Laman

Tampilkan postingan dengan label Aqidah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Aqidah. Tampilkan semua postingan

AQIDAH AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH (BAGIAN 11 DARI 13)

AQIDAH AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH (BAGIAN 11 DARI 13)


🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 09 Sya'ban 1438 H / 06 Mei 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 11 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-11
⬆ Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH (BAGIAN 11 DARI 13)*


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ikhwāni fīllāh wa akhawāti fīddīn azaniyallāh waiyyakum

_▪Kemudian kaidah yang kedua, tatkala menetapkan sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, *kita tidak boleh menyamakan dan tidak boleh membagaimanakannya, kita menetapkan dan kita tidak boleh menolaknya.*_

Jadi kalau datang dalīl kita terima, namun kita tidak boleh membagaimanakannya (bertanya "bagaimana") dan tidak boleh juga menyamakannya dengan makhluk.

Jadi bagaimana cara kita menetapkan sifat?

Sederhana !

⇒Jika datang penjelasan sifat-sifat Allāh, seperti Allāh Maha Mendengar, Allāh Maha Melihat, maka kita kita katakan:

"Allāh Maha Melihat, Allāh Maha Mendengar dan tidak sama dengan makhluk."

Makhluk pendengaran dan penglihatannya penuh keterbatasan.

Contoh:

Ketika orang berkumpul di Padang 'Arafāh, jutaan haji berkumpul di padang 'Arafāh. Kemudian di saat yang sama mereka memohon kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan berbagai bahasa, mungkin ratusan bahasa, minta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam waktu yang bersamaan dengan permintaan yang berbeda-beda, maka Allāh Maha Mendengar seluruhnya dalam waktu yang sama.

⇒Ini Maha Mendengarnya Allāh.

Adapun mendengarnya manusia sangat terbatas.

Kita, bila ada tiga orang berbicara dengan kita semuanya menggunakan bahasa Indonesia, kita tidak bisa menyimak ketiganya. Salah seorang dari mereka harus berbicara dan yang lain diam dulu. Kita tidak bisa menangkap pembicaraan mereka tiga-tiganya.

Apalagi jika salah satu menggunakan bahasa Bali, satu lagi bahasa Bugis, kemudian bahasa Irian, pasti kita tidak akan paham. Pendengaran manusia terbatas tidak sama dengan Maha Mendengarnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⇒Dan qiyaskanlah dengan sifat-sifat yang lain.

Apalagi jika kita berbicara tentang ilmu Allāh, Ilmu Allāh sangat luas, manusia sangat terbatas. Allāh mengatakan:

وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا

_"Tidak ada satu daunpun yang terjatuh kecuali Allāh tahu Ilmunya."_

(QS Al An'ām: 59)

Di bumi ini berapa triliyun daun?

Tidak bisa dihitung, kalau ada satu daun jatuh dibelantara Afrika Allāh pasti tahu. Kenapa?

Karena semua itu makhluk Allāh.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ

_"Bukankah yang menciptakan tahu yang dia ciptakan."_

(QS Al Mulk: 14)

Seluruh yang Dia ciptakan Allāh tahu tentangnya. Seluruh daun ciptaan Allāh sehingga Allāh tahu bagaimana daun tersebut, bahkan manusia, Allāh tahu seluruh manusia.

Allāh mengatakan:

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

_"Allāh tahu pengkhianatan lirikan mata dan Allāh tahu yang disembunyikan oleh hati-hati manusia."_

(QS Ghāfir: 19)

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ

_"Ketahuilah Allāh tahu apa yang ada didalam hati-hati kalian, maka waspadalah."_

(QS Al Baqarah: 235)

⇒Allāh Maha Tahu. Manusia pengetahuannya sangat terbatas, banyak perkara yang tidak bisa dia ketahui.

Begitulah cara menetapkan sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Jangan kita tolak!

Contoh:

Tatkala Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan bahwa Allāh punya tangan, Allāh mengatakan dalam Al Qur'ān kepada iblīs.

مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ

_"Wahai iblīs, apa yang mencegahmu untuk bersujud kepada Ādam yang aku ciptakan dengan kedua tanganku?"_

(QS Sad: 75)

⇒Kita yakin Allāh punya dua tangan.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla, "Aku ciptakan Ādam dengan dua tanganku."

Bagaimana tangan Allāh?

Kita tidak tahu, tidak bisa anda bayangkan, kalau anda bayangkan pasti keliru.

Seperti Allāh mengatakan dalam hadīts-hadīts yang shahīh bahwasanya penghuni-penghuni surga akan melihat wajah Allāh.

Bagaimana wajah Allāh?

Tidak bisa kita bayangkan, sangat indah tetapi kita tidak tahu. Bagaimana kita akan membayangkan karena kita tidak pernah tahu? Otak kita tidak mampu untuk membayangkan.

Tidak usaha kita membayangkan keindahan Allāh, anda membayangkan bagaimana tampannya Nabi Yūsuf 'alayhissalām saja tidak akan pernah mampu.

Yang anda bisa bayangkan adalah orang yang tertampan yang pernah anda lihat. Kalau anda ingin melihat tampannya Nabi Yūsuf 'alayhissalām, yang kata Nabi, "Diberikan setengah ketampanan," maka anda tidak akan pernah bisa mengkhayalkannya.

Sama seperti kalau anda disuruh mengkhayal tentang cantiknya bidadari, anda tidak akan mampu. Yang bisa anda bayangkan adalah wanita tercantik yang pernah anda lihat. Lebih daripada itu tidak akan mampu.

Bayangkan dalam satu hadīts Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan tentang beningnya bidadari, karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla  mengatakan:

كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ

_"Bidadari itu putih seperti mutiara dan bening seperti Intan."_

(QS Ar Rahmān: 58)

Beningnya bagaimana?

Dalam hadīts Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

كَبِدُهَا مِرآتُهُ

_"Bahwasanya hati Bidadari itu cermin bagi suaminya."_

Bagaimana caranya, dihatinya ada cermin?

Kita tidak bisa bayangkan, bahkan kata Nabi dalam satu hadīts:

يُرَى مُخُ سُوْقِهِنَّ مِنْ وَرَاءِ الْعَظْمِ وَاللَّحْمِ

_"Terlihat sumsum betisnya dibalik daging."_

(HR Al Bukhari no 3081 dan Muslim no 7325)

Dan ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam jelaskan karena sangat cantiknya.

Sehingga bila disuruh membayangkan bidadari kita tidak akan bisa, tidak mampu otak kita membayangkan cantiknya bidadari.

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لَوْ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ لَأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا، وَلَمَلَأَتْهُ رِيحًا، وَلَنَصِيفُهَا عَلَى رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا [صحيح البخاري]

_"Kalau ada seorang bidadari muncul di dunia ini maka akan menerangi antara bumi dan langit, bahkan bau semerbak yang harum antara langit dan bumi."_

(Hadīts Riwayat Bukhāri 2587 versi Fathul Bari nomor 2796)

==> Karena bau bidadari yang sangat harum.

Kita tidak bisa membayangkan bidadari seperti apa, tidak bisa!

Otak kita tidak mampu, bidadari tidak sama dengan wanita di dunia.

Orang di dunia saja (Nabi Yūsuf 'alayhissalām) anda bayangkan tidak akan mampu, otak anda tidak akan sampai, kenapa? Sudah saya katakan tadi akal itu hanya bisa mengkhayal sesuai dengan logika yang pernah dia lihat.

Bayangkan!

Sampai para wanita tatkala melihat Nabi Yūsuf 'alayhissalām mereka pun mengagungkan Nabi Yūsuf sehingga mereka potong jari-jari tangan mereka tanpa mereka sadari karena sangat tampannya Nabi Yūsuf.

Oleh karenanya anda tidak akan mampu mengkhayalkan tentang sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan kita tetapkan sifat-sifat Allāh dengan mengatakan, "Berbeda dengan makhluk."

Kalau kita takwil, kita mengatakan misalnya yang dimaksud dengan tangan Allāh adalah kekuatan maka ini kelazimannya berbahaya.

Anda bayangkan, Allāh Subhānahu wa Ta'āla  mengatakan:

"Wahai iblīs apa yang mencegahmu sujud kepada Ādam yang aku ciptakan dengan dua tanganku?"

⇒Maksudnya dengan kekuatan-Ku.

Berarti Ādam tidak spesial karena semua makhluk Allāh ciptakan dengan kekuatan (Qudrah Allāh Subhānahu wa Ta'āla).

Kenapa Ādam 'alayhissalām jadi spesial? Karena dia diciptakan dengan kedua tangan Allāh.

Kalau Allāh mengatakan, "Wahai iblīs, kenapa engkau tidak sujud kepada Ādam yang spesial yang aku ciptakan dengan kedua tanganku," kalau kedua tangan kita artikan kekuatan, maka iblīs akan bisa membantah.

Iblīs akan membantah:

"Yā Allāh saya juga Engkau ciptakan dengan kekuatanmu. Apa bedanya saya dengan Ādam?"

Oleh karenanya kita berimān bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla memiliki kedua tangan. Di antara sifat-sifat tangan Allāh, Allāh sebutkan dalam Al Qur'ān:

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

_"Mereka tidak mengenal Allāh sebagaimana mestinya, pada hari kiamat kelak seluruh bumi akan berada dalam gengaman Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan langit-langit akan dilipat oleh tangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Maha Suci Allāh atas kesyirikan yang mereka sampaikan."_

(QS  Az Zumar: 67)

Jadi kita yakini sifat-sifat Allāh tanpa menyamakan dengan makhluk dan ini merupakan aqidah salaf.

Kalau saya ingin nukilkan perkataan para salaf dari kalangan shahābat, saya akan nukilkan sebagian dan anda yakin bahwasanya ini adalah aqidah para salaf.

Contohnya:

⑴ Perkataan Ibnu 'Ummar

Ibnu 'Ummar, seorang shahābat, beliau berkata:

خلق الله أربعة أشياء بيده : العرش ، والقلم ، وآدم ، وجنة عدن ، ثم قال لسائر الخلق : كن فكان

_Allāh menciptakan empat perkara dengan tangannya, 'Arsy, Qalam, Ādam dan surga 'Adn, adapun makhluk lain Allāh mengatakan, "Kun, fayakūn."_

⇒Ini perkataan Ibnu 'Ummar (shahābat) dia mengatakan sebagian makhluk dengan tangan Allāh.

