Laman

Tampilkan postingan dengan label Kajian Hadits. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kajian Hadits. Tampilkan semua postingan

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 12 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 12 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 01 Jumadal Akhir 1439 H /17 Februari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 12 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0235
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 12 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

• Pertanyaan 01

Kalau mau membuat rumah, pergi ke kyai atau ustadz, untuk minta hari apa untuk mulai bikin rumah, apakah ini syirik ?

• Jawaban 01

Ngapain cari hari pertama bikin rumah harus hari ini. Inilah yang disebut dengan tathoyur, mengkait-kaitkan nasib dengan waktu. Tidak ada dalilnya jika membuat rumah harus hari ini, harus jum'at ini, harus pagi hari dimulai, harus jam 12 siang dimulai, ini gak ada. Ini tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah shalallahu'alayhi wasallam. Wallahu A’lam bishshawāb.

• Pertanyaan 02

Kalau percaya atau menafsirkan mimpi dengan keyakinannya, apakah itu bentuk kesyirikan ?

• Jawaban 02

Tidak. Namanya tafsiran gak mesti benar. Oleh karenanya seorang, jika mimpi, berusaha dia tafsirkan dengan tafsiran yang baik, jangan dia tafsirkan dengan tafsiran-tafsiran yang buruk. Jika dia mimpi buruk, maka jangan dia ceritakan. Dia cuekin aja.

Tugas dia adalah beristihadhah, berdoa kepada Allah. Jika dia menceritakan, apa faedahnya. Yang faedah bagi dia, dia berdoa kepada Allah, agar dilindungi dari keburukan. Dia banyak beribadah agar dijauhkan dari keburukan. Jika dia ingin mentafsirkan, tafsirkan kepada tafsiran yang baik. Wallahu A’lam bishshawāb.

• Pertanyaan 03

Di Sulawesi Tenggara ada keyakinan tathoyur, jika seorang baru keluar rumah tahu-tahu ada beolnya orang lain di depan dia, wah ini nasib sial. Oleh karenanya supaya dia bantah tathoyur terus dia mengatakan, justru ini akan datangkan rejeki.

• Jawaban 03

Kita bilang gak perlu seperti itu. Bukan berarti jika ada beol lalu datangkan rejeki, tidak perlu. Kebetulan ada orang lagi terganggu kemudian dia beol di situ. Atau mungkin dia lagi kebelet gak sempat lalu beol disitu. Sudahlah, tinggal kita bersihkan.

Gak ada hubungannya dengan nasib sial. Ada orang ingin ganggu kita mungkin, bukan berarti menunjukkan nasib sial. Jadi tidak perlu dibantah dengan keyakinan yang sebaliknya, menyatakan beolnya orang di depan rumah saya, tanda rejeki. Ini juga ngawur seperti ini, ini tidak benar. Wallahu A’lam bishshawāb.

• Pertanyaan 04

Beliau bertanya, beliau beli gelang kayu, ternyata dikatakan gelang itu bisa mendatangkan kesehatan atau gelang tersebut bisa menolak roh-roh halus atau balak.

• Jawaban 04

Jelas ini kesyirikan, inilah yang disebut dengan jimat, maka buang.

• Pertanyaan 05

Apakah riya' setelah selesainya amal perbuatan membatalkan pahala? Seperti riya' ketika melakukan amalan perbuatan tersebut? Contoh orang riya' dengan sedekah yang ia keluarkan dengan menyebutnya setelah sedekah. Apakah pahala sedekahnya akan hilang?

• Jawaban 05

Jadi, orang ini setelah sedekah dia ikhlas. Setelah setahun kemudian timbul riya' dalam dirinya ingin pamer. Kata para ulama, jika amal sudah selesai maka sudah selesai. Ini riya' dosa tersendiri, tidak ada kaitannya dengan pahala yang tadi. Pahala yang tadi sudah selesai dan ini dosa tersendiri.

Adapun sedekah yang diawalnya diterima (in sya Allah). Karena dia tidak riya tatkala sedang bersedekah. Wallahu A’lam bishshawāb.

• Pertanyaan 06

Terkadang saya bersedekah atau menyumbang dan tidak saya beritahukan kepada istri saya. Terkadang juga saya sampaikan tapi hanya sampaikan nilainya atau jumlahnya lebih sedikit dari yang sebenarnya. Ini karena saya takut riya' dan saya takut istri saya tidak ikhlas klo saya sebutkan nilainya. Apakah ini berdosa ?

• Jawaban 06

Dia sumbang duit, tapi dia tidak mau kasih tahu istri. Dan memang tidak perlu kasih tahu istri, ngapain kasih tahu istri? Tidak harus. Yang penting istri diberi nafkah yang enak, dibelikan baju yang bagus, diberikan perhiasan, dikasih mobil, suruh diam, gak usah ngatur urusan. Yang penting kita gunakan untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Istri curiga klo sikap kita macam-macam.

Tapi selama kita berbuat baik, yang penting kebutuhan istri dan anak-anak dipenuhi maka tidak harus istri mengetahui keuangan kita. Dan tidak perlu memberi tahu. Klo diberi tahu, dikasih tahu sebagian pun tidak masalah, tidak berdosa. Tetapi kita latih istri kita untuk mau bershodaqoh.

Pelan-pelan, kita suruh istri kita bershodaqoh. Kita sampaikan akan pentingnya shodaqoh, sampaikan bahwa kita meninggal dunia tidak akan ada harta sedikitpun yang kita bawa. Ini harus kita pahamkan kepada istri kita, sehingga istri kita yang mendorong kita untuk bershodaqoh suatu saat. Karena gak baik juga kucing-kucingan tiap bershodaqoh.

Meskipun tidak harus kita menyampaikan seluruh keuangan kita kepada istri, tidak harus. Yang penting kewajiban kita adalah memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak. Menyiapkan untuk masa depan kita, setelah itu bukan kewajiban kita. Wallahu A'lam bishshawab.

• Pertanyaan 07

Bagaimana orang yang pergi ke pawang hujan supaya hujan tidak turun? Apakah bisa dikatakan musyrik ? Dan faktanya benar-benar tidak turun padahal musim hujan.

• Jawaban 07

Saya katakan bahwasannya terkadang hujannya tidak turun, terkadang juga pawangnya kacau jadi hujannya tetap turun. Tidak mesti tidak turun. Dan itu hikmah dari Allah, Allah menguji.

Oleh karenanya Ibnul Qayim rahimahullah menyebutkan tidak ada atau sebagian ulama menyebutkan bahwasannya kesyirikan tidak mendatangkan kemudhorotan 100%, ada kemasla-hatannya. Kalau seandainya kesyirikan itu tidak ada kemaslahatannya sama sekali, maka tidak akan ada yang melakukan kesyirikan.

