

Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengajarkan untuk duduk kalau sedang marah.

Karena kalau sedang duduk gerakannya akan terbatas dan semoga kemarahannya cepat hilang.

Kalau belum hilang juga kemarahannya, maka hendaknya dia berbaring.

Wallāhu A'lam bishshawwab, diantara hikmahnya adalah kalau berbaring dia akan merasa rendah.

Karena banyak kemarahan timbul karena keangkuhan (kesombongan).
Seseorang yang tawadhu (rendah diri) tidak mudah untuk marah.

Kenapa?

Karena dia merasa perkaranya ringan, dia rendah diri, tidak cepat tersinggung.

Sehingga jika seseorang sedang marah karena keangkuhannya kemudian dia membaringkan dirinya ke tanah maka dia akan tahu bahwasannya dia rendah, dia berasal dari tanah maka dia akan mudah untuk tidak marah, memaksakan dirinya untuk tawadhu.

4. Diam ketika marah.

Tips lain yang diajarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam ketika sedang marah, kata  Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

إذا غضب أحدكم فليسكت

"Jika salah seorang dari kalian sedang marah maka diamlah."
(HR Ahmad)

Ini sangat penting, kalau sedang marah hendaknya diam, jangan ngomong.

Kenapa?

Karena kalau dia ngomong pasti tidak terkontrol, pasti mengucapkan perkataan yang tidak adil yang lebih dari seharusnya.

Oleh karenanya dalam hadits, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam melarang hakim memberikan keputusan jika sedang marah.

Karena kalau sedang marah biasanya keputusanya tidak benar, maka harus ditunda pemutusan hukumnya oleh sang hakim sampai kemarannya redah.

Bisa jadi seorang hakim marah sehingga misalnya seorang melakukan tindakan kriminal yang seharusnya  dihukum dengan penjara 2 tahun namun karena sang hakim marah bisa dihukum 10 tahun.

Mungkin kerena terdakwa memaki-maki sang hakim dan sang hakim menjadi emosi sehingga dia menjatuhkan vonis hukum yang lebih daripada seharusnya.

Oleh karenanya dalam Islam, seorang hakim (قاض) jika sedang emosi maka ditunda pemutusan hukumnya sampai dia bisa mengontrol jiwanya kembali, sehingga dia bisa menghukum dengan adil.

Demikian juga dengan orang yang sedang marah, terkadang dia mengungkit masa lalu, terkadang dia menghina orang yang di depannya, ucapannya tidak terkontrol.

Dan sering terjadi seseorang menceraikan istrinya gara-gara sedang emosi, ini sangat berbahaya.

Oleh karenanya, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

إذا غضب أحدكم فليسكت

"Jika salah seorang dari kalian sedang marah maka hendaknya diam."

(HR Ahmad)

Insya Allāh kita lanjutkan pada pembahasan berikutnya.

والله أعلمُ بالصواب
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

SIFAT PEMARAH (BAGIAN 1 DARI 3)

SIFAT PEMARAH (BAGIAN 1 DARI 3)





🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 12 Jumādal Akhir 1437 H / 21 Maret 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 02| Sifat Pemarah (Bagian 1)
⬇ Download audio : bit.ly/BiAS02-FA-Bab04-H2-1
~~~~~~~~~~~~~~

SIFAT PEMARAH (BAGIAN 1 DARI 3)


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله 

Kita masuk pada hadits ke-2.

Dari Abu Hurairah radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata:

قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ." مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
"Bukanlah seorang yang kuat adalah yang jago menjatuhkan orang lain (jago berkelahi), akan tetapi orang yang kuat yaitu yang mampu mengontrol dirinya tatkala dia sedang marah."

(Muttafaqun 'alaih diriwayatkan oleh Imām Al Bukhāri no. 5763 dan Imām Muslim. no. 2609)

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati  Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Dalam hadīts ini menjelaskan diantara akhlak yang buruk adalah mudah marah.

Karena hadīts ini dibawakan oleh Al Hāfizh Ibnu Hajār dalam Bab "Peringatan Terhadap Akhlak-akhlak yang Buruk".
Seakan-akan Ibnu Hajār ingin menjelaskan bahwasannya suka marah adalah akhlak yang buruk.

Oleh karenanya aneh, jika kita mendapati sebagian orang yang mereka bangga dengan sifat suka marah-marah, dengan mengatakan, "Saya ini pemarah."

Padahal akhlak pemarah adalah akhlak yang buruk yang tidak disukai oleh Islam.

Islam justru memuji seseorang yang bisa mengontrol jiwanya tatkala sedang timbul kemarahan dalam jiwanya. 

Oleh karenanya, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan dalam hadīts bukanlah orang yang kuat yang jago berkelahi, yang jago gulat, bukan! 

Tetapi kuat adalah yang sejati adalah yang bisa mengontrol dirinya tatkala sedang marah.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati  Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Sifat marah adalah sifat yang sudah ada dalam jiwa seseorang. 

Setiap orang memiliki potensi sifat untuk marah. 

Tetapi tatkala seorang sedang marah hendaknya bisa mengontrol jiwanya jangan sampai dia melampiaskan kemarahannya dengan berkata-kata yang buruk atau memukul atau yang lainnya yang dilarang oleh syariat.

Karenanya, dalam hadits yang masyhur dan ma'ruf, tatkala ada Sahabat yang datang kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kemudian berkata:

 أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

"Berilah wasiat kepadaku", maka  Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan: 
"Jangan Engkau marah."

Rupanya lelaki ini berulang-ulang meminta wasiat dan  Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tetap mengatakan, "Jangan engkau marah."

(Hadīts ini shāhih. Diriwayatkan oleh: al-Bukhāri (no. 6116), Ahmad (II/362, 466, III/484), at-Tirmidzi (no. 2020), Ibnu Hibban no. 5660-5661 dalam at-Ta’līqātul Hisān) 

Lelaki ini seakan-akan menginginkan wasiat yang lebih dari itu, akan tetapi jawaban Nabi selalu, "Jangan engkau marah."

Dalam riwayat lain ada seorang datang menemui Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan mengatakan:

"Ya Rasūlullāh, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang bila aku lakukan aku akan masuk surga, tapi jangan banyak-banyak."

Jawaban Nabi:  "Jangan engkau marah."

Jadi dia ingin masuk surga dengan amalan yang sederhana.

Dalam riwayat yang lain lagi, ada seorang yang datang menemui Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

"Ya Rasullāh, tunjukkan aku amalan yang menjauhkan aku dari kemurkaan Allāh."

Maka Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan: 
"Jangan engkau marah."

Ini menunjukkan bahwa sifat tidak marah, mengontrol jiwa tatkala timbul sebab kemarahan sehingga tidak marah adalah sifat yang mulia.

Sifat yang meyebabkan masuk surga, sifat yang merupakan wasiat dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, sifat yang menjauhkan dari kemurkaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sebaliknya sifat suka marah-marah adalah sifat yang tercela.

Oleh karenanya, Ikhwan dan akhwat yang dirahmati  Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Perlu kita ingat, bahwasannya diantara sifat yang buruk adalah pemarah dan sifat yang baik adalah bisa mengntrol jiwa tatkala sedang marah. 

Insya Allāh kita lanjutkan pada pembahasan berikutnya.

_____________________________ 
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam 
| Bank Mandiri Syariah 
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507 
| A.N : YPWA Bimbingan Islam 
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

 bit.ly/BiAS02-FA-Bab04-H2-1  download 


 bit.ly/BiAS02-FA-Bab04-H2-1 


HASAD (Bagian 2)

HASAD (Bagian 2)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 07 Jumādal Akhir 1437 H / 16 Maret 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 01| Hasad (bagian 2)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS02-FA-Bab04-H1-2
~~~~~~~~~~~~~~

HASAD (BAGIAN 2)


بسم اللّه الرحمن الرحيم 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله 

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā,

Kita masih lanjutkan hadits yang pertama tentang bahaya hasad.