⑵ 'Abdullāh bin Mas'ūd

Waktu beliau menafsirkan Ash Shamad, kata beliau Ash Shamad secara bahasa artinya pemimpin dan manusia juga ada yang jadi pemimpin.

Tapi menurut Abdullāh bin Mas'ūd Ash Shamad adalah pemimpin yang merupakan puncak dari kepemimpinan.

الصمد، هو السيد الذي قد انتهى سؤدده

Dia sebutkan maknanya pemimpin dalam bahasa Arab tapi kepemimpinan Allāh tidak sama dengan kepemimpinan makhluk (manusia) sehingga di akhirat kelak Allāh mengatakan:

لِّمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۖ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

_"Sekarang kerajaan milik siapa?" Hanya milik Allāh yang Maha Esa dan Maha Kuasa._

(QS Al Ghâfir: 16)

Seluruh makhluk tatkala hari kiamat semua jabatannya ditanggalkan, semua dibangkitkan dalam kondisi telanjang, dalam kondisi tidak beralas kaki, pada hari kiamat kelak keluar dari kuburan mereka.

Maka Allāh bertanya, "Sekarang kerajaan milik siapa?"

⇒Jadi Allāh Subhānahu wa Ta'āla  adalah raja (pemimpin) tetapi puncak kepemimpinan.

Ini dalīl bahwasanya mereka menetapkan makna-makna dari sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla tapi mereka membedakan antara Allāh dengan makhluk.

⑶ Abū Aliyyah (seorang tabi'in)

Dia berkata:

_Istawa' ilas samā'_

Maksudnya, irtafā (di atas)

Contohnya:

√ Mujahid rahimahullāh, muridnya Ibnu 'Abbās, dia menafsirkan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla, istawa' artinya "di atas".

 √ Ikhrima, maula Ibnu 'Abbās (tabi'in juga) .

Waktu dia menafsirkan:

  بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَان

_"Bahkan kedua tangan Allāh terbentang."_

Kata dia, maksudnya dua tangan secara hakikat. Benar dua tangan, tapi tanpa membagaimanakan.

√ Atsar yang mashyur dari Imām Mālik bin Anna's rahimahullāh gurunya Imām Syāfi'i.

Waktu ada seorang datang kepada Imām Mālik, dia berkata:

: يا مالك ! ( الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى ) كيف استوى؟

_"Wahai Imām Mālik, Allāh berada di atas 'Arsy, bagaimana istiwa' Nya Allāh?"_

Waktu itu Imām Mālik berkeringat karena kaget mendengar pertanyaan orang ini.

Maka Imām Mālik berkata:

الاستواء غير مجهول، والكيف غير معقول، والإيمان به واجب، والسؤال عنه بدعة، فإني أخاف أن تكون ضال

_"Adapun istiwa' Nya Allāh kita mengerti di atas, bagaimananya tidak bisa kita pikirkan dan berimān tentang hal tersebut adalah wajib dan bertanya tentang bagaimananya adalah perkara yang bid'ah, aku khawatir engkau telah tersesat."_

Kemudian Imām Mālik memerintahkan untuk mengeluarkan orang yang bertanya ini.

Jadi ini kaidah penting!

Bersambung kebagian 12, In syā Allāh

__________________________
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
---------------------------------------

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 10 DARI 13)

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 10 DARI 13)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 08 Sya'ban 1438 H / 05 Mei 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 10 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-10
⬆ Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 10 DARI 13)*


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


Ikhwāni fīllāh wa akhwāti fīddīn azaniyallāh waiyyakum.

Dari puluhan sisi untuk membantah pernyataan yang dikenal dengan al qānūn al kully atau kaidah universal yang intinya akal harus didahulukan daripada dalīl, kita sebut hanya beberapa sisi bantahan saja.


⑴ Kita buat sebuah analogi yang disebutkan oleh para ulamā (Ibnu Qayyim, Ibnu Abi Izz Al Hanafi rahimahumullāh)

Contohnya:

Saya ingin berobat untuk berhenti merokok tapi saya binggung di mana tempat praktek dokter Kemudian sayapun berjalan akhirnya bertemu (misalnya) tukang becak. Kemudian saya bertanya kepada tukang becak dimanakah dokter yang ahli. Kemudian tukang becak tersebut menunjukan dokter yang ahli. Lalu saya berobat di dokter tersebut.

Setelah saya pergi ke dokter tersebut diperiksalah saya kemudian diberi resep. Setelah saya pulang dari dokter itu saya lewat tukang becak tadi, lalu tukang becak tadi bertanya:

"Apakah resep yang diberikan dokter itu?"

Lalu saya tunjukan resep tersebut. Kemudian tukang becak itu mengatakan bahwa resep ini keliru.

Saat itu siapa yang dibenarkan? Tukang becak atau dokter?

Kalau anda membenarkan dokter itu maka tukang becak akan marah, "Yang menunjukkan dokter itu adalah saya (tukang becak) kenapa kamu tidak percaya dengan saya?"

Kalau kamu tidak percaya dengan tukang becak itu seharusnya kamu jangan percaya dengan dokter itu, karena yang menunjukan dokter itu adalah tukang becak.

⇒Ini logikanya orang-orang Mu'tazilah.

Kalau logika kita, kita balik.

Kamu (tukang becak) sudah tunjukan dokter berarti dokter itu adalah ahli dan saya harus percaya kepada dokter karena itu bidangnya. Kalau saya tidak percaya dokter kemudian saya kembali kepada tukang becak, maka dari awal saya tidak percaya dengan tukang becak.

Kalau sekarang saya bilang, dokter salah! Berarti sejak awal kamu (tukang becak) salah menunjuk.

Kalau kita tidak membenarkan dokter sebenarnya kita tidak membenarkan tukang becak yang menunjukan dia dokter.

Kalau kita sudah membenarkan tukang becak tentang dokter itu, maka apa yang dokter katakan tentang obat maka itu benar.

Kapan kita tidak percaya dokter?

Pada saat kita tidak percaya kepada tukang becak yang sudah menunjukan dia adalah dokter, ini logikanya, logika kita.

Jadi kamu (akal) yang telah menunjukan itu adalah Tuhan dan Tuhan tidak mungkin salah.

Tuhan telah mengutus rasūl dan rasūl tidak mungkin salah (ma'sum) karena dia utusan Tuhan. Maka bila ada dalīl dari Al Qurān maupun Sunnah (perkataan rasūl), maka kita harus membenarkan itu meskipun bertentangan dengan akal kita.

Karena akal kita tidak kuat, tidak semuanya kita paham.

Ketika kita tidak percaya kepada Al Qurān dan Sunnah, berarti asalnya kita sudah menyalahkan akal sejak awal, berarti akal sudah salah menunjukan.

√ Itu bukan Tuhan, mungkin salah.
√ Itu bukan rasūl, mungkin salah.

Namanya rasūl dengan Tuhan tidak boleh salah.

Karena rasūl ma'sum, Tuhan itu tidak mungkin salah. Itu akal menunjukan demikian.

Maka yang benar, bila terjadi pertentangan antara akal dengan Al Qurān dan Sunnah maka yang kita benarkan adalah Al Qurān dan Sunnah, karena Tuhan tidak mungkin keliru.

Inilah bantahan kepada mereka dari sisi pertama. Yaitu justru kalau kita menyalahkan ayat dan sunnah berarti kita tidak percaya dengan akal, karena akal yang menunjukan bahwa itu adalah Tuhan dan Rasūl.


⑵ Kita katakan, misalkan saya setuju dengan anda, bahwasanya akal merupakan sumber untuk kita mengetahui tentang sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kalau kita sepakat akal yang menjadi patokan, pertanyaan berikutnya akal siapa yang menjadi patokan?

Sementara kita tahu bahwasanya akal itu bertingkat-tingkat, sehingga tatkala ahlul bida' yang mereka menjadikan akal sebagai sumber penetapan sifat-sifat Allāh merekapun berselisih.

Ada kelompok jahmiyah, mu'tazilah, kullabiyyah, asysyāirah. Asysyāirah pun terbagi menjadi dua asysyāirah mutaqadimin dan asysyāirah muta'akhirin. Ada kelompok maturidiyyah.

Ini semua berbeda-beda dalam menetapkan sifat, kenapa?

Karena akal mereka berbeda-beda.

⇒Apa yang menurut jahmiyah  tidak masuk akal, menurut mu'tazilah masuk akal.
⇒Apa yang menurut mu'tazilah tidak masuk akal, menurut kullabiyyah dan asysyāirah  masuk akal.
⇒Apa yang menurut asysyāirah mutaqadimin (yang lama) masuk akal, menurut asysyāirah muta'akhirin tidak masuk akal.

Sehingga mereka berbeda-beda.

Saya ulangi, ada:

⑴ Jahmiyah
⑵ Mu'tazilah
⑶ Kulabiyyah
⑷ Asysyāirah mutaqadimin
⑸ Asysyāirah muta'akhirin
⑹ Maturidiyyah

Ada 6 (enam) kelompok dalam hal ini. Belum lagi ada ahlul kalam (filsafat) yang lain lagi dalam  menetapkan sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Lalu akal mana yang akan kita pakai?

Apakah akal-akal orang ini ataukah akalnya Abū Bakar, akalnya 'Ummar atau akalnya shahābat atau akalnya Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam? Akal mana yang akan dipakai?

Tatkala kita menjadikan akal sebagai sumber maka akan terjadi banyak perbedaan.

Kata Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah:

ياليت شعري بأي عقل يوزن الكتاب والسنة

_"Sungguh, dengan akal siapa mau ditimbang  Al Qurān dan Sunnah."_

Kata Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah:

_Sungguh semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla meridhāi Al Imām Mālik, tatkala beliau berkata:_

أفكلما جاء رجل أجدل من رجل تركنا ما جاء به جبريل إلى محمد صلى الله عليه وسلم لجدل هؤلاء

_"Apakah setiap orang yang pandai berdebat akhirnya kita tinggalkan apa yang diwahyukan Jibrīl kepada Muhammad gara-gara kecerdasan mereka."_

Kalau kita ikut akal orang, aqidah kita akan berubah-ubah. Setiap ada orang yang lebih pintar kita berubah. Maka yang benar bahwasanya untuk mengetahui sifat-sifat Allāh tidak ada cara kecuali dengan meyakini pengkhabaran dari Al Qurān dan Sunnah.