Saya ulangi!!! Allah sengaja menjadikan apa yang ada diatas muka bumi ini kesyirikan tersebut, tidak 100% kemudhorotan, tapi ada kemaslahatannya.

Seandainya kesyirikan itu gak ada kemaslahatannya sama sekali, maka tidak ada ujian dan tidak ada orang melakukan kesyirikan.

Oleh karenanya buktinya dukun terkadang beri manfaat bahkan sering. Yang tadinya suaminya ngamuk-ngamuk, dipelet jadi suka sama istrinya. Iya atau tidak ? Manfaat atau tidak ? Manfaat bagi istrinya.

Orang yang sakit bisa jadi sembuh. Ini semua praktek dukun dengan menggunakan jin-jinnya dan syaithan-syaithannya, ada manfaatnya, tapi ini merupakan kesyirikan.

Kita katakan demikian pula, terkadang dukun yang kita datangi atau orang yang didatangi kemudian diminta untuk jadi pawang hujan, terkadang berhasil. Dan ini ujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Namun barangsiapa yang pergi kepada dukun tersebut maka dia telah terjerumus ke dalam kesyirikan.

Dan masalah dukun, butuh pembahasan tersendiri, butuh pengajian tersendiri.

Oleh karenanya tidak boleh pergi ke dukun, meskipun terkadang mereka berhasil. Wallahu A’lam bishshawāb.

• Pertanyaan 08

Bagaimana cara menuntun untuk bertaubat kepada orang yang sedang sakaratul maut, yang masih dalam kondisi musyrik?

• Jawaban 08

Kita menyuruh dia untuk mengucapkan taubat, kita nasehati. Klo dia sakaratul maut, kita suruh لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ, tidak ada cara lain, kecuali menyuruh dia mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ.

Sambil kita jelaskan klo bisa bahwasannya bertaubat dari kesyirikan-kesyirikan yang pernah dia lakukan, kemudian katakan lagi, katakanlah لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ, لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ, semoga dia bertaubat di akhir waktu tersebut.

Saya punya teman, dia cerita sendiri kepada saya. Bapaknya dan ibunya murtad. Kemudian mereka semua sudah masuk islam (saya lupa murtad atau aslinya orang-orang nasrani atau sejak awal sudah musyrik, saya agak lupa). Intinya anak-anaknya sudah masuk Islam. Kakaknya juga sudah masuk islam, ibunya sudah masuk islam, tinggal bapaknya tidak mau masuk islam.

Akhirnya bapaknya sakit. Berbulan-bulan sakitnya. Setiap hari didatangi oleh kakaknya, didakwahi, dengan penuh kesabaran. Tidak mau juga masuk islam. Sampai detik terakhir, mau meninggal dia mengatakan, لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ, kemudian meninggal. Subhanallah.

Kita jangan pernah meremehkan hidayah Allah. Allah bisa beri hidayah kapan saja. Dia didakwahi 2 bulan gak mau masuk islam. Sudah sakit parah, gak mau masuk islam. Terakhir tatkala mau meninggal, karena kesabaran mungkin mereka berdoa dan berdoa, tatkala mau meninggal dia mengatakan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ. Kemudian meninggal dunia, husnul khotimah.

Oleh karenanya jangan pernah meremehkan hidayah, kita berusaha dan hidayah datang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Demikian saja.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______________________
🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA

▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda..*

Contoh : 100.025
______________________

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 11 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 11 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 29 Jumadal Ūla 1439 H /16 Februari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 11 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0234
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 11 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Diantara syirik kecil sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah adalah ujub. Yaitu seorang merasa berhasil karena dia merasa memiliki peran.

Ketika seorang merasa memiliki peran dalam meraih keberhasilannya maka dia terjerumus ke dalam ujub.

Oleh karenanya seseorang yang ingat firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

_"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan."_

Maka kita sadar bahwasanya semua keberhasilan yang kita rasakan semuanya murni karena pertolongan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Apa yang mau kita andalkan, kita akan andalkan kecerdasan kita?

Yang memberikan kecerdasan adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita andalkan pengalaman kita?

Yang memberikan juga Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan jangan merasa bahwa kecerdasanlah yang membuat kita berhasil.

Saya sering sampaikan bahwasanya kecerdasan tidak berbanding lurus dengan kekayaan. Pengalaman juga tidak berbanding lurus dengan kekayaan.

√ Betapa banyak orang yang pengalamannya banyak tetapi tetap miskin.

√ Betapa banyak orang yang IQnya tinggi, sekolahnya tinggi tetap tidak kaya-kaya.

√ Betapa banyak orang yang tidak lulus SD, jualan tiba-tiba kaya raya.

Oleh karenanya kekayaan tidak berbanding lurus dengan kecerdasan dan tidak berbanding lurus dengan pengalaman.

Kalau seseorang berhasil jangan katakan, "Karena kecerdasan saya," atau, "Karena pengalaman saya."

Tapi katakanlah, "Semuanya dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla," sehingga dia selamat dari penyakit ujub.

Terakhir, saya tutup dengan beberapa bentuk riyā' yang terselubung, karena sebagian orang terkadang terjerumus kepada riyā' secara tidak langsung.

Bentuk-bentuk riyā' terselubung tersebut banyak, disebutkan oleh para ulamā di antara seperti yang disebutkan oleh Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah adalah riyā' dengan berghibah.

Dia menghibah orang lain dengan mengatakan, "Si Fulān tidak pernah bershadaqah," (maksudnya) saya suka bershadaqah. Ini halus sekali.

"Si Fulān tidak pernah shalāt malam. Saya pernah safar bersamanya, seminggu dia tidak pernah shalāt malam," (maksudnya) dia shalāt malam. Hanya kalau dia mengatakan, "Saya shalāt malam," dia malu nanti dibilang riyā' sehingga syaithān membuat dia riyā' dari sisi lain. Intinya dia riyā'.

"Si Fulān waktu di pondok tidak pernah belajar," dalam hatinya dia mengatakan, "Saya belajar terus," dan ini sudah dipahami dalam pembicaraan. Ini berbahaya, dia riyā' sambil mengorbankan orang lain. Terjerumus ke dalam ghibah dan mengorbankan orang lain supaya dipuji, ini di antara riyā' terselubung.

Di antara riyā' terselubung adalah menyanjung-nyanjung gurunya secara berlebihan, (misalnya) "Guru saya adalah orang yang shālih, orang yang Māsyā Allāh," maksudnya, "Saya muridnya."

Ini juga cara yang halus dan ini juga dilakukan oleh sebagian orang.