Telah kita sebutkan perkataan Ibnu Taimiyyah rahimahullāhu Ta'ālā bahwasanya:

 لا يخل جسد من حسد ولكن الكريم يخفيه واللئيم يبديه

"Tidak ada jasad yang selamat dari hasad, akan tetapi orang yang baik menyembunyikannya dan orang yang buruk menampakkannya."

Ini benar, hampir tidak ada seorangpun.

Hampir bisa kita katakan bahwa hati kita sulit selamat dari hasad.

Kita hasad kepada orang yang memiliki kenikmatan yang sama seperti kita.

Misalnya:

▪Seorang dokter akan hasad kepada dokter yang lain.
▪Yang punya toko akan hasad kepada yang punya toko yang lain.

==>Dokter tidak hasad kepada orang yang punya supermarket meskipun yang punya supermarket kaya raya, tapi dokter biasanya hasad kepada dokter yang sama, sesama profesi dokter.

==> Yang punya supermarket akan hasad kepada yang punya supermarket juga karena satu profesi.

▪Bahkan tukang becak mungkin hasad kepada tukang becak yang lain.
▪Demikian juga dengan ustadz akan hasad kepada ustadz yang lain.

==> Ustadz, dia tidak hasad kepada orang kaya, dia tidak hasad kepada yang memiliki profesi yang lain.

Jadi seprofesi biasanya ada saling hasad diantara mereka.

Kalau sudah muncul hasad dalam diri kita apakah kita berdosa? 

Jawabannya: "Ya."

Kita berdosa kalau kita:

✖membiarkannya bercokol dalam dada kita dan 
✖kita merawatnya 
✖bahkan mengembangkannya dalam dada kita.

Jadi kita berdosa karena hasad adalah penyakit hati.

Akan tetapi kalau kita:

☑ berusaha melawan, 
☑ tidak suka dengan hasad tersebut, 
☑ benci dengan hasad tersebut, 
maka kita tidak berdosa.

Caranya bagaimana? 

🔗Pertama, kita harus benci hasad yang muncul dalam diri kita. 
🔗Yang kedua, kita tidak menampakkan cerminan dari hasad tersebut.

Oleh karenanya, Ibnu Qayyim rahimahullāhu tatkala menafsirkan firman Allāh:

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

"Aku berlindung kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā dari keburukan orang yang hasad tatkala dia sedang hasad." 

(QS AlFalaq: 5)

Kata beliau:

لأن الرجل قد يكون عنده حسد، ولكن يخفيه ولا يظهر عليه بوجهه، ولا بقلبه ولا بلسانه ولا بيده

"Ini menunjukkan bahwa bisa jadi tatkala timbul hasad dalam diri seseorang, dia sembunyikan dan tidak nampak hasadnya tersebut di wajahnya, tidak nampak hasad tersebut dihatinya, tidak nampak hasad tersebut dilisannya dan tidak nampak hasad tersebut dalam tangannya."

Artinya, dia berusaha menahan dan dia tidak menunjukkan cerminan dari hasad tersebut, maka orang ini tidak berdosa.

Kata beliau:

فهذا لا يكاد يخلو منه أحد إلا من عصمه الله.

"Akan tetapi ini sangat sulit, hampir-hampir tidak ada orang seperti ini, kecuali orang yang dirahmati oleh Allāh, dijaga oleh Allāh."

Kebanyakan orang kalau sudah hasad, maka dia akan mencerminkan, mengekspresikan hasad tersebut dalam wajahnya atau dalam tangannya dan lisannya.

Kemudian dia menzhalimi saudaranya yang sedang dia hasad-i.

Oleh karenanya, jika kita terkena hasad, kita harus berusaha:

☑ Melawan hasad tersebut, kemudian kita berusaha memuji orang yang sedang kita hasad-i tersebut.

☑ Melawan hasad kita dengan kita puji orang tersebut, yang kita dengki sama dia, bahkan 

☑ Memberikan hadiah kepada dia.

☑ Menyebutkan kebaikan-kebaikan dia, kita berusaha nelpon dia jika misalnya kita bersahabat dengan dia.

Sehingga hilanglah hasad tersebut dari diri kita.