Kenapa?

Karena akal ini, daya berpikir akal dibangun di atas analogi (logika) dan mengqiyaskan. Dan analogi ini dibangun dengan apa yang pernah ditangkap oleh panca indera.

Akal tidak mampu mengkhayal kecuali dibangun di atas analogi.

Saya sering memberi permisalan.

Contohnya:

Ada seorang yang sejak lahir buta, tiba-tiba pada umur 10 tahun sempat matanya bisa melihat namun hanya beberapa detik.

Waktu dia bisa melihat ternyata yang dia lihat hanya ayam jago, setelah melihat ayam jago kemudian dia buta lagi (misalnya ada orang seperti ini).

Maka tidak pernah ada yang ditangkap oleh panca inderanya kecuali ayam jago, daya khayal dia terbatas.

Sehingga bila ada yang bertanya kepada dia (misalnya), "Tahukah anda kambing?"

Maka dia akan mengatakan, "Kambing itu seperti apa bila dibandingkan dengan ayam jago?" Karena dia tidak bisa menghayal kecuali ayam jago.

Kalau ada yang bertanya kepada dia, "Tahukah kamu mobil?"

Maka dia akan mengatakan, "Mobil itu bagaimana bila dibandingkan dengan ayam jago?" Karena dia tidak pernah melihat kecuali ayam jago.

Antum menyuruh dia mengkhayalkan yang lain tidak akan mampu karena yang dia lihat hanya ayam jago, akal dia terbatas.

Saya katakan, daya nalar akal itu sesuai dengan apa yang pernah dia lihat, dia raba, dia dengar, dibangun di atas apa yang pernah ditangkap oleh panca indera kemudian dia menganalogikan di atas apa yang pernah dia lihat.

Lalu, bagaimana anda ingin membayangkan sifat-sifat Allāh?

Anda tidak tahu karena anda tidak pernah melihat apa-apa, hal ini menunjukkan akal sangat terbatas.

Maka tatkala mereka menolak sifat-sifat Allāh, biasanya mereka menganalogikan Allāh dengan makhluk sehingga mereka menolak. Kenapa?

Karena mereka tidak bisa paham kecuali dengan apa yang mereka pernah lihat.

Sebagai contoh, tatkala kita mengatakan Allāh berada di atas 'Arsy maka sebagian mereka, seperti Rāzi, mulai berdalīl dengan logikanya.

Dengan logika akal apa yang pernah mereka lihat di alam nyata.

Mereka mengatakan bahwasanya kalau Allāh berada di atas 'Arsy ini dalīl bahwasanya,

1. Melazimkan 'Arsy lebih besar daripada Allāh karena kita tahu bahwasanya yang di atas lebih kecil daripada yang di bawah.

2. Bahwasanya kalau Allāh berada di atas 'Arsy berarti Allāh butuh kepada 'Arsy karena yang di atas butuh kepada yang di bawah.

Dia menganalogikan Allāh dengan apa yang dia lihat padahal menyamakan Allāh dengan sesuatu yang terlihat merupakan suatu pengqiyasan yang sangat bathil.

Kenapa?

Karena kita menyamakan sesuatu yang ghaib dengan sesuatu yang kita lihat.

Anda kalau mau mengqiyaskan maka akan mengqiyaskan sesuatu yang mirip-mirip.

Bagaimana anda mengqiyaskan Allāh dengan makhluk?

Kata dia kalau yang di atas pasti butuh kepada yang di bawah dan yang di atas lebih kecil daripada yang di bawah. Kalau begitu kita tidak percaya bahwa Allāh ada di atas 'Arsy?

Kita katakan logika anda keliru, di atas alam semesta ini ada yang tidak demikian, contohnya antara langit dengan bumi.

Langit dengan bumi, mana yang di atas? Langit atau bumi?

Tentu langit yang di atas, langit lebih di atas daripada bumi.

Mana yang lebih besar? Langit atau bumi?

Ternyata yang lebih besar adalah langit, yang di atas lebih besar daripada yang di bawah.

Kemudian langit dengan bumi, apakah langit butuh dengan bumi?

Apakah ada tiang yang menyangka langit?

Tidak ada, tidak ada tiang yang menyangga dari bumi ke langit, sehingga langit di atas tidak perlu ada bumi.

Berarti logika anda keliru.

Makanya banyak orang yang menganggap sifat-sifat Allāh tatkala mereka menganalogikan (menyamakan) Allāh dengan makhluk baru kemudian mereka menolak, padahal menganalogikan Allāh dengan makhluk merupakan analogi yang sangat bathil.

Anda ingin menyamakan malāikat dengan manusia, ini salah besar.

Ingin menyamakan jin dengan manusia, salah besar.

Sumber penciptaannya berbeda, manusia dari tanah jin dari api, bagaimana anda menganalogikan jinn dengan manusia?

Tidak akan sama.

Apalagi dengan yang sangat ghaib yaitu Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jadi maksud saya, kaidah yang pertama dalam masalah sifat-sifat Allāh, maka 'aqidah ahlulsunnah meyakini sifat-sifat Allāh adalah taufiqiyyah, kita tidak bisa memahami kecuali lewat jalur Al Qurān dan Sunnah.

Adapun hanya melalui akal ini merupakan kekeliruan.


Bersambung kebagian 11, In syā Allāh
_________________________

◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

AQIDAH AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 09 DARI 13)

AQIDAH AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 09 DARI 13)


🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 07 Sya'ban 1438 H / 04 Mei 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 9 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-09
⬆ Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=yM_U35aSVbs
~~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH (BAGIAN 09 DARI 13)*


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ikhwāni Fīllāh wa Akhawāti Fīddīn azaniyallāh waiyyakum

Pada kesempatan kali kita akan membahas tentang kaidah-kaidah yang berkaitan tentang sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

_▪Yang pertama dalam memahami Asma' dan sifat-sifat  Allāh Subhānahu wa Ta'āla  *kita hanya bisa bersandarkan kepada dalīl yaitu Al Qur'ān dan Sunnah.*_

Tidak boleh kita menggunakan akal, kenapa?

Karena kita berbicara tentang sesuatu yang ghaib dan akal kita tidak bisa menembus suatu perkara yang ghaib.

Tidak usah kita berbicara tentang Allāh, berbicara tentang ruh saja kita tidak mampu.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

_Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, "Ruh itu urusan Rabbmu dan kalian tidak diberi ilmu kecuali sangat sedikit."_

(QS Al 'Isrā': 85)

Apabila orang-orang berkumpul berbicara tentang ruh, ada sedikit ulamā dikumpulkan diminta menjelaskan tentang hakikat ruh, dari unsur apa ruh, maka akan terjadi seribu pendapat. Karena otak mereka tidak sampai lantas mereka berbicara tentang ruh.

Ini perkara yang ghaib yang tidak bisa ditangkap oleh akal.

Tidak usah jauh-jauh, kita berbicara tentang hal ghaib lainya misalnya tentang jin. Kalau kita berbicara tentang jin kita tidak tahu bagaimana hakikat jin.

√ Jin itu bagaimana?
√ Kenapa bisa masuk ke dalam tubuh manusia?
√ Kenapa bisa berbicara dengan lisān manusia?
√ Kenapa saat dibacakan Al Qur'ān terbakar? Kalau terbakar kenapa tidak ada api yang menyala? padahal jinn terbuat dari api.

⇒Ini semua ghaib tidak bisa kita ketahui kecuali dengan dalīl.

Kemudian kita berbicara tentang malāikat, berbicara tentang malāikat ghaib juga.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla  mengatakan:

 الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ

_"Segala puji bagi Allāh pencipta langit dan bumi menjadikan para malāikat sebagai rasūl-rasūl Allāh yang memiliki sayap-sayap, ada yang memiliki dua sayap, tiga sayap, empat sayap dan sebagiannya Allāh tambah sayapnya lebih banyak daripada itu."_

(QS Fāthir: 1)

⇒Malāikat Jibrīl sayapnya hingga 600 sayap.

Ada sebagian orang menggunakan akalnya dia mengatakan malāikat tidak punya sayap, kenapa anda menolak malāikat tidak memiliki sayap?

Karena tidak masuk akal.

√ Malāikat bila memiliki dua sayap bisa kita bayangkan satu di kiri dan satunya lagi di kanan.

√ Malāikat bila memiliki empat sayap, bisa kita bayangkan dua di kanan dan dua di kiri.

√ Bila malāikat memiliki tiga sayap binggung membayangkannya.

Kenapa harus anda bayangkan? Anda tidak bisa pahami tapi jangan anda tolak. Kenapa dia berusaha menolak bila tidak masuk akal dia?

Malāikat memiliki tiga sayap, terserah Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Yang jelas Allāh mengatakan ada malāikat yang sayapnya tiga.

Banyak perkara ghaib yang otak kita tidak boleh masuk di dalamnya, karena kalau kita memaksakan otak kita masuk di dalamnya kita melanggar kaidah otak.

Otak itu tidak boleh masuk kecuali pada perkara-perkara yang bisa ditangkap dengan panca indera. Bila sudah di luar dari panca indera, di luar dari kemampuan kita, bagaimana otak kita masuk dalam hal-hal yang seperti itu.

Apalagi tentang Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita tidak akan mampu mengenal sifat-sifat Allāh kecuali Allāh yang menjelaskan dalam Al Qur'ān maupun hadīts-hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya para ulamā menjelaskan untuk mengetahui hakikat sesuatu, tidak mungkin kita bisa mengetahui hakikat sesuatu kecuali dengan satu dari tiga cara, yaitu:


⑴ Kita melihat langsung.

Kalau kita melihat langsung kita akan langsung tahu.

Misalnya:

Oh, sifat orang ini begini, begini karena saya lihat langsung.