Disanjung gurunya setinggi-tingginya dan mengatakan, "Saya muridnya," sedikit-sedikit mengatakan, "Saya muridnya." Maksudnya, agar ketukaran ketenaran gurunya, ini juga riyā' yang terselubung.

Seakan-akan karena gurunya ikhlās dia juga ikhlās, seakan-akan jika gurunya rajin ibadah dia juga rajin ibadah, padahal belum tentu.

Di antara riyā' terselubung seperti seorang yang menyebutkan kenikmatan-kenikmatan yang dia rasakan dan ini sebenarnya dianjurkan untuk menyebutkannya.

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

_"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan."_

(QS Ad Dhuha: 11)

Akan tetapi dilarang apa dengan tujuan riyā'. Seakan-akan dia adalah wali, dia mengatakan, "Subhānallāh, Allāh mudahkan saya segala urusan."

Jadi bukan murni karena bersyukur kepada Allāh tetapi, "Karena saya ini orang yang shālih."

Dibalik perkataannya ada udang dibalik batu.

Seandainya dia mengucapkan, "Allāh memudahkan semua urusan saya," benar-benar dia bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla  maka ini bagus, tetapi bila dibalik ucapannya itu dia ingin menyatakan, "Karena saya orang yang ikhlās, saya orang yang rajin bershadaqah, saya orang yang rajin shalāt, maka saya dimudahkan terus oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla," kalau ada niat seperti ini maka ini riyā'. Dia ingin memunculkan bahwa dia seorang yang shālih.

Bahkan disebutkan oleh sebagian ulamā ada yang mengatakan, "Gara-gara dia mencela saya maka dia celaka," jangan sampai dia merasa hebat.

Kata sebagian ulamā, dia menyebutkan perkara ini, dia mengatakan, "Betapa banyak orang yang mencela Nabi kemudian selamat, betapa banyak orang yang mencela Nabi kemudian namun masuk Islām."

Terus kamu siapa?

Kamu dicela kemudian kamu mengatakan gara-gara dia mencela saya kemudian dia celaka, seakan-akan kamu merasa kamu seorang wali.

"Maka jangan pernah mencela saya," berarti, "Apabila kamu mencela saya maka kamu celaka," ini riyā' terselubung mengaku-ngaku sebagai wali.

Yang menyebutkan perkara ini adalah Al Munawi rahimahullāh.

Syaithān terlalu banyak mendatangkan pintu-pintu riyā' dan tidak ada jalan lain untuk kita selamat kecuali berdo'a.

Jangan pernah mengandalkan keimānan antum yang seadanya, kemudian antum merasa terlepas dari riyā' tidak ada jalan keluar kecuali berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla .

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan kepada para shahābat:

"الشرك في هذه الأمة أخفى من دبيب النملة السوداء على صفاة سوداء في ظلمة الليل"

_"Sesungguhnya kesyirikan di dalam umatku ini seperti rayapan semut hitam di atas batu hitam dalam kegelapan malam."_

Siapa yang bisa melihat?

Semut merah saja di malam hari kita tidak bisa melihat apalagi semut hitam di batu hitam di malam hari.

Maka mereka mengatakan, "Bagaimana kita bisa selamat wahai Rasūlullāh? l"

Maka Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam mengajarkan do'a:

اللَّهُمَّ إِنِّا نعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا نعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لما لا نعلم

_"Yā Allāh, aku berlindung kepada engkau syirik yang kami sadari dan aku mohon ampun dari syirik yang tidak kami sadari."_

Do'a ini harus sering kita ucapkan, karena kita sering terjerumus kedalam riyā'.

Ikhwān hari ini kita ikhlās, dua jam kemudian kita riyā'. Jangankan dua jam, lima menit berikutnya kita sudah pamer amalan kita.

Seringlah kita ingat do'a ini.

Oleh karenanya seorang hamba senantiasa berjuang untuk ikhlās kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sampai kapan?

Sampai dia meninggal dunia dan dia tidak pernah berhenti dari perjuangan untuk meraih keikhlāsan dan terus berusaha untuk ikhlās dan terus meningkatkan kecintaan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______________________
🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA

▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda..*

Contoh : 100.025
______________________

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 10 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 28 Jumadal Ūla 1439 H /15 Februari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 10 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0233
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 10 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Di antara kesyirikan yang merupakan syirik ashghar adalah riyā'. Riyā' adalah seorang beribadah karena ingin dipuji oleh orang lain. Karena ingin dipuji, ingin disanjung, ingin dihormati.

Dan riyā' ini adalah kesyirikan yang sangat luas jenisnya. Oleh karenanya Imām Ibnu Qayyim rahimahullāh tatkala menyebutkan tentang syirik ini, beliau mengatakan:

أما الشرك في الإرادات والنيات فذلك البحر الذي لا ساحل له وقل من ينجو منه

_"Adapun syirik ini maka ini merupakan lautan yang tidak ada tepinya dan hanya sedikit yang selamat dari penyakit ini."_

Syirku niyah, seorang beribadah karena ingin dipuji, disanjung, dihormati. Menurut sebagian ulamā kesyirikan ini adalah kesyirikan yang terakhir keluar dari orang-orang yang imānnya tulus.

Orang-orang yang imānnya tulus sudah terbebas dari segala kemaksiatan, tinggal yang terakhir masalah riyā'. Ini yang terakhir keluar dari dia yaitu riyā', yang lainnya lebih mudah.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ. قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ

_"Sesungguhnya yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashghar."_

_Para shahābat bertanya:_

_"Apa itu syirik ashghar, wahai Rasūlullāh?"_

_Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) bersabda:_

_“(Syirik ashghar adalah) riyā’ yaitu seseorang beribadah untuk dipuji._

(Hadīts riwayat Ahmad 5: 429)

Dalam hadīts lain, tatkala para shahābat sedang berbicara tentang Dajjāl dan mereka mengetahui bahwasanya Dajjāl adalah perkara yang besar (fitnah yang luar biasa).

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنْ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ؟
قَالَ : قُلْنَا : بَلَى , فَقَالَ : " الشِّرْكُ الْخَفِيُّ , أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ " 

_"Maukah aku beritahukan kepada kalian fitnah yang lebih aku takutkan menimpa kalian daripada fitnah Dajjāl."_

_Mereka berkata:_

_"Tentu wahai Rasūlullāh."_

_Kata Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam:_

_"Syirik yang samar. (Dalam riwayat lain, "Syirik yang tersembunyi")."_

_Kemudian Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam mencontohkan:_

_"Seseorang berdiri kemudian dia shalāt, dia bagus-baguskan shalātnya karena dia tahu ada orang lain yang sedang melihat dia shalāt.”_

Inilah syirik yang berbahaya yang dinamakan oleh Syaikh Ibnu Taimiyyah dengan Syahwat Khafiyyah (syahwat yang tersembunyi).