✅Terkadang, kalau kita sudah kenal maka kita tidak jadi hasad.
✅Terkadang, kalau kita sudah bergaul, sudah ngobrol, hasad tersebut menjadi hilang.

❌Tetapi kalau kita pendam, maka setan akan berusaha membesarkan hasad tersebut.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā,

Maka, kita berlindung kepada Allāh dari bahaya hasad yang bisa akhirnya menghancurkan kebaikan-kebaikan yang kita miliki di akhirat kelak, yaitu tatkala kita mentransfer kebaikan kita kepada orang yang kita hasad-i.

Diantara hal yang memudahkan kita untuk menghilangkan hasad yaitu ingatlah bahwasanya kalau seorang sudah terkena hasad yang rugi yang pertama adalah dirinya sendiri.

Kalau kita dengki dengan orang lain sehingga ingin orang lain tersebut terkena musibah, sebenarnya musibah yang pertama adalah yang menimpa diri kita.

Kenapa? 

Kita benci, adanya kedongkolan, adanya hasad dalam jiwa kita itu adalah musibah tersendiri.

Hati jadi gelisah, tidak tenang, selalu dongkol, benci, berangan-angan agar orang yang kita hasad-i celaka.

Belum tentu orang yang kita hasad-i celaka, bahkan bisa jadi orang yang kita hasad-i tersebut semakin mendapat nikmat dari Allāh, semakin berkembang, semakin kaya, semakin didengar, dakwahnya semakin bagus dan macam-macamnya.

Oleh karenanya, seorang kalau orang hasad, yang pertama dia siksa adalah dirinya sendiri.

Maka sungguh merugi orang yang hasad.

Dengan mengetahui bahwasanya orang yang hasad akan menyiksa dirinya sendiri maka hendaknya di tinggalkan hasad tersebut dan dia lawan hasad tersebut.


والله أعلمُ بالـصـواب
وبالله التوفيق
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________________________
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam 
| Bank Mandiri Syariah 
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507 
| A.N : YPWA Bimbingan Islam 
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website:  
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page:  
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel: 
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel: 
http://BimbinganIslam.tv

HASAD (BAGIAN 1)