⑵ Kita melihat yang semisalnya.

Kita mungkin tidak melihat langsung tetapi kita melihat yang semisalnya.

Misalnya:

Saya tidak pernah melihat langsung barang itu tetapi saya tahu yang semisalnya, misalnya pernah melihat barang kw-nya, barang kw nya itu mirip dengan aslinya.

⑶ Kita mendapat kabar dari sumber yang terpercaya (tsiqah)

Kita tidak pernah melihat yang semisalnya tetapi ada sumber berita yang tsiqah yang terpercaya menyampaikan.

Misalnya:

Barang itu begini, begini, begini seperti apa? Kamu tidak pernah melihat tetapi sifatnya begini begini, berarti kita bisa mengetahui sifatnya karena ada penggambaran dari sumber yang dapat dipercaya.


Demikian juga, sekarang kita terapkan pada sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Untuk mengetahui sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan cara:


*⑴ Melihat langsung, ini mustahil tatkala kita masih hidup tidak mungkin.*

Dalam hadīts Shahīh Muslim Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

تَعَلَّمُوْا أَنَّهُ لَنْ يَرَى أَحَدٌ مِنْكُمْ رَبَّهُ عَزَ وَ جَلَّ حَتَّى يَمُوْتَ.

_"Ketahuilah kalian, sesungguhnya tidak akan bisa melihat Rabb kalian kecuali setelah kalian meninggal dunia."_

(Hadīts Riwayat Muslim nomor 2930)

Tidak mampu anda melihat wajah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang memiliki cahaya yang begitu kuat. Sementara mata kita melihat matahari saja tidak kuat.

Oleh karenanya nanti apabila seorang dibangkitkan di akhirat, dimodifikasi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Penghuni neraka Jahannam (orang-orang yang kāfir sekarang) mereka tidak melihat jinn, malāikat, tetapi nanti kalau mereka sudah dibangkitkan mereka bisa melihat malāikat penjaga neraka Jahannam.

Mereka bisa melihat iblīs, jin yang dimasukan ke dalam neraka bersama mereka bahkan terjadi dialog antara mereka (orang-orang kāfir) dengan iblīs.

Demikian juga penghuni surga, tatkala mereka dibangkitkan mereka diberi kemampuan. diantaranya bisa melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sekarang kita tidak mampu melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, Nabi termulia yang sudah mencapai pada tempat tertinggi disidratul muntaha, mi'raj bersama malāikat Jibrīl, kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam naik bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sehingga sebagian shahābat menyangka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam melihat Allāh, mereka bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

هَلْ رَأَيْتَ رَبَّكَ قَالَ  " نُورٌ أَنَّى أَرَاهُ" .

_"Wahai Rasūlullāh, apakah anda melihat Rabb anda tatkala miraj?"_

_Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:_

_"Ada cahaya yang menghalangi (bagaimana saya bisa melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla)."_

(Hadits Riwayat Muslim nomor 178)

Nabi Mūsā 'alayhissalām pernah ingin melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dalam surat Al Arāf disebutkan, Nabi Mūsā berkata:

رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا

_"Yaa Rabb, perlihatkanlah dirimu aku ingin melihat Engkau."_

_Kata Allāh:_

_"Engkau tidak bisa melihat Aku, tetapi lihatlah kepada gunung, kalau engkau kuat engakau akan melihat Aku."_

_Tatkala cahaya Allāh sampai ke gunung, gunungpun hancur dan akhirnya Nabi Mūsā pun pingsan."_

(QS Al A'rāf: 143)

⇒Tidak akan mampu, melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya tatkala bani Isrāil berkata kepada Nabi Mūsā:

يَا مُوسَىٰ لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ

_"Wahai Mūsā, kami tidak akan berimān kepada engkau, sampai kami melihat Allāh terang-terangan," maka turunkan halilitar (kemudian tewaslah mereka)._

(QS Al Baqarah: 55)

Mereka tidak mampu melihat Allāh, berarti mereka meminta sesuatu yang mustahil di dunia ini.

Jadi dari sisi pertama kita tidak bisa mengetahui Allāh dan melihat langsung.


*⑵ Dengan melihat yang semisalnya.*

Tidak ada yang sama dengan Allāh.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

_"Tidak ada satupun yang serupa dengan Allāh dan Dia Maha Melihat lagi Maha Mendengar."_

(QS Asy Syura: 11)

Sehinggan cara keduapun (dengan melihat yang semisal) tertutup.


*⑶ Khabar yang tsiqah.*

Dari pengkhabaran yang amanah yang terpercaya yaitu dari Al Qur'ān dan Sunnah.

Dan tidak ada yang lebih berhak untuk menyampaikan tentang sifat-sifat Allāh kecuali Allāh sendiri.

Allāh yang menyampaikan sifat-sifat-Nya dalam Al Qur'ān. Kemudian Allāh juga menugaskan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk menyampaikan sifat-sifat Allāh dalam hadīts-hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya, jika telah datang khabar tentang sifat-sifat Allāh dari Al Qur'ān maupun Sunnah maka kita tetapkan dan kita imāni. Allāh berkata demikian maka kita percaya, tidak usaha kita timbang-timbang lagi dengan akal kita.

Timbulnya ahlul bid'ah (orang-orang yang menyimpang dalam bab ini) karena mereka berusaha memikirkan sifat-sifat Allāh dengan otak mereka.

Sehingga timbullah kaidah mereka tentang "mendahulukan akal daripada dalīl" yang  disampaikan oleh orang-orang mu'tazilah seperti Qadhi Abdul Jabbar dalam kitābnya Syarah Usul Al Khamsah yang diikuti oleh sebagian orang-orang Asy Syāirah. Yang didahulukan, seperti Rāzi, mempunyai kaidah "qunun al qulli", bahwanya akal kalau bertentangan dengan ilmu maka akal didahulukan.

Kenapa mereka mengatakan demikian?

Karena mereka beranggapan bahwasanya akal merupakan sumber utama, "Kita tidak bisa percaya dengan Tuhan kecuali karena akal kita. Akal kitalah yang menunjukan Tuhan itu ada."

Oleh karenanya akal merupakan sumber dalīl yang paling utama bagi mereka yang menjadikan mereka percaya adanya Tuhan.

Kata logika mereka, "Kalau datang dalīl dari Al Qur'ān atau Sunnah yang bertentangan dengan akal maka kita harus mendahulukan akal."

Kenapa?

Karena menurut mereka akal yang utama, karena akal yang menunjukkan adanya Tuhan.

Kalau ternyata kita mendahulukan dalīl daripada akal berarti kita sudah menjatuhkan akal sejak awal, padahal akal yang menunjukan kita adanya Tuhan.

Karena adanya Tuhan dibangun diatas percaya kepada akal, kata mereka.

Ini adalah logika mereka dan ini disampaikan oleh orang-orang mu'tazilah di dalam buku-buku mereka, namun dibantah oleh para ulamā diantaranya dibantah oleh:

- Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah dalam kitābnya Dar’u Ta’arrudhil ‘Aqli wan Naqli.

-Imām Ibnu Qayyim rahimahullāh dalam kitābnya Ash Shawa’iq Al Mursalah ‘Alal Jahmiyyatil Mu’aththilah, dari puluhan sisi membantah pernyataan demikian ini yang dikenal dengan al qānūn al kully, yaitu kaidah universal yang intinya akal harus didahulukan daripada dalīl.

Kita sebutkan hanya dari beberapa sisi bantahan saja.


Bersambung kebagian 10, In syā Allāh
_________________________

◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 07 DARI 13)

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 07 DARI 13)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 05 Sya'ban 1438 H / 02 Mei 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 7 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-07
⬆ Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~~~~

* AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 07 DARI 13)*

بســـمے اللّه الرّحمنـ الرّحـيـمـے
الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته  ​​​



Sekarang kita lanjutkan tentang tauhīd uluhiyyah.

Tauhīd uluhiyyah maksudnya: tidak ada yang berhak disembah kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⇒Uluhiyyah artinya peribadatan.

Tidak ada yang berhak diserahkan ibadah kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan ini pengamalan dari firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ

_"Hanya kepada Engkaulah Yā Allāh, kami beribadah."_

(QS  Al Fātihah: 5)

Barangsiapa yang menyerahkan ibadah kepada selain Allāh maka dia telah berbuat kesyirikan.

Ibadah itu banyak, seperti:

√ Berdo'a.
√ Menyembelih.
√ Bertawakal.

Kalau kita menyerahkan semua ini kepada selain Allāh, maka kita telah melakukan kesyirikan.

Di antara kesyirikan yang sangat fatal adalah berdo'a kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, karena do'a adalah puncak dari ibadah.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

الدﱡعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ

_"Do'a adalah ibadah."_

(Hadīts shahīh riwayat ashhabus sunan. Lihat Shahīhul Jāmi’ no. 3407)

Do'a adalah ibadah, kenapa?

Karena dalam do'a itu nampak sekali kerendahan seseorang, karena dia sedang meminta kepada pencipta. Ini sangat disukai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla (seseorang berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla).

Makanya Allāh mengatakan:

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

_"Mintalah kepadaku, aku akan kabulkan."_

(QS  Ghāfir: 60)

⇒Ini merupakan puncak ibadah.

Sampai dalam hadīts dhāif:

  الدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ

_"Do'a adalah intisari dari ibadah."_

Dan ini secara makna benar karena do'a itu puncak dari pada seorang beribadah, menunjukkan kerendahan dia, kehinaan dia, untuk minta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan ini tidak nampak tatkala puasa, tatkala dzikir.

Akan tetapi tatkala meminta benar-benar kita menunjukkan hajat kita, menunjukkan kerendahan kita, sambil mengakui kehebatan Dzat yang kita minta.

Ini semua apabila diserahkan kepada selain Allāh sangat berbahaya, sehingga Allāh mengatakan:

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ اللَّهِ

_"Dan siapakah yang lebih sesat dari orang yang berdo'a kepada selain Allāh."_

(QS Al Ahqaf: 5)

Tidak ada yang lebih sesat artinya: syirik yang paling berbahaya adalah syirik berdo'a kepada selain Allāh. Dan ini syiriknya orang-orang musyrikin dahulu.