Sebagaimana seorang punya syahwat untuk makanan, untuk minum, bagaimana seorang laki-laki punya syahwat terhadap seorang wanita, ternyata orang-orang shālih pun punya syahwat untuk dihormati, diagung-agungkan dan disanjung.

Dan syahwat ini merupakan kelezatan, jika syahwat tersebut telah dipenuhi maka dia akan merasakan kelezatan yang luar biasa.

Seseorang rela mengorbankan nyawanya demi syahwat.

Bukankah orang yang berjihād karena ingin dipuji, dia rela untuk mati asalkan diakui keberaniannya?

Yang penting dia diakui kehebatannya, yang penting dia diakui kejantanannya untuk dikenang, sehingga dia rela untuk mengorbankan nyawanya demi syahwat dia.

Kalau nyawa saja dia rela mengorbankan apalagi yang lainnya. Orang-orang rela berkorban dengan hartanya yang penting dia dihormati oleh masyarakat.

Seperti seorang ustadz yang mencari pujian, dia rela menghapalkan Al Qur'ān dan hadīts. Perlu waktu yang panjang, perlu sekolah bertahun-tahun hanya ingin dipuji. Kalau nyawa saja rela mereka korbankan apalagi waktu, yang penting syahwatnya terpenuhi.

Sebagian ulamā seperti At Thayibi menyebutkan, kenapa seseorang riyā'?

Karena dia merasa letih, tatkala dia beribadah yang melihat hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dia ingin rilex, sehingga dia ingin mendapatkan sebagian tujuan duniawi, sehingga dia disanjung, dihormati, akhirnya dia beribadah karena ingin mendapatkan sanjungan tersebut.

Karena kalau hanya Allāh yang tahu apa faedahnya ?

Kalau hanya Allāh yang tahu bagaimana ?

Tidak ada kenikmatan yang kongkrit dihadapan dia. Maka dia menginginkan kenikmatan yang kongkrit seperti sanjungan, orang-orang menghormatinya, sering mendapat hadiah. Ini kenikmatan syahwat yang dia rasakan.

Orang-orang seperti ini sangat menderita tatkala timbul saingannya dan saingannya itu mulai disanjung orang-orang karena syahwatnya terusik.

Wajar jika kemudian timbul hasad atau kebencian di antara sebagian penuntut ilmu, ustadz atau ulamā. Karena sebagian mereka terkena penyakit seperti ini. Waliyadzubillāh.

Seseorang, tatkala merasakan penyakit ini, maka hendaknya dia berlindung kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini adalah penyakit yang terakhir keluar dari seorang yang berimān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Barangsiapa yang bersih dari penyakit seperti ini, maka sungguh dia adalah orang-orang yang diselamatkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______________________
🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA

▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda..*

Contoh : 100.025
_____________________

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 08 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 08 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 26 Jumadal Ūla 1439 H /13 Februari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 08 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0231
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 08 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian, di antara syirik ashghar yang tersebar di tanah air kita, adalah memakai jimat.

Dan banyak orang-orang yang mengunakan jimat. Yang jadi masalah kyai-kyai juga menjual jimat, bahkan jimat-jimarnya dijual dengan harga yang mahal.

Saya bertemu dengan para pembeli jimat tersebut, mereka mengatakan jimat-jimat tersebut harganya mahal. Semakin hebat tujuannyamaka semakin mahal harga jimat tersebut. Kesyirikan dijual-belikan, rajah-rajah ditulis.

Dalam hadīts yang diriwayatkan oleh Abdullāh bin Mas'ūd radhiyallāhu ta'āla 'anhu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ

_"Sesungguhnya jampi-jampi dan jimat-jimat, mantra-mantra dan tiwalah (pelet) adalah kesyirikan."_

(Hadīts riwayat Abū Dāwūd, Ibnu Mājah, dan Ahmad. Lihat Shahih Jami’ Ash Shaghir nomor 1632)

Hadīts ini ada sebab wurudnya, kenapa Ibnu Mas'ūd menyebutkan hadītsnya?

Karena salah satu dari istrinya Ibnu Mas'ūd radhiyallāhu ta'āla 'anhu memakai jimat di kalung atau tangannya dan dilihat oleh Ibnu Mas'ūd.

Maka Ibnu Mas'ūd mengatakan, "Apakah ini?" Dan melepas dengan keras jimat yang dipakai oleh istri beliau.

Istrinya mengatakan, "Sebelumnya mata saya bergerak-gerak sendiri dan saya mendatangi seorang dukun, setelah saya menggunakan jimat ini mata saya sekarang sembuh."

Kemudian Ibnu Mas'ūd mengatakan, "Itu adalah syaithān, syaithān membuat demikian sehingga tatkala kamu menggunakan jimat itu maka syaithān berhenti dari menganggu mu."

Dan demikian ini sering terjadi. Seharusnya hal seperti itu dilawan dengan rukyah bukan dengan memakai jimat bantuan jinn atau bantuan syaithān.

Kemudian Ibnu Mas'ūd mengatakan: Saya mendengar Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

 إن الرقى والتمائم والتولة شرك

_"Sesungguhnya jampi-jampi, mantra-mantra, jimat-jimat dan pelet merupakan kesyirikan."_

(Hadīts riwayat Ahmad dan Abū Dāwūd)

Dalam satu hadīts, Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

من تعلق تميمة فلا أتم الله له،

_"Barangsiapa yang menggunakan jimat maka Allāh tidak akan sempurnakan urusannya."_

Kenapa?

Karena orang yang memakai jimat, dia bertawakal kepada jimat bukan kepada Allāh. Dan kesyirikan sangat tampak pada seseorang yang menggunakan jimat.

Orang tersebut tidak pernah PD. Bila akan keluar rumah dia tidak akan PD bila tidak menggunakan jimat. Orang yang akan pergi berjihād pun menggunakan jimat, kalau tidak pakai jimat mereka tidak berani.

Saya pernah mendengar saudara-saudara kita yang berjihād di Ambon, sering orang-orang Nashrāni mengeluarkan wanita-wanita telanjang bulat, mereka tahu orang-orang muslim yang berjihād mereka menggunakan jimat, rajah, sehingga dia keluarkan wanita-wanita itu agar jimat-jimat mereka tidak berfungsi. Ini menyedihkan.

Masyayikh kita yang pernah berjihād di Afganistan juga menasehati para mujahidin di sana agar tidak menggunakan jimat, namun mereka tidak mau, mereka tetap menggunakan jimat.

Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ عَلَّقَ تميمة فقد أشرك

_"Barangsiapa mengantungkan sesuatu sebagai jimat maka dia telah berbuat kesyirikan."_

(Hadīts riwayat Ahmad 4:156)

Dalam hadīts yang lain, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ

_"Barangsiapa menggunakan jimat, Allāh akan membuat dia bertawakal kepada jimat tersebut."_

(Hadīts riwayaa Tirmidzī nomor 2072 dan Ahmad 4: 310. Syaikh Al Albāniy mengatakan bahwa hadīts ini hasan)

Barangsiapa yang menggunakan jimat, Allāh akan buat dia bertawakal kepada jimat tersebut, dan ini benar.  Orang itu benar-benar bertawakal kepada jimat itu.

√ Dia tidak akan merasa sukses dalam perdagangannya kalau dia tidak membawa jimatnya.

√ Dia tidak akan merasa selamat kalau jimatnya tidak dia bawa.

Sehingga dia lupa kalau semua kesuksesan, keselamatan datangnya dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kesyirikan akan tampak bagi orang-orang yang menggunakan jimat. Seharusnya seseorang bila akan keluar rumah berdo'a.

بِسْم اللَّهِ توكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ ، ولا حوْلَ ولا قُوةَ إلاَّ بِاللَّهِ

_"Dengan nama Allāh aku bertawakal kepada Allāh tidak ada daya dan upaya kecuali dengan kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عليَّ

_“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan diriku atau disesatkan orang lain, dari ketergelinciran diriku atau digelincirkan orang lain, dari menzholimi diriku atau dizholimi orang lain, dari kebodohan diriku atau dijahilin orang lain.”_

Harusnya dia berdo'a denga do'a tersebut, tetapi dia mencukupkan dengan menggunakan jimat.

Seseorang yang bergantung dengan jimat berarti dia bertawakal kepada jimat dan ini menunjukkan bahwa jimat itu pembawa kesyirikan.

Bahkan ada sebagian orang yang datang menemui Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk membaiat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam membai'at yang 9 (sembilan) orang, hanya satu orang Nabi tidak dibai'at.

Kemudian orang itu bertanya kepada Mabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, "Wahai Rasūlullāh, engkau memba'it 9 (sembilan) orang kenapa satu orang tidak engkau bai'at?" Padahal bai'at penting.

Kemudian Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

ان علية تميمة

_"Dia menggunakan jimat."_

Sehingga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak mau membai'at orang itu. Akhirnya orang itu melepas jimatnya kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam membai'atnya.

Dari sini hukum menggunakan jimat adalah kesyirikan.

Yang dimaksud jimat adalah syirik ashghar adalah orang-orang yang menyatakan bahwa jimat ini adalah sebab yang mendatangkan keberhasilan adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla (ini adalah syirik keci).

Barangsiapa yang menyatakan bahwa jimat ini yang menyelamatkan maka ini adalah syirik besar. Keluar dari Islām.

Akan tetapi jika mengatakan bahwa jimat ini adalah sebab maka inilah yang disebut dengan syirik ashghar (syirik kecil) karena syari'at tidak pernah menjadikan jimat sebagai sebab. Tidak pernah!

√ Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam mengajarkan do'a-do'a.

√ Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam mengajarkan dzikir-dzikir.

Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah mengajarkan jimat, apalagi jimat-jimat tersebut berisi mantra dan rajah-rajah.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______________________
🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA

▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda..*

Contoh : 100.025
______________________

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 7 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 7 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 25 Jumadal Ūla 1439 H /12 Februari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 07 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0230
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 7 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Barangsiapa yang keluar dari rumahnya, tiba-tiba ada burung merpati yang kotorannya mengenai bajunya atau kepalanya lalu orang tersebut mengatakan, "Nasib sial," dan orang tersebut tidak jadi pergi untuk bekerja, karena kotoran burung merpati yang mengenai baju atau kepalanya, maka orang seperti ini terjerumus kedalam kesyirikan.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَنْ يَقُوْلَ أَحَدُهُمْ :اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.

_"Barangsiapa yang tidak jadi melakukan urusannya karena sesuatu (thiyarah) maka dia telah melakukan kesyirikan."_

Sehingga dia mengkaitkan nasib sialnya dengan kotoran burung yang mengenai baju atau kepalanya, padahal burung merpati tersebut tidak sengaja.

Barangsiapa seperti ini, keluar rumah tiba-tiba ada kucing lewat di depannya kemudian dia mundur ( tidak jadi keluar rumah), maka dia terjerumus ke dalam kesyirikan. Seharusnya dia tetap pergi (keluar rumah) dan mengatakan:

اللهم لاَ خَيْرَ إلا خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إلا طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

Ini adalah do'a untuk menghilangkan perasaan seperti itu, karena perasaan itu sering muncul terutama kita yang di Indonesia yang terlalu banyak pamalinya.

Pamali ini syirik. "Jangan begini jangan begitu," ini semua kesyirikan.

Oleh karenanya kita harus lawan (jangan dipedulikan).

Dalam hadīts Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam:

ولا صفر

_"Tidak ada kesialan pada bulan shafar."_

Karena dahulu orang-orang jāhilīyyah mereka menganggap menikah di bulan shafar adalah pernikahan yang sial.

Betapa banyak di Indonesia seperti ini. Banyak orang percaya primbon, (misalnya)  kalau akan menikah mereka mencari bulan tertentu (merepotkan diri sendiri) dan ini tidak ada hubungannya dengan kesialan.

Ketika kita berada di rumah tiba-tiba ada suara dua ekor burung hantu disekitar rumah kita, lalu kita mengatakan, "Ini pertanda akan ada yang meninggal diantara kita," padahal burung hantu ini tidak ada kaitannya dengan nasib sial. Ini merupakan keayirikan.

Oleh karenanya apa yang tersebar di buku-buku primbon bahwasanya harus begini, harus begini, tidak boleh begini, tidak boleh memotong kuku pada kamis, tidak boleh seorang yang masih lajang duduk di depan pintu rumah, ini semua adalah kesyirikan tidak pernah diajarkan oleh Islām.

Dan ingat kita umat Islām tidak boleh membuat aqidah sembarangan, Allāh melarang hal ini, tidak boleh kita beraqidah kecuali ada dalīl dari Al Qur'ān dan Sunnah.

Kalau ingin sembarang beraqidah, jangan jadi orang Islām. Orang Islām punya aturan, aturan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla  dan rasūl-Nya.