HASAD (BAGIAN 1)
🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 05 Jumādal Akhir 1437 H / 14 Maret 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 01| Hasad (bagian 1)
⬇ Download audio: http://bit.ly/BiAS02-FA-Bab04-H1-1
~~~~~~~~~~~~~~

HASAD (BAGIAN 1)


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله 

Kita masuk pada hadits yang pertama dari Bab Tarhīb min Masāwil Akhlāq (Bab Tentang Peringatan Bahaya Dari Akhlak-Akhlak Yang Buruk.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ، كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ." أَخْرَجَهُ أَبُوْ دَاوُدَ ولإبن ماجه من حديث أنس نحوه.

Dari Abu Hurairah Radiyallahu 'anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

“Jauhilah sifat hasad, karena sesungguhnya hasad itu dapat memakan kebaikan-kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar.” 

(HR Abu Daud dan Ibnu Majah dari riwayat Anas bin Malik).

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā,

Ini adalah hadits yang dha'if karena ada perawi dalam hadits ini yang majhul dan di-dha'if-kan oleh Imam Bukhari rahimahullāhu Ta'ālā.

Namun hadits ini bisa dikatakan hampir disepakati kebenaran maknanya oleh para ulama.

Oleh karenanya, hadits ini dibawakan oleh para ulama dalam buku-buku mereka, seperti dibawakan oleh Al Mundziriy dalam kitabnya Targhib wa Tarhib.

Demikian juga oleh Imam Nawawi rahimahullāhu dalam kitabnya Riyadhush Shalihin.

Kenapa? 

Karena maknanya benar.

Hadits ini menyatakan agar berhati-hati terhadap hasad. 

Diantara hal yang menjadikan seseorang harus hati-hati terhadap hasad adalah karena hasad akan memakan kebaikan-kebaikkan sebagaimana api memakan kayu bakar.

Kita bisa lihat ini gambaran yang sangat indah dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam memberi peringatan terhadap bahaya hasad.

Api, tatkala membakar kayu dengan mudahnya terbakar,  cepat kayu tersebut terbakar.

Demikian juga dengan hasad.

Kalau seseorang memiliki kebaikan-kebaikan namun  karena ada hasad dalam dadanya maka akan mudah memakan kebaikan-kebaikannya.

Maka sirnahlah kebaikan-kebaikannya dengan begitu cepat sebagaimana kayu yang cepat sirnah dimakan oleh api. 

Kenapa bisa demikian?

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā,

Karena hasad biasanya akan mengantarkan al hasid (orang yang hasad) ke perbuatan-perbuatan zhalim kepada orang yang dia hasad-i (al mahsud).

Kata para ulama, hasad adalah dosa yang pertama kali terjadi di langit dan dosa yang terjadi pertama kali di bumi.

Di langit, iblis hasad kepada Adam.

Tadinya iblis adalah dari golongan shalihin bahkan berada dalam barisan para malaikat.
Oleh karena tatkala Allāh mengatakan:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ 

"Tatkala Kami berkata kepada malaikat, 'Sujudlah kalian kepada Adam.' maka mereka semua sujud kecuali iblis'."

(QS Al Baqarah: 34)

Seakan-akan iblis dari golongan malaikat, namun dia bukan golongan malaikat karena dari golongan jin (kaana minal jinni), tetapi dia dalam barisan malaikat karena keshalihannya.

Kemudian datangah Adam.

Allāh ciptakan Adam, Allāh berikan kemuliaan kepada Adam, Allāh ajarkan kepada Adam ilmu, Allāh ciptakan Adam dengan kedua tagan-Nya. 

Karena ilmu yang dimiliki Adam maka Allāh menyuruh malaikat sujud kepada Adam.

Ini yang menjadikan iblis hasad kepada Adam.

Maka dia ketika disuruh sujud kepada Adam, dia tidak mau dan mengatakan:

 أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

"Aku lebih baik daripada dia, Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan Adam dari tanah."

(QS Al A'rāf: 12)

Karena hasadnya iblis kepada adam sampai iblis berusaha menggoda adam meskipun resikonya adalah dimasukkan ke dalam neraka Jahannam. 

Dia tidak peduli, tidak masalah dimasukkan ke dalam neraka Jahannam, yang penting dia tidak sujud kepada Adam.

Dia tidak ingin Adam mengunggulinya dan dia ingin Adam menyertainya ke dalam neraka Jahannam.

Jadi, hasad mengantarkan seseorang berbuat zhālim kepada yang di hasad-i.

Demikian juga tatkala dosa yang pertama kali terjadi dibumi yaitu antara dua anak Adam yang Allāh sebutkan di dalam Al Qur'an.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ 

Diceritakanlah kepada malaikat tentang kisah dua anak Adam dengan cerita yang benar. Tatkala kedunya menyediakan qurban  kepada Allāh, maka Dia terima dari salah satunya dan yang lainnya tidak diterima.

((Dia terima yang dari Habil dan tidak diterima yang dari Qabil. 
Maka, Qabil pun hasad kepada Habil))

Dia mengatakan, "Sungguh aku akan membunuhmu."

(QS Al Maidah: 27)

Lihat, karena dia hasad kandungnya pun mau dia bunuh dan akhirnya dia  bunuh.

Oleh karenanya, diantara hal yang berbahaya bagi orang yang memiliki hasad adalah hasad akan mengantarkan dia  menzhalimi orang lain dengan meng-ghibah dan menjatuhkan orang tersebut, dia senang kalau orang tersebut celaka. 

Oleh karenanya, sedikit orang yang bisa menahan hasad agar hasadnya tidak menjadikan dia  berbuat zhalim.

Kata Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah  rahimahullāhu Ta'ālā: 

"Hampir-hampir tidak ada jasad yag selamat dari hasad, akan tetapi orang yang buruk akan menampakkan hasad tersebut dan orang yang baik akan menahan hasad tersebut."

Pasti diantara kita ada yang pernah terkena hasad.

Akan tetapi kalau kita seorang yang mulia maka akan kita tahan hasad tersebut, tidak kita cerminkan (wujudkan) dalam bentuk kezhaliman kepada saudara kita.

Kalau kita wujudkan hasad kita dengan menzhalimi saudara kita yang kita hasad-i berupa menjatuhkannya, menjelekkannya dan mencari-cari aibnya berarti kita termasuk orang-orang yang tercela (al lā im).

Dan ingat, hasad yang sudah kita munculkan dalam bentuk perbuatan dan perkataan dengan menzhalimi saudara kita yang kita hasad-i, maka akan menghancurkan kebaikan- kebaikan kita.

Di akhirat, karena kita berbuat zhalim maka banyak atau bahkan semua kebaikan-kebaikan kita akan kita transfer kepada orang yang kita hasad-i tersebut.

Inilah kenapa  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mangatakan:

"Hati-hati kalian terhadap hasad, karena hasad akan memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar dengan begitu cepatnya."

Demikian, 

Wallāhu 'Alam bishshawwab.
________________________________
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam 
| Bank Mandiri Syariah 
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507 
| A.N : YPWA Bimbingan Islam 
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website:  
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page:  
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel: 
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel: 
http://BimbinganIslam.tv

Diam adalah Hikmah

Diam adalah Hikmah


🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 13 Jumadal Ūlā 1437 H / 22 Februari 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Zuhud Dan Wara'
🔊 Hadits 11 | Diam Adalah Hikmah
⬇ Download Audio: https://goo.gl/xZZqxK
~~~~~~~~~