Kebanyakan orang-orang yang disembah dahulunya adalah orang-orang shālih dan mereka disembah setelah mereka meninggal dunia.

Lātta dahulu tidak disembah, kata Ibnu 'Abbās:

كان رجلا يَلُتّ السويق للحاج فلما مات عكفوا على قبره فعبدوه

_"Al lātta dahulu adalah seorang lelaki yang membuat adonan roti (yang dibagikan secara gratis) kepada jama’ah haji. Ketika dia meninggal, orang-orang beri’tikaf di kuburannya dan menyembahnya."_

(Tafsir Ath Thabari, 22/523)

⇒Lātta dalam shahīh Bukhāri disebutkan dahulunya orang baik suka membagi-bagikan makanan kepada jama'ah haji, tatkala dia meninggal dibangun patung dikuburannya, akhir disembah.

⇒Nabi 'Īsā 'alayhissalām dahulu tidak disembah, makanya nabi 'Īsā mengatakan:

فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ

_"Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau yang menyaksikan perbuatan mereka."_

(QS  Al Ma'idāh: 117)

⇒Nabi 'Īsā belum disembah tatkala dia masih hidup, Nabi 'Īsā 'alayhissalām disembah tatkala dia sudah meninggal dunia.

Juga waktu Nabi Nūh 'alayhissalām:

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

_Dan mereka berkata, "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd dan jangan pula suwa, yaghuts, ya'uq dan nasr."_

(QS Nūh: 23)

Ini adalah 5 (lima) orang shālih dizaman Nabi Nūh 'alayhissalām, belum disembah. Mereka disembah setelah mereka meninggal dunia.

⇒Budha belum disembah waktu masih hidup, kapan disembah?  Setelah meninggal.
⇒Khonghuchu belum disembah waktu masih hidup, kapan disembah? Setelah meninggal.

Jadi bahaya, ada keyakinan bahwa orang yang sudah meninggal ruhnya lebih hebat daripada waktu masih hidup.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam benar-benar menutup pintu-pintu ke arah ini. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sangat tegas dalam masalah kuburan. Inilah rahasia kenapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tegas dalam masalah kuburan.

Bahkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا

_"Dahulu saya melarang kalian untuk berziarah kubur, silahkan sekarang ziarah kuburlah."_

(Hadits riwayat Imam Nasā'i nomor 5652)

Dahulu dilarang untuk berziarah kubur, disebutkan oleh para ulamā dalam Fathu Bāri, kenapa?

Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam takut mereka masih akan menyembah ahli kubur tersebut sebagaimana kebiasaan orang-orang jāhilīyyah.

Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melihat imān mereka sudah kuat, kata Rasūlullāh, "Silahkan, sekarang ziarah kubur."

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang karena ada kekuatiran terjerumus ke dalam kesyirikan orang-orang jāhilīyyah.

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sangat ketat dengan masalah kuburan.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang,

√ Tidak boleh ditulis
√ Tidak boleh disemen
√ Tidak boleh diberi lampu
√ Tidak boleh ditinggikan
√ Tidak boleh shalāt ke arah kuburan

Semuanya dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan kata Ibnu Qayyim rahimahullāh semua larangan Nabi tentang kuburan semuanya dilanggar.

√ Dilarang untuk disemen, sekarang kuburan disemen.
√ Dilarang untuk ditinggikan, sekarang ditinggikan dibuat kuburan tinggi.
√ Dilarang ditulisi, sekarang ditulisi nisannya dengan nama, tempat lahir, jabatan dan macam-macamnya.
√ Dilarang diberi lampu, sekarang diberi lampu.
√ Dilarang shalāt ke arah kuburan, sekarang kuburannya diletakan di mihrab.

Semuanya dilanggar.

Oleh karenanya Asy Syaukani rahimahullāh menyebutkan:

_Antum bayangkan seorang masuk kuburan. Kemudian kuburannya besar dan kuburan tersebut diberi dupa (parfume). Kemudian diberi lampu dan tulisan-tulisan Arab. Kemudian akan datang syaithān membisikan (misalnya):_

_"Ini ruhnya hebat, maka mintalah melalui dia."_

_Dia akan masuk ke dalam suasana yang membuat dia kagum dengan mayat tersebut, akhirnya lama-lama kuburan itu disembah._

Dan syaithān banyak menjerumuskan manusia dalam sisi ini.

Oleh karenanya kata Al Hafizh  Ibnu Hajar rahimahullāh:

"Asal kesyirikan adalah berlebih-lebihan terhadap orang shālih."

Sehingga mengantarkan orang-orang meminta kepada penghuni kubur, meminta kepada mayat dan ini  yang sangat menyedihkan yang terjadi disebagian kaum muslimin.

⇒Oleh karenanya berdo'a kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla merupakan bentuk kesyirikan.

Sekarang saya tanya kepada antum secara sederhana, malāikat itu mengatur alam atau tidak?

Jawabannya:

Iya, dengan izin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:

فَالْمُدَبِّرَاتِ أَمْرًا

_"Dan para malāikat yang mengatur urusan dunia."_

(QS An Nazi'at:  5)

Allāh bersumpah dengan para malāikat, "Demi para malāikat yang mengatur (urusan hujan, tumbuhan, gunung, awam dll)." Mereka benar-benar mengatur dan Allāh memberikan izin akan tetapi mereka tidak bisa mengambil keputusan kecuali dengan izin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

√ Para malāikat yang meniupkan ruh.
√ Para malāikat yang mencabut nyawa.

Semua atas izin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sekarang, kalau hujan tidak turun, bolehkan kita meminta kepada malāikat hujan, kita bilang, "Wahai malāikat hujan, turunkanlah hujan?"

Boleh apa tidak? Syirik atau tidak?

Ini merupakan syirik, padahal malāikat benar-benar mengatur hujan tetapi meminta hujan harus kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Meminta harus tetap kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Apabila kita meminta kepada mayat yang tidak bisa apa-apa, apa bukan syirik namanya?

Sedangkan kepada malāikat yang bisa mengatur hujan (dengan izin Allāh Subhānahu wa Ta'āla) kita meminta kepadanya tidak boleh, padahal malāikat mengatur hujan benar-benar mengatur hujan., Lalu bagaimana meminta kepada mayat yang sudah meninggal dan tidak bisa apa-apa?

Subhānallāh, akal ini benar-benar sudah dibalik. Karena secara logika tidak masuk akal, meminta kepada mayat yang tidak bisa apa-apa.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

_"Kalau anak Ādam telah meninggal dunia maka terputuslah amalannya, kecuali tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doanya anak shalih."_

(Hadīts Riwayat Imam Nasā'i nomor 3651)

Makanya orang yang meninggal butuh amal jariyah dan diantaranya anak shālih yang mendo'akannya.

Kalau dia (orang yang sudah meninggal) bisa berdo'a sendiri, untuk apa meminta anak shālih mendo'akannya? Dia berdo'a sendiri saja (bila dia bisa berdo'a sendiri tidak perlu anak shālih untuk mendo'akannya).

Perhatikan!

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

زوروا القبور ؛ فإنها تذكركم الآخرة

_"Ziarahlah kuburan karena itu akan membuat kalian ingat kepada akhirat."_

(Hadīts Riwayat  Ibnu Maajah nomor 1569)

Sekarang, lihatlah praktek orang, bagaimana? Ingat akhirat atau tidak? Tidak!

Datang kekuburan ingatnya dunia bukan ingat akhirat. Meminta kepada penghuni kubur dan membicarakan dunia, bukan meminta akhirat. Ini merupakan penyelisihan aturan dari Nabi shallallāhu 'alayhi wasallam.

Begitulah yang terjadi pada sebagian saudara-saudara kita, semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberi hidayah kepada mereka.

Demikian saja, kurang lebihnya kami mohon maaf.


وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

________________________

◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 06 DARI 13)

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 06 DARI 13)


🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 04 Sya'ban 1438 H / 01 Mei 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 6 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-06
⬆ Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 06 DARI 13)*

بســـمے اللّه الرّحمنـ الرّحـيـمـے
الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته  ​​​


Berikutnya di antara penyimpangan dalam tauhīd rububiyyah, contohnya kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah adalah mengaku bahwasanya Tuhan berbilang.

Dan ini seperti keyakinannya orang-orang Hindu bahwasanya Tuhan ada 3, dewa pencipta (dewa Brahma), dewa pemelihara (dewa Wisnu), dewa perusak (dewa Siwa).

Yang 3 (tiga) dewa ini yang kemudian terjadinya pengaturan alam semesta, namun tentunya ini tidak benar.

⇒Jadi ini tidak benar, Tuhan tidak boleh berbilang.

Tuhan yang benar itu adalah semuanya dia bisa.

Makanya Nabi Yusuf berkata:

أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

_"Apakah Tuhan yang beraneka ragam itu lebih baik ataukah Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang Maha Esa dan Maha Kuasa."_

(QS Yūsuf: 39)

⇒Ini kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah.

Dan sama seperti meyakini bahwasanya Allāh punya anak kemudian anak tersebut nabi 'Īsā 'alayhissalām.

Sebenarnya sebagian ulamā mengatakan seperti Syeikh Al-Adzami, beliau menyebutkan dalam buku beliau sebenarnya agama Nashrāni itu secara sejarah munculnya setelah Hindu dan banyak hal yang mereka ambil dari Hindu seperti teori trinitas.

⇒Trinitas itu asalnya dari Hindu, 3 dewa ini seakan-akan satu, karena Brahma, Siwa, dan Wisnu tidak bisa dipisahkan satu kesatuan.

Cuma ada 3 oknum, jadilah trinitas. Sama seperti Nashrāni, Nashrāni Tuhan bapak, Tuhan anak, Tuhan ruhul qudus. Maka ini juga satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, sama.

Ini diambil juga dari Hindu, sama seperti Tuhan menjelma menjadi manusia. Itu juga ada dalam agama Hindu.

Mereka ada namanya dewa Agna. Itu pernah menjelma menjadi manusia, di atas muka bumi. Sama keyakinan sebagian mereka bahwasanya Allāh menjelma menjadi nabi 'Īsā 'alayhissalām.