Disebutkan dalam sejarah, ada seorang raja yang keluar dari istananya. Tiba-tiba raja itu membuka pagar istananya dan bertemu dengan orang buta. Baru pertama keluar pintu gerbang istana dia melihat orang buta, maka sang raja mengatakan, "Ini orang sial," kemudian orang buta tersebut dimasukan penjara oleh sang raja. Karena sang raja menganggap orang buta ini mendatangkan kesialan.

Kemudian sang raja keluar rumah dengan tenang karena menurutnya si pembawa sial sudah dimasukan kedalam penjara. Dia keluar hingga sore hari karena dia keluar rumah dengan tenang akhirnya sore harinya orang buta itu dibebaskan dari penjara.

Sang raja mengatakan, "Alhamdulilāh saya selamat, kamu membawa sial sehingga saya memenjarakan kamu."

Kemudian orang buta itu mengatakan, "Wahai raja, yang membawa sial saya atau anda? gara-gara anda saya sial sehingga masuk penjara," akhirnya sang rajapun malu.

Ada juga yang mengatakan, "Saya tidak mau hari pertama bekerja hari sabtu," saya pernah bertemu orang seperti ini. Saya suruh dia bekerja di Madīnah, dia mengataka, "Afwan, saya tidak bisa bekerja kalau hari pertama bekerja hari sabtu," Ini keyakinan yang merepotkan seseorang.

Thiyarah ini keyakinan yang merepotkan seseorang, merepotkan hidupnya. Akhirnya banyak aturan. Dia ingin hartanya berkah, hidupnya tenang dan senang jadi segala sesuatu ada hitungannya ada primbonnya sehingga justru menyusahkan dirinya sendiri. Ini merupakan kesyirikan.

Di antara syirik ashghar (syirik kecil) yang berkaitan dengan aqidah seperti keyakinan fengsui yang tersebar di tanah air kita dari keyakinan orang-orang penyembah jin, penyembah dewa-dewa (orang-orang hindu atau budha). Ini semua khurafat, ini semua merupakan kesyirikan.

Barangsiapa yang dia tidak jadi berbuat sesuatu dikarenakan ada sesuatu yang membawa sial maka dia telah terjerumus ke dalam kesyirikan.

Seorang yang bertauhīd maka dia tetap berjalan, dia menyerahkan urusan hidupnya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dia bertawaqal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Kalau seandainya terjadi sesuatu maka bukan dikarenakan kucing yang lewat tetapi karena sudah kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan dia harus melawan hatinya, karena terkadang karena sudah tersebar di masyarakat timbul perasaan-perasaan seperti itu di dalam hati orang yang bertauhīd.

Ini di antara syirik ashghar yaitu mengkaitkan kesialan dengan apa yang dia lihat atau didengar, dengan nama dan waktu tertentu atau tempat tertentu.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______________________
🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA

▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda..*

Contoh : 100.025
______________________

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 6 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 6 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 03 Jumadal Ūla 1439 H /20 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 06 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0229
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 6 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada kesempatan kali ini kita akan menyebutkan bentuk-bentuk syirik-syirik kecil. Telah saya sebutkan di antara bentuk syirik-syirik kecil dalam bentuk lafal, seperti bersumpah dengan nama selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Contoh syirik lafal:

√ Mengatakan, "Karena Allāh dan karena engkau."

√ Mengatakan, "Kalau bukan karena fulān, maka kita sudah kecolongan."

√ Mengatakan, "Hujan turun karena bintang ini."

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِىْ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَ أَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَ كَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالكَوْكَبِ

_"Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang berimān kepada-Ku dan ada yang kāfir."_

_"Siapa yang mengatakan, 'Muthirnā bi fadhlillāhi wa rahmatih' (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allāh), maka dialah yang berimān kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang."_

_"Sedangkan yang mengatakan 'Muthirnā binau'i kadzā wa kadzā '(Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepada-Ku dan beriman pada bintang-bintang."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 846 dan Muslim nomor 71)

Ini merupakan syirik lafal, namun dihukumi oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam atau dihukumi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebagai kesyirikan karena menyandarkan sebab rahmat Allāh kepada bintang.

Sekarang kita akan membahas tentang bentuk-bentuk kesyirikan yang lain, yang berkaitan dengan aqidah.

Diantara syirik ashghar (syirik kecil) adalah bertathayyur. Bertathayyur artinya mengkait-kaitan nasib sial dengan apa yang dia lihat atau apa yang dia dengar dengan nama-nama, benda-benda atau apapun yang berkaitan dengan alam semesta ini dengan kesialan. Di dalam syari'at disebut tathayyur.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ

_"Thiyarah itu adalah kesyirik."_

Tathayyur diambil kata thāir yaitu burung. Orang-orang jāhilīyyah dahulu, kalau mereka hendak safar mereka pergi ke burung tertentu yang sudah mereka kenal.

Kalau burung itu mereka usir, ternyata burungnya terbang ke kanan maka mereka melanjutka safar mereka, berarti ini tanda nasib baik. Tetapi apabila burung tersebut diusir dan terbang ke kiri mereka membatalkan safar mereka.

Berarti mereka mengkaitkan nasib sial dengan terbangnya burung kearah kiri, ini merupakan kesyirikan. Ini sudah ada sejak zaman dahulu bahkan sejak zaman kaum Nabi Mūsā 'alayhissallām.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan bagaimana kaum nabi Mūsā 'alayhissallām:

فَإِذَا جَآءَتْهُمُ ٱلْحَسَنَةُ قَالُوا۟ لَنَا هَـٰذِهِۦ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌۭ يَطَّيَّرُوا۟ بِمُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓ ۗ أَلَآ إِنَّمَا طَـٰٓئِرُهُمْ عِندَ ٱللَّهِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

_Apabila datang kepada mereka (kaum nabi Mūsā) kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Mūsā dan orang-orang yang besertanya._

_Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allāh, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."_

(QS Al Arāf: 131)

Yang menentukan kebaikan dan keburukan adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Barangsiapa yang mengkaitkan keburukan dengan hal-hal yang ada di dunia karena sebab Si Fulān, karena sebab burung, karena sebab ada ular yang lewat, karena ada burung hantu di rumah, maka dia telah terjerumus ke dalam kesyirikan. Namun ini merupakan syirik ashghar karena dia menjadikan sesuatu yang bukan sebab dijadikan sebab kesialan.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 5 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 5 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 02 Jumadal Ūla 1439 H /19 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 05 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0228
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 5 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ada beberapa perkara yang merupakan syirik ashghar (شرك الأصغر) dan dia hanya sekedar lafal, tetapi dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, karena lafal tersebut mengandung makna kesyirikan meskipun pengucapnya tidak berbuat kesyirikan.