DIAM ADALAH HIKMAH


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله 

Kita masih dalam Bab Zuhud wal Wara'. 

Hadits yang terakhir dalam bab ini adalah hadits yang ke-11.

عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "اَلصَّمْتُ حِكَمٌ، وَقَلِيْلٌ فَاعِلُهُ."

(أَخْرَجَهُ الْبَيْهَقِيُّ فِيْ "اَلشُّعَبِِ" بِسَنَدٍ ضَعِيْفٍ وَصَحَّحَ أَنَّهُ مَوْقُوْفٌ مِنْ قَوْلِ لُُقْْمَانََ اََلْْحَكِِيْمِ) 

Dari Anas radhiyallāhu 'anhu beliau berkata, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
"Diam adalah hikmah dan sedikit pelakunya (sedikit yang melakukannya)."

(HR Imām Al Baihaqi dalam kitabnya Asy Syu'abul Īmān dengan sanad yang dha'īf dan sebagian ulama membenarkan bahwasanya hadits ini adalah dari perkataan Luqmān Al Hakīm) 

⇒ Luqmān Al Hakīm, yaitu yang ma'ruf yang Allāh sebutkan dalam Al Qurān Surat Luqmān, dan khilaf para ulama apakah Luqmān ini seorang nabi atau bukan. 

Namun jumhur ulama berpendapat bahwasanya dia bukanlah seorang nabi, tapi adalah hamba yang shalih yang memiliki kata-kata yang bijak.

Disebutkan diantara kata-katanya yang bijak adalah perkataannya ini; bahwasanya diam adalah hikmah namun sedikit orang yang melakukannya.

Intinya, riwayat ini ingin menjelaskan kepada kita bahwasanya diam itu mulia karena diam adalah hikmah. 

Kalau orang-orang berbangga dengan perkataan maka kita berbangga dengan diam. 

Kata sebagian orang: 

◆ لو كان الكلام من فضة لكان السكوت منذهب

◆ Kalau seandainya berbicara itu terbuat dari perak, maka diam itu terbuat dari emas.

Karena lisan ini sangat berbahaya.

Dia bisa memudahkan seorang masuk dalam surga dan juga bisa memudahkan orang masuk dalam neraka Jahannam. 

Makanya, Mu'ādz bin Jabbal radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, tatkala Nabi berkata kepada dia: 

كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا 

"Jagalah (kekanglah) lisanmu ini."

Maka Mu'adz berkata: 

يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟

"Ya Rasulūllāh, apakah kita akan disiksa gara-gara ucapan-ucapan kita?"