Jadi  keyakinan Nashrāni, Allāh sebutkan dalam Al Qurān ada berbagai macam, diantaranya mereka ada yang meyakini Allāh menjelma menjadi janin dalam perutnya siapa Maryam.

Makanya Allāh mengatakan:

لَّقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ

_"Sungguh telah kāfir orang-orang yang mengatakan Allāh adalah Al Masih ibnu Maryam."_

(QS Al Māidah: 17)

Yaitu keyakinan sebagian Nashrāni yang meyakini Allāh menjelma masuk dalam perut Maryam. Jadi Allāh adalah 'Īsā, ini satu firqah sendiri.

Firqah yang lain mengatakan bahwasanya:

عِيْسَى ابْنُ الله

_" 'Īsā adalah anak Allāh."_

⇒Ini firqah lagi tersendiri.

Firqah yang lain mengatakan tiga.

... وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ....

_"Jangan kalian mengatakan tiga."_

(QS An Nisā: 117)

⇒Ini adalah lagi firqah sendiri, makanya:

لَّقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ

_"Sungguh telah kāfir orang-orang yang mengatakan Allāh satu dari yang tiga."_

(QS Al Maidah: 73)

Ini semua 'aqidahnya disebutkan dalam Al Qurān yang meyakini Allāh masuk dalam perut Maryam, yang meyakini 'Īsā adalah anak Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang meyakini Allāh adalah satu dari yang tiga.

Dan semuanya merupakan kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah.

⇒Allāh tidak punya anak dan Allāh tidak punya ibu dan Allāh tidak punya istri, Allāh Maha Esa.

Makanya kalau antum berbicara dengan Nashrāni, yang bisa saya sampaikan, kalau debat sama orang Nashrāni jangan debat masalah yang lain.

Jangan debat masalah babi, jangan debat masalah cerai, percuma, antum debat langsung masalah Tuhan.

Karena jika antum debat masalah babi, nanti dia banyak dalīlnya, maka akan kalah debat, katanya babi banyak bahayanya, tapi dia mengatakan babi banyak manfaatnya juga, dia bisa sebutkan dalīl-dalīlnya. Sudah masalah Tuhannya langsung debat.

Bagaimana nabi 'Īsā kok bisa jadi Tuhan?

Bagaimana ceritanya?

Apa maksudnya satu dari yang tiga?

Suruh mereka jelaskan dan mereka pasti bingung untuk menjelaskan satu sama dengan tiga susah.

Mereka akan bingung. Antum tanyakan kepada tiga orang, mereka pasti berbeda pendapat. Dan mereka berusaha untuk mencari namun tidak akan bisa, tidak akan masuk akal, tiga sama dengan satu. Ini adalah agama tidak masuk akal.

Makanya sampai sebagian orang masuk Islām gara-gara apa ? Keyakinan bahwasanya Tuhan sempat mati kemudian bangkit lagi, namanya hari apa ? Hari kebangkitan.

Thoyyib, waktu Tuhan mati (yesus mati)  Allāh bagaimana ?

Allāh ikut mati atau tidak?

Ini bingung mereka waktu yesus mati, yesus mati karena disalibkan.

Waktu mati, Allāh kemana coba ? Bingung mereka.

Kalau Allāh ikut mati, berarti sempat alam semesta tanpa Tuhan, Tuhannya mati.

Kalau Tuhannya mati kok bisa hidup sendiri, terus kalau Allāh tidak mati berarti Allāh lain, 'Īsā lain.

Kita ingin melepaskan ini, melepaskan tiga ini beda-beda. Allāh lain, 'Īsā lain.

Kita bilang sekarang waktu nabi 'Īsā meninggal dunia, Allāh lagi kemana?

Mereka bingung kalau mereka bilang Allāh ikut mati karena satu kesatuan, selesai.

Habis agama Nashrāni !

Kalau sudah mati, kok hidup sendiri.

Kemudian yang kedua kalau dia bilang Allāh tidak mati berarti Allāh lain, nabi 'Īsā lain, maka hancurlah agama. Banyaklah bantahannya.

Maksud saya adalah kalau ingin bantahan terhadap mereka, bantah dari sisi ketuhanan nabi 'Īsā , ini yang dibicarakan, jangan masalah yang lain.

• Thayyib, di antara kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah adalah meyakini Allāh Subhānahu wa Ta'āla bersatu dengan makhlukNya.

Ini adalah aqidah wihdatul wujud, atau dalam bahasa jawa, manunggaling kawulo gusti. Meyakini Allāh bersatu dengan makhlukNya. Ini merupakan kesyirikan.

Bagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla bersatu dengan makhlukNya?

Karena konsekuensi Allāh Subhānahu wa Ta'āla bersatu dengan makhlukNya, Allāh butuh terhadap makhlukNya tersebut sebagai tempat.

Karena Allāh akan menurunkan levelnya supaya bersatu dengan makhluk. Untuk apa Allāh bersatu dengan makhluk yang penuh dengan kekurangan, yang penuh dengan kotoran dalam tubuhnya. Ini tidak benar. Maka ini merupakan kesyirikan.

• Kemudian di antara kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah yang berkaitan dengan masalah tadbir (masalah pengaturan) yaitu bahwasanya meyakini ada yang memiliki hak otonomi, mengatur alam semesta ini, maka itu merupakan kesyirikan dalam tauhīd ar-rububiyyah.

⇒Contoh sederhananya,  seperti meyakini adanya Nyi Roro Kidul yang mengatur pantai selatan. Ini kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah.

Adapun memberikan korban menyembelih sapi untuk Nyi Roro Kidul tauhīd uluhiyyah.

Tapi meyakini bahwasanya Nyi Roro Kidul telah diberi kekuasaan Allāh secara mutlak otonomi untuk mengatur alam bagian pantai selatan saja ini kesyirikan.

Karena yang mengatur alam semesta adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak pernah menyerahkan penguasaan pantai selatan kepada Nyi Roro Kidul.

Siapa yang meyakini ada jinn mengatur pantai selatan, maka dia telah melakukan kesyirikan, karena berarti ada pengatur selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang tanpa izin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sama seperti  meyakini, misalnya gunung merapi, ada jinn, ada penunggunya, jika penunggunya mengatakan belum meledak, maka tidak akan meledak. Harus tunggu wangsit dari penunggunya.

⇒Ini syirik dalam tauhīd rububiyyah, seakan-akan ada pengatur yang mengatur gunung merapi tersebut yang menentukan gunung meledak atau tidak, ini merupakan kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah.

• Demikian juga keyakinan orang-orang sufi, seperti dalam tariqat tijaniyyyah dalam buku jawahitul ma'āni yang menyebutkna bahwasanya Ahmad Tijani telah diberikan Kun oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Mengerikan bahwa Ahmad Tijani diberikan Kun Fa Yakun, jika dia bilang Kun, maka jadi. Ini tidak pernah diberikan kepada nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Jika Nabi mempunyai Kun Fa Yakun, maka orang-orang Quraysh akan hancur langsung. Kun Fa Yakun, orang Quraysh sudah hancur sejak awal.

Tetapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam terluka, dilempar batu, bersedih, para shahābat meninggal dunia, mana kun fa yakun nya ? Tidak ada !

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam perlu berdo'a dulu kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla waktu perang Badar, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berdo'a, mengangkat kedua tangannya.

Jika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mempunyi kun fa yakun, sudah selesai sejak dahulu orang kafir Quraysh, Kok bisa Ahmad Tijani diberi kun fa yakun ?

⇒Ini adalah bentuk kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah.

Sebagian mereka meyakini wali mengatur sebagian alam semesta, kata mereka dengan izin Allāh Subhānahu wa Ta'āla, ini sering mereka katakan, dengan izin Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sama seperti mengatakan wali sudah mati, tetapi dia bisa bertasharruf, dia bisa melakukan sesuatu, karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengizinkan.

Justru mereka mengatakan, jika anda meyakini mayat tidak bisa apa-apa, justru anda meragukan kekuasaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Nah Allāh Subhānahu wa Ta'āla mampu memberikan izin dan kekuatan kepada mereka.

Kita katakan, kita tidak ragu bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla mampu memberikan kekuatan kepada mereka, tapi mana dalīlnya bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kepada mayat tersebut izin untuk mengatur alam semesta, mana dalīlnya ?

Mana dalīl bahwa dia diberi izin untuk menolong anda ketika anda berdo'a kepadaNya.

Mana dalīlnya ? Tidak ada.

Makanya itu hanya Auham, hanya dugaan-dugaan, persangkaan yang bathil.

Oleh karenanya meminta-minta kepada mayat merupakan kesyirikan, dibangun di atas keyakinan, bahwasanya mayat-mayat tersebut masih bisa bertasharruf karena izin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Mereka mempunyai syubhat, "karena izin Allāh Subhānahu wa Ta'āla".

Kita katakan, bahwa izin itu tidak pernah turun, mana izinnya ? Tidak ada dalīlnya, jika ada dalīlnya maka kita percaya. Tapi izinnya tidak ada.

Thayyib, kita selesai dari pembahasan tauhīd rububiyyah.


Bersambung ke bagian 7, in syā Allāh.
 ____________________________

◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 05 DARI 13)

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 05 DARI 13)



🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 24 Rajab 1438 H / 21 April 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 5 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-05
⬆ Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 05 DARI 13)*


بســـمے اللّه الرّحمنـ الرّحـيـمـے
الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته  


Berikutnya, di antara penyimpangan dalam tauhīd rububiyyah yaitu meyakini adanya tuhan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Yang pertama yang mengakui dia adalah tuhan selain Allāh adalah Namrud yang Allāh abadikan kisahnya dalam Al Qurān.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ۗ

_Tidakkah kau perhatikan wahai Muhammad, tentang orang yang mendebat Ibrāhīm tentang Tuhannya, tatkala dia telah diberikan oleh Allāh kerajaan._

_Ketika Ibrāhīm mengatakan:_

 _"Tuhanku adalah Tuhan yang menghidupkan dan mematikan."_

_Orang tersebut berkata:_

_"Aku dapat menghidupkan dan mematikan."_

_Ketika Ibrāhīm berkata:_

_"Sesungguhknya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menerbitkan matahari dari arah timur, maka terbitkanlah dia dari barat."_

_Lalu heran dan terdiamlah orang kāfir tersebut._

(QS Al Baqarah: 258)

Orang ini adalah Namrud, dia mengaku dirinya sebagai tuhan.

Fir'aun juga demikian, mengaku sebagai tuhan.

Namrud mengingkari adanya Allāh, dia adalah tuhan, dia ini sombong. Dia mengaku tuhan karena sombong.

... أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ...

_"Karena telah diberi kekayaan."_

Orang jika diberi kekayaan, dia akan sombong. Terus diberi kerajaan, dia lebih sombong lagi, terutama jika kerajaannya bertahan lama.

Disebutkan Namrud berkuasa sampai 400 tahun lebih, sehingga dia merasa dialah tuhan, tidak mati-mati. Dia lupa bahwasanya dia dulu tidak ada, kemudian kecil, sekarang jadi tuhan.

Bagaimana ceritanya?

Kenapa?

Karena kesombongan.

Makanya hati-hati bahwasanya kekayaan itu bisa bikin sombong.

Ini sangat mungkin dan kalau tidak mengimbanginya dengan keimānan, maka seorang yang kaya raya sangat mudah terjerumus dalam kesombongan.

Saya sering sampaikan hadīts tentang seorang yang diazab, ditenggelamkan, dalam bumi, gara-gara memakai dua pakaian yang sombong.

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَتَبَخْتَرُ يَمْشِي فِي بُرْدَيْهِ قَدْ أَعْجَبَتْهُ نَفْسُهُ فَخَسَفَ اللَّهُ بِهِ الْأَرْضَ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

_"Dahulu Ketika ada seseorang yang berjalan dan ia merasa bangga dengan mantelnya yang indah, tiba-tiba bumi beserta isinya ditenggelamkan, dan diapun ikut terbenam ke dalam perut bumi sembari meronta-ronta hingga hari kiamat nanti."_

(Hadīts Riwayat Muslim nomor 3895)

Dia sombong dengan dua pakaiannya, Allāh tenggelamkan dalam bumi.

Pakaian saja bikin sombong apalagi mobil. Mobil bisa bikin sombong apalagi rumah, apalagi jabatan bisa bikin sombong.

Lihat ini, saking sombongnya karena dia raja dan berkuasa ratusan tahun, kekuasaannya luas maka diapun mengaku sebagai tuhan.

Waktu Nabi Ibrāhīm menyatakan mempunyai Tuhan, dia mengingkari:

"Sapa tuhanmu?"

Dia tanya:

"Apakah ada tuhan selain saya?"

Maka nabi Ibrāhīm berkata:

.... رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ ....

_"Tuhanku adalah yang menghidupkan dan mematikan."_

(QS Al Baqarah: 258)

Ini terjadi debat/dialog. Nabi Ibrāhīm mendatangkan dalīl, Tuhan itu adalah zat yang menghidupkan dan mematikan maka raja Namrud, dia mengatakan:

أَنَا أُحْيِ وَ أُمِيتُ

_"Saya juga bisa menghidupkan dan mematikan."_

Bagaimana caranya?

Ternyata dia bilang, "Ada dua, saya sudah vonis mati yang satunya tetap saya matikan, yang satunya saya maafkan maka saya hidupkan."

Yang dimaksudkan mematikan itu apa? Yang sudah mati dihidupkan. Bukan satunya divonis mati, dimaafkan yang satunya.

Akhirnya nabi Ibrāhīm pindah pada debat berikutnya.

Kata nabi Ibrāhīm  'alayhissalām:

...فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ...

_"Tuhanku telah mendatangkan matahari dari timur (menerbitkan matahari dari timur), maka datangkalah matahari dari arah barat."_

(QS Al Baqarah: 258)

.... فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ ....

_"Maka dia terdiam."_

(QS Al Baqarah: 258)

Maka dia terdiam, tidak bisa berbicara. Karena konsekwensi dari tuhan ini punya sunatullāh. Berarti Tuhan yang mengatur alam semesta, Tuhan yang mengatur sunatullāh, yaitu aturan alam semesta.

Jika dia Tuhan, dia harus bisa merubah aturan

Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang menerbitkan matahari dari timur menuju barat. Karena Allāh adalah Tuhan maka Allāh bisa rubah nanti suatu hari tatkala hari kiamat.

Allāh rubah aturan sunatullāh. Sunatullāh bisa dirubah. Oleh karenanya diantara dalīl tentang kenabian para nabi, adanya mu'jizat.

Mu'jizat sebenarnya apa?

Mu'jizat sebenarnya perubahan aturan, perubahan aturan sunatullāh.

Contohnya:

√ Seperti api yang harusnya membakar menjadi membuat dingin.

Ini perubahan aturan. Tatkala Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām dilempar di lautan api maka Allāh berfirman:

يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ

_"Wahai api jadilah kau dingin dan keselamatan bagi Ibrāhīm."_

(QS Al Anbiyā': 69)

⇒Jadi Allāh yang merubah aturan alam tersebut.

Maka Nabi Ibrāhīm menantang Namrud, "Kalau kau memang tuhan, coba kau ubah aturan ini." Ternyata dia tidak bisa, maka dia bukan Tuhan.

⇒Diantaranya yang mengaku sebagai Tuhan adalah Fir'aun.

Kata para ulamā, bahwasanya yang paling tahu bahwa Fir'aun adalah pendusta adalah dirinya sendiri.

Kenapa dia mengaku sebagai tuhan, sementara dia penuh kekurangan.

Dia lapar, dia haus, kemudian dia buang air, dia sakit, kemudian dia mengaku sebagai tuhan, itu hanyalah kesombongan.

Akhirnya diapun ditenggelamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Telah dijelaskan oleh para ulamā.

Dan Allāh sebutkan:

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا

_"Mereka mengingkarinya (mu'jizat-mu'jizatnya Nabi Mūsā 'alayhissalām),  padahal hati-hati mereka meyakini, karena kezhāliman dan kesombongan."_

(QS An Naml: 14)

Oleh karena itu ketika Nabi Mūsā datang menemui Fir'aun, Nabi Mūsā berkata:

لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزَلَ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ وَإِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا فِرْعَوْنُ مَثْبُورًا

_"(Nabi Mūsā mengatakan) sesungguhnya kau telah tahu tidak ada yang menurunkan mu'jizat ini kecuali pemilik langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata, dan sesungguhnya aku mengira kami, hai Fir'aun, seorang yang binasa."_

(QS Al Isrā’: 102)

Nabi Mūsā tidak bohong, dia berkata, "Sungguh engkau sudah tahu."

Berarti Fir'aun sudah tahu kalau ada Tuhan, tapi karena dia sombong saja membuat dia nekat mengatakan:

أَنَا رَبُّكُمُ الأَعْلَىٰ

_"Aku adalah tuhan kalian yang maha tinggi."_

(QS An Nāziāt: 24)

Sampai sebagian orang mengatakan bahwa iblīs saja tidak berani mengatakan demikian. Iblīs mengaku bahwa Tuhan Allāh adalah Tuhannya.

Iblīs mengatakan:

 خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ

_"(Ya Allāh) kau ciptakan aku dari api."_

(QS Al A'rāf: 12)

⇒Iblīs mengaku Allāh sebagai Tuhan.

Firaun tidak, Fir'aun ngeyel, sampai nantang Nabi Mūsā sampai mengatakan:

{وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَّعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ} (٣٦) أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ......(٣٧)

_"Dan berkata Fir'aun, hai Hāmān, bangunkan bagiku sebuah bangunan tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu. Yaitu pintu-pintu langit, supaya aku bisa melihat Tuhan Mūsā ......"_

(QS Ghāfir: 38-39)

Dia ingin membuktikan, bahwasanya tidak ada Allāh, tidak ada Tuhan.

مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ

_"Tidak ada tuhan selain aku bagi dirimu."_

(QS Al Qashash: 38)

Karena saking sombongnya, padahal dia tahu dia adalah pendusta.


• Di antara kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah, yaitu meyakini adanya tuhan selain  Allāh.

Adanya tuhan selain Allāh banyak, seperti meyakini Sidharta Gautama sebagai tuhan.

Sidharta Gautama ini, kalau kita baca sejarahnya dia adalah dulunya orang terpandang. Kemudian meninggalkan segala kekayaan. Kemudian menjadi orang yang bijak. Akhirnya mengajarkan akhlak dan lain-lainnya, sehingga banyak muridnya tapi dia tidak pernah mengaku sebagai tuhan.

Oleh karenanya, ada risalah ditulis oleh orang Thailand di Universitas Madīnah, risalah S3 kalau tidak salah, menjelaskan Budha Sidharta Gautama ini tidak pernah mengaku sebagai tuhan dan tidak pernah disembah oleh para shahābatnya. Itu bi'dah muncul belakangan.

Dia tidak pernah mengaku mencipta, dia tidak pernah menciptakan seekor lalat, dia tidak pernah mengaku menciptakan langit dan bumi, tidak pernah itu. Itu belakangan baru muncul, baru diyakini oleh pengikut-pengikutnya. Belakangan Sidharta Gautama adalah tuhan yang berhak disembah padahal dia tidak pernah mengaku demikian.

Dia hanya mengadakan pengolahan-pengolahan tubuh, sehingga mencapai derajat seorang yang sangat mulia. Namun dia tidak pernah mengaku sebagai tuhan.


Bersambung ke bagian 6, in syā Allāh.
____________________________

◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 04 DARI 13)

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 04 DARI 13)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 23 Rajab 1438 H / 20 April 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 4 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-04
⬆ Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 04 DARI 13)*


بســـمے اللّه الرّحمنـ الرّحـيـمـے
الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته  ​​​


Sekarang kita akan membahas kesyirikan yang berkaitan dengan tauhīd rububiyyah.

Segala perkara yang menafi'kan ketauhīdan Allāh dalam penciptaan atau dalam kepemilikan atau dalam pengaturan maka seseorang akan terjerumus ke dalam kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah.

Dan bentuk-bentuk kesyirikan dalam tauhīd rububiyyah banyak. Seperti mengingkari adanya Tuhan, meyakini bahwa Tuhan tidak ada.


▪Yang Pertama: penyimpangan yang dilakukan oleh orang atheis.

Orang atheis meyakini bahwasanya segala sesuatu terjadi dengan sendirinya.

"Kebetulan" adalah tuhan mereka.

Jika kita tanyakan, "Bagaimana terjadinya alam semesta?"

Maka mereka akan membuat teori-teori.

Oleh karenanya aneh sebenarnya, ahli fisika itu harusnya semakin dekat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tetapi malah mereka membuat teori-teori yang ingin menyatakan seakan-akan tuhan tidak mempunyai andil dalam penciptaan alam semesta.

Sehingga banyak fisikawan yang atheis. Yang harusnya seorang tatkala menemukan rumus, tatkala menemukan hal luar biasa, harusnya dia semakin berimān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Contohnya, seorang dokter, tatkala dia melihat bagaimana organ tubuh, bagaimana cara kerja ginjal, dia akan tahu bahwa ini luar biasa. Harusny  dia semakin berimān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Harusnya fisikawan juga begitu, ternyata ada teori-teori rumus dalam alam semesta.

Tidak mungkin rumus alam terjadi dengan sendirinya. Rumus tersebut baru mereka ketahui sekarang, tapi sudah berlaku sejak zaman dahulu karena Tuhan yang mengatur.

Tapi ternyata setelah mendalami fisika, mereka semakin menghilangkan campur tangan Allāh dalam terjadinya alam semesta.

Sehingga sebagian dari mereka membuat teori-teori yang boleh kita terima, boleh tidak, karena semuanya hanyalah hipotesa (dugaan) belum tentu benar.

Tidak ada yang melihat terjadinya alam.

Misalnya mereka bikin teori big bang atau misalnya kata mereka, dulu ada benda besar dua berdekatan. Kemudian satunya meledak, satunya tidak. Kemudian yang meledak mengitari yang tidak meledak jadilah orbit.

Kita katakan, kalaupun kita benarkan teori tersebut, "Saya percaya dengan teori anda, tapi ini darimana datangnya dua barang tersebut?"

Mereka menjawab, "Terjadi dengan sendirinya."

Ini tidak ilmiah, bahwa ada dua planet besar yang satu meledak.

Kenapa tidak satu saja? Kenapa tidak tiga? Kok cuma dua.
Dulu tidak ada? Atau langsung ada?

Jika langsung ada maka tidak ilmiah.

Lalu, kenapa satunya meledak sedangkan yang satunya tidak?
Siapa yang meledakkan, kebetulan?

Intinya mereka selalu mengatakan "kebetulan", itu bukan Tuhan.

Tuhan seorang atheis adalah "kebetulan" jika demikian.

Kemudian mereka mempunyai teori baru lagi. Katanya ada zat kimia di udara, kemudian terkena petir atau apa, kemudian menjadi senyawa kimia, jatuh ke laut kemudian mengalami proses macam-macam evolusi atau apa dengan gaya bahasa mereka.

Setelah itu keluarlah sebagian ke daratan.

Di daratan kemudian mereka berevolusi, berubah, beradaptasi, jadilah jerapah, gajah, monyet dan bermacam-macam.

Sedangkan yang di laut tetap jadi ikan hiu, ikan paus, ikan macam-macam, kepiting, belut dan macam-macamnya.

Sandainya kita membenarkan teori tersebut, ke Mudi an yang menyediakan laut siapa? Lautnya dari mana?

Mereka menjawab, "Datang sendirinya, tiba-tiba muncul."

Lalu yang memberi petir siapa?

Kemudian kok bisa satunya menjadi monyet, satunya menjadi kerbau, bagaimana ceritanya?

Jawab mereka, "Kebetulan saja.'

⇒Tidak mungkin, jawaban "kebetulan" tidak masuk akal.

Jadi tuhan mereka adalah "kebetulan" dan mereka tidak akan pernah bisa ilmiah, itulah orang-orang atheis.

وَفِي أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

_"Dan dalam jiwa kalian, tidakkah kalian melihat kebesaran Allāh?"_

(QS Adh Dhāriyat: 21)

Coba kita lihat jantung dalam tubuh manusia. Allāh ciptakan di balik tulang rusuk yang menjaga jantung tersebut di dalam.

Apakah itu terjadi kebetulan?

Jika kebetulan, bisa jadi jantungnya di luar.

Ini memang Allāh sudah ciptakan jantung kita di balik tempat yang kokoh dan macam-macamnya letaknya di sebelah situ.

Itu semua sudah diatur oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya, orang-orang atheis itu hanyalah orang-orang yang mempertuhankan "kebetulan".

Oleh karena itu, sering saya sampaikan tentang kisah seorang guru yang berusaha membodohi murid-muridnya dengan mengatakan:

"Kalian bilang Tuhan ada, saya juga bisa menciptakan. Lihatlah toples ini kosong, isinya cuma daging. 3 hari berikutnya akan saya ciptakan banyak ulat dalam toples ini."

Maka tatkala 3 hari berikutnya dia datangkan toples tadi, benar banyak ulat.

"Ini saya sudah ciptakan ulat-ulat."

Maka salah seorang muridnya berkata:

"Pak guru, kalau pak guru ciptakan ulat tersebut, jumlahmya berapa?Betinanya berapa? Jantannya berapa?"

Jika menciptakan seharusnya tahu. Kata Allāh:

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ

_"Bukankan yang menciptakan tahu tentang apa yang dia ciptakan."_

(QS Al Mulk: 14)

Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:

وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا

_"Tidak ada satu daunpun yang jatuh kecuali Allāh tahu."_

(QS Al An'ām: 59)

Karena ini ciptaan Allāh, apa saja yang kita lakukan, gerak-gerik hati kita Allāh tahu, kenapa?

Karena kita ciptaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tidak ada satu daunpun yang jatuh di bumi Irian jaya dimanapun, di suku asmat, di tengah hutan, satu butir jatuh kecuali يَعْلَمُهَا  (Allāh juga tahu tentang berita daun tersebut).

Bagaimana jatuhnya, kapan jatuhnya, di mana jatuhnya. Allāh Maha Tahu, karena Allāh yang Maha Mengetahui segala ciptaan-Nya.

⇒Ini diantara penyimpangan dalam tauhīd rububiyyah.


▪Yang kedua adalah penyimpangan yang dilakukan orang-orang falahsifah.

Orang-orang falahsifah, mereka ini mengakui adanya Tuhan, tetapi mereka seakan-akan menghilangkan sifat penciptaan, Padahal 'aqidah kita, Tuhan Allāh Subhānahu wa Ta'āla mencipta.

Dahulu Tuhan sendirian, Allāh Subhānahu wa Ta'āla atau Rabb kita, menciptakan alam semesta dengan berkata:

كُنْ فَيَكُوْنَ

Tidak ada satu makhluk pun yang bersamaan dengan Allāh. Tidak ada muncul bersamaan dengan Allāh, tidak ada.

Ada makhluk sejak zaman azali adalah pendapat dari orang-orang falahsifah. Mereka punya keyakinan namanya qidamil alam. Bahwasanya alam itu qadim (bersama zat Allāh Subhānahu wa Ta'āla).

Logika mereka, mereka mengatakan Allāh dengan nama al ilah, al fā'ilah, al illah tammah.

Kata mereka, "Allāh itu adalah sebab pelaku yang Maha Sempurna dan di antara kesempurnaan illāh tersebut, illāh tersebut akan memunculkan ma'lulnya, akibatnya saking sempurnanya bersamaan dengan illāhnya tidak ada tarākhi, tidak ada waktu jeda, tidak ada."

Bagaimana?

Mereka melogikakan seperti matahari. Matahari itu ada beserta dengan sinarnya. Bukan matahari dulu sinarnya belakangan, tidak.

Kata mereka, demikian juga Allāh langsung ada dengan makhluk-Nya, karena Allāh sempurna  sehingga tatkala Allāh Subhānahu wa Ta'āla menciptakan makan tidak ada waktu jeda sehingga makhluknya langsung ada bersama dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini juga adalah bentuk menafi'kan penciptaan Allāh karena mencipta itu pencipta ada dulu baru makhluk belakangan.

Tapi kalau makhluk ada bersamaan dengan pencipta itu namanya bukan ciptaan.

Oleh karenanya orang-orang falahsifah ini dikāfirkan oleh para ulamā karena mereka memiliki pemahaman qidamul 'alam.

Pemahaman qidamul alam adalah bahwasnya alam ini secara azali sudah ada bersama dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini tidak benar!

Yang benar adalah Allāh ada dahulu kemudian Allāh menciptakan alam semesta.

Kita tahu kita dulu tidak ada, kemudian menjadi ada. Yang mana qidamul 'alam?

Lalu 60 tahun yang lalu, kita tidak ada, 80 tahun lalu tidak ada.

Mana qidamul 'alam? Tidak ada.

Kita termasuk 'alam atau bukan? 'Alam

Jika dikatakan bahwasanya Allāh harus sempurna, makhluknya harus selalu berada bersama Allāh tanpa ada jeda.

Jika demikian, bagaimana dengan manusia yang baru muncul sekarang?

Bukankah mereka baru muncul sekarang, dulu tidak ada. Mereka dahulu tidak ada, padahal mereka kita sepakat mereka diciptakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sekarang baru muncul, sudah berapa juta tahun yang lalu atau ribuan tahun yang lalu baru muncul sekarang ?

Berarti Allāh menciptakan kapan Allāh kehendaki. Tidak harus makhluk-Nya sama bergandengan (bersamaan) dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karena itu Allāh menjelaskan dalam Al Qurān:

... إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ

_Jika Allāh menghendaki sesuatu, Allāh tinggal mengatakan, "Kun, fa yakūn."_

(QS Yāsin: 82)

Menunjukkan terjadi setelah ada jeda

 كُن فَيَكُون

_"Jadi," maka jadilah._

Bersambung ke bagian 5, in syā Allāh.
_________________________

◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
————————————

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 03 DARI