Contohnya:

Perkataan Ibnu 'Abbās radhiyallāhu ta'āla 'anhu tatkala menafsirkan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًۭا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

_"Janganlah kalian menjadikan bagi Allāh tandingan-tandingan, padahal kalian mengetahui."_

(QS Al Baqarah : 22)

Kata Ibnu 'Abbās:

Di antara bentuk menjadikan tandingan bagi Allāh seseorang mengatakan:

لول كالبة هذه لأتانا اللصوص

_"Kalau bukan karena anjing ini, maka pencuri sudah masuk rumah."_

Karena anjing ini menggonggong akhirnya pencuri tidak jadi masuk rumah.

Subhānallāh.

Orang yang mengucapkan ini, dia tahu bahwasanya semua ditakdirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Allāh menjadikan anjing itu menggonggong. Tetapi tatkala lafal tersebut mengesankan kepada kesyirikan, seakan-akan yang menyebabkan keselamatan adalah anjing itu (dan betul-betul anjing itu yang menyebabkan), tetapi Allāh tidak ingin seperti ini.

Seseorang harus sadar bahwasanya yang menyebabkan semuanya adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala seseorang mengucapakan, "Kalau bukan karena anjing ini, maka pencuri akan masuk ke dalam rumah," maka dihukumi sebagai bentuk kesyirikan.

Ini hanya sekedar lafal, pengucapnya tidak berniat meyakini bahwanya penolongnya adalah anjing itu. Ini banyak dilakukan oleh saudara-saudara kita.

"Waduh kalau bukan karena ini."

"Waduh kalau bukan karena itu."

"Waduh kalau bukan karena om saya."

"Waduh kalau bukan karena Pak Bupati."

Ini sering diucapkan, dan ini merupakan. syirik dalam lafal dan dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Contohnya:

Seseorang yang bersumpah dengan nama selain nama Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Misalnya:

"Demi Ka'bah," atau "Demi amanah."

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ حَلَفَ بِالْأَمَانَةِ

_"Bukan dari bagian kami orang yang bersumpah dengan amanah."_

(Hadīts riwayat Ahmad nomor 21902)

لَا تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ

_‌"Janganlah kalian bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 6157)

مَنْ كَانَ حَالِفًا فَلْيَحْلِفْ بِاللَّهِ أَوْ لِيَصْمُتْ

_"Barangsiapa yang bersumpah, maka bersumpahlah dengan nama Allāh atau hendaknya ia diam."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 6646)

Seorang yang bersumpah dengan mengatakan:

"Demi amanah."

"Demi nenek moyangku."

"Demi negeriku," dan yang lainnya.

Dia tidak menjadikan nenek moyangnya sebagai Tuhan, hanya sekedar penghormatan kepada mereka, akan tetapi syari'at tidak memperbolehkan lafal seperti ini, karena lafal ini adalah lafal yang mengarah kepada kesyirikan.

Dan seluruh lafal-lafal yang mengandung kesyirikan dilarang oleh syari'at dan ini termasuk ke dalam syirik ashghar.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ

_"Barangsiapa bersumpah atas nama selain Allāh, maka ia telah kāfir atau berbuat syirik."_

(Hadīts riwayat Abu Daud nomor 3251)

Bagaimana lagi dengan kesyirikan-kesyirikan yang berkaitan dengan amalan dan keyakinan-keyakinan.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 4 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 4 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 01 Jumadal Ūla 1439 H /18 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 04 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0227
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 4 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lihat, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengharāmkan banyak perkara terhadap kaum muslimin agar terjauh dari orang-orang musyrikin, baik dalam perkara ibadah maupun perkara adat.

Contoh perkara ibadah:

⇒ Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang kita meniru gaya-gaya ibadah orang-orang musyrikin.

Sampai Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh para shahābat shalāt menggunakan sandal-sandal (sepatu-sepatu) mereka, karena orang-orang Yahūdi tatkala mereka shalāt mereka tidak menggunakan sandal dan sepatu (di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam).

Dalam soal ibadah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh para shahābat menyelisihi orang-orang Yahūdi.

Bahkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang kita untuk mengerjakan shalāt setelah shalāt 'ashar dan shalāt shubuh, karena pada waktu itu penyembah matahari (orang-orang Majusi) sedang beribadah kepada matahari. Puncak ibadah mereka tatkala matahari tenggelam dan matahari terbit.

Tidak hanya dilarang meniru bentuk ibadahnya, waktu ibadahnya pun kita dilarang meniru adat. Kita umatnya diminta jauh-jauh dari bentuk kesyirikan, jangan sampai menyamai orang-orang musyirikan.

Perkara adatpun Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang kita menyerupai (tasyabbuh) dengan mereka.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

_“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”_

(Hadīts riwayat Ahmad 2: 50 dan Abū Dāwūd nomor  4031. Syaikhul Islām dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadīts ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albāniy mengatakan bahwa hadīts ini shahīh sebagaimana dalam Irwa’ul Ghalil nomor1269)

Contohnya dalam perkara jenggot, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ

_"Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majūsi."_

(Hadīts riwayat Muslim nomor 626)

Dan banyak hadīts-hadīts yang seperti ini.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh kita menyelisihi orang-orang musyrikin, karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak ingin kita dekat kepada kesyirikan.

Bahkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyunnahkan kita membunuh cicak.

Kenapa kita disunnahkan membunuh cicak?

Karena cicak adalah hewan yang meniup apinya Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām (bapaknya tauhīd).

Tatkala itu Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām sedang dimusuhi oleh orang-orang musyrikin ternyata ada cicak yang ikut membantu orang-orang musyrikin meniup api (menyalakan api) untuk membakar nabi Ibrāhīm 'alayhissallām.

Orang mungkin mengatakan, "Apa salah cicak?"

Nabi ingin menghidupkan kebencian (peperangan) terhadap orang-orang musyrikin, bahwasanya orang yang bertauhīd harus berbeda dengan orang-orang musyrikin, tidak boleh sama. Tauhīd harus istimewa tidak boleh sama dengan orang-orang musyrikin.

Terlebih lagi yang berkaitan dengan syirik langsung, sampai-sampai kita lihat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menghukumi lafal-lafal yang mengarah kepada kesyirikan dengan kesyirikan (dihukumi dengan kesyirikan).

Ada beberapa perkara yang merupakan syirik ashghar (شرك الأصغر) dan dia hanya sekedar lafal, tetapi dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam karena lafal tersebut mengandung makna kesyirikan meskipun pengucapnya tidak berbuat kesyirikan.