Maka, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: 

وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ-أَوْ قَالَ: عَلَى مَنَاخِرِهِمْ-إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟

"Bukankah kebanyakan orang terjerumus dalam neraka Jahannam gara-gara hasil dari perkataan-perkataan mereka?"
(HR At Tirmidzi no. 2616, dishahīhkan oleh Syaikh Al Albāni dalam Shahīh At Tirmidzi)

Oleh karenanya sebagian ulama (Al Fudhail bin 'Iyyādh) mengatakan: 

من عد كلامه من عمله قل كلامه فيما لا يعنيه 

"Barang siapa yang menganggap perkataannya itu termasuk dari perbuatannya, maka dia tidak akan banyak omong."
(Kitab Al Minhaj Syarah Shahīh Muslim, 2/19 (Asy Syamila)) 

Bukan berarti tidak boleh berbicara, boleh berbicara bahkan berbicara yang baik sangat dituntut, misalkan dalam rangka berdakwah.

Allāh mengatakan: 

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ 

"Dan perkataan siapa yang terbaik dari orang yang berdakwah dijalan Allāh." 
(QS Fushshilat: 33)

⇒ Namanya berdakwah tentu harus berbicara.

Jadi, berbicara itu baik, akan tetapi pembicaraan yang banyak yang tidak bermanfaat dan yang berlebihan bisa mengantarkan kepada neraka Jahannam. 

Oleh karenanya, seseorang hendaknya tidak berbicara kecuali dengan perkataan yang baik. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allāh dan Hari Akhirat maka hendaknya dia mengucapkan yang baik atau diam.” 
(Muttafaq ‘alaih: Al Bukhāri, no. 6018; Muslim, no.47 dari shahābat Abū Hurairah)

Kalau dia tidak bisa berucap yang baik, tidak pas atau pembicaraannya berlebihan maka hendaknya diam. 

Maka diamnya itu adalah emas, diamnya itu adalah hikmah.

Dan dalam hadits yang lain dari Abū Mūsā radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata:

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْمُسْلِمِينَ أَفْضَلُ ؟ قَالَ : مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah ditanya: 
"Muslim yang mana yang paling afdhal, wahai Rasūlullāh?"

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: 
"(Seorang muslim yang paling afdhal yaitu) jika kaum muslimin yang lain selamat dari kejahatan lisannya dan kejahatan tangannya."
(HR Bukhāri, Muslim, Tirmidzi dan Nasāiy)

Seorang hendaknya hati-hati dalam berucap, karena ucapan lisan itu berbahaya; bisa menyakiti. 

Oleh karenanya, seorang Penyair berkata: 

◆ جراحات السنان لها التئام ولا يلتأم ما جرح اللسان

◆ Luka yang disebabkan sayatan pedang masih bisa disembuhkan, tetapi luka yang disebabkan sayatan lisan kadang tidak bisa disembuhkan.

Jika seseorang telah menyakiti saudaranya dengan ucapannya (dikatakan misalnya: "Kamu pandir, enggak nyambung," yaitu ucapan-ucapan yang menghinakan) terkadang tidak bisa terlupakan oleh sahabatnya atau saudaranya yang mendengarnya. 

Maka, hati-hati...! 

Betapa banyak lisan yang dapat meninggikan derajat seseorang di surga tetapi betapa banyak juga karena lisan menyebabkan seorang terjerumus dalam neraka Jahannam. 

Oleh karenanya, diam itu terkadang merupakan emas dan terkadang merupakan hikmah.

والله تعالى أعلم بالصواب
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________
PENDAFTARAN Grup WhatsApp 
BIMBINGAN ISLAM Gelombang 5

⏰  WAKTU PENDAFTARAN 
Senin, 6 Jumadil Awal 1437H 
/ 15 Februari 2016M
sampai dengan
Ahad, 29 Jumadil Awal 1437H 
/ 9 Maret 2016M

🌐  LINK PENDAFTARAN 
Pendaftaran dapat dilakukan melalui link:
http://BimbinganIslam.com/PendaftaranAnggota

🔓  PEMBUKAAN GRUP
Ahad, 11 Jumadil Akhir 1437H / 21 Maret 2016M