Contohnya:

Tatkala ada seseorang berkata kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
ما شاء الله وشئت

"Māsyā Allāhu wasyi'ta"

_"Karena kehendak Allāh dan kehendakmu."_

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pun marah, Nabi mengatakan:

 أجعلتني لله نداً

_"Apakah kamu menjadikan aku tandingan bagi Allāh?"_

Katakanlah:

قل ما شاء الله وحده 

_"Hanya karena kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

Atau katakan:

ما شاء الله ثم شئت

_"Karena kehendak Allāh kemudian karena kehendakmu."_

Shahābat yang mengatakan, "Karena kehendak Allāh dan kehendakmu wahai Rasūlullāh," sama sekali tidak ada kesyirikan dalam hatinya, dia tidak mungkin menggandengkan Nabi dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tetapi lafalnya mengandung makna kesyirikan.

Seandainya dia meyakini Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyertai Allāh dalam mengatur alam semesta, maka dia musyrik (kāfir). Para shahābat tidak demikian, akan tetapi sekedar lafal yang menyatakan:

ما شاء الله وشئت

_"Karena kehendak Allāh dan kehendak engkau wahai Rasūlullāh."_

Ini sekedar lafal tapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam marah, karena lafal tersebut mengandung makna kesyirikan meskipun pelakunya sama sekali tidak punya i'tikad kesyirikan (tidak ada niat syirik sama sekali), namun dilarang.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 3 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 3 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 29 Rabi’ul Akhir 1439 H /17 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 03 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0226
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 3 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Perbedaan syirik akbar (الشرك الأكبر) dengan syirik asghar (الشرك الاصغر), adalah:

⑶ Sebagian ulamā (ada khilāf diantara para ulamā) mengatakan bahwasanya di antara perbedaan antara syirik akbar (الشرك الأكبر) dengan syirik asghar (الشرك الاصغر) adalah syirik akbar tidak akan diampuni.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ

_"Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu."_

(QS An Nissā': 48)

Adapun syirik kecil sebagian ulamā mengatakan termasuk ke dalam kehendak Allāh, bisa diampuni bisa juga tidak sebagaimana dosa-dosa yang lain.

Pada poin ketiga ini ada khilāf, sebagian ulama seperti Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah. Banyak perkataan-perkataan beliau yang mengisyaratkan bahwasanya beliau berpendapat syirik kecilpun tidak akan diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Adapun murid beliau Ibnu Qayyim rahimahullāh cenderung kepada pendapat bahwasanya syirik kecil bisa diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Mereka yang mengatakan syirik kecil tidak akan diampuni oleh Allāh mereka berdalīl dengan keumuman firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ

_"Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa kesyirikan."_

Disini Allāh menyebutkan syirik secara umum, sehingga mencakup syirik besar dan juga syirik kecil.

Dan yang dimaksud oleh para ulamā syirik kecil tidak akan diampuni bukan berarti orang yang melakukan syirik kecil akan masuk ke dalam neraka Jahanam kekal di dalamnya selama-lamanya (bukan seperti ini maksudnya).

Maksudnya syirik kecil jika tidak diampuni artinya pelakunya harus ditimbang ke dalam timbangan keburukan, kemudian dibandingkan dengan kebaikan-kebaikan yang dimiliki oleh hamba tersebut.

Artinya tidak diampuni bukan berarti orang yang melakukan syirik asghar kemudian kekal di dalam neraka jahanam, tidak! tetapi dia harus diletakkan dalam timbangan amal keburukan.

Namun pendapat yang lebih rajīh, Wallāhu a'lam bishawāb, adalah pendapat yang menyatakan syirik kecil di bawah kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sebagaimana dosa-dosa yang lain.

Jika Allāh berkehendak untuk mengampuni maka Allāh ampuni atau jika Allāh berkehendak untuk tidak mengampuni maka Allāh tidak akan ampuni dan akan diletakkan ke dalam  timbangan keburukan.

Kenapa?

Karena banyak ayat-ayat dalam Al Qur'ān yang menyebutkan syirik secara umum tetapi maksudnya syirik akbar.

Contohnya seperti firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍۢ

_"Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat kesyirikan kepada Allāh maka Allāh harāmkan surga baginya dan tempat kembalinya neraka Jahanam dan tidak ada penolong baginya."_

(QS Al Mā'idah: 72)

Disini Allāh mengatakan:

"Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat kesyirikan."

Maksudnya syirik akbar bukan syirik kecil. Karena Allāh mengatakan, "Allāh harāmkan surga baginya."

Yaitu, tidak mungkin masuk surga selamanya. Padahal lafalnya umum.

Contoh lain firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

 لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ

_"Jika engkau berbuat kesyirikan maka akan gugur seluruh amalanmu."_

(QS Az Zummar: 65)

Maksudnya kesyirikan disini adalah adalah syirik akbar padahal lafalnya umum, dengan ijmā' ulamā maksudnya syirik akbar.

Demikian pula firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ

_"Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa kesyirikan."_

Maksudnya syirik akbar.

Meskipun dinyatakan dengan nama syirik kecil, bukan berarti dia merupakan dosa yang ringan, dia termasuk dari dosa besar. Walaupun dia disebut dengan syirik kecil tapi dia termasuk dari keumuman kesyirikan dan termasuk dari dosa besar dan bisa mengancam pelakunya terjerumus dalam neraka jahannam.

Bukankah telah kita sampaikan pada pertemuan yang lalu tentang tiga orang yang diadzāb oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla  karena riyā'.

√ Yang berjihād karena riyā'.
√ Yang bershadaqah karena riyā'.
√ Yang menjadi ustadz ('alim) karena riyā'.

Dimasukan ke dalam neraka jahannam.

Oleh karenanya syirik ashghar meskipun dikatakan syirik kecil dia termasuk dosa besar.

Barangsiapa yang memperhatikan bagaimana perhatian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam terhadap tauhīd, maka dia akan sadar bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ingin menjauhkan umatnya dari segala bentuk kesyirikan, sejauh-jauhnya.

Oleh karenanya
Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām berdo'a:

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

_"Yā Rabb, jauhkan aku dan anak-anakku dari penyembahan berhala."_

(QS Ibrāhīm: 35)

"Jauhkan aku dari penyembahan berhala, jauhkan aku dan anak-anakku dari kesyirikan." Artinya Nabi Ibrāhīm dan anak-anaknya jauh, bukan hanya sekedar tidak melakukan kesyirikan, tetapi Nabi Ibrāhīm berdo'a agar dijauhkan, dijauhkan sejauh-jauhnya dari segala bentuk kesyirikan. Bukan sekedar jangan membuat kami terjerumus ke dalam kesyirikan, tidak!

Bukan hanya tidak terjerumus bahkan jauh dari kesyirikan dan ini do'anya Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengharāmkan banyak perkara terhadap kaum muslimin agar terjauh dari orang-orang musyrikin, baik dalam perkara ibadah maupun perkara adat.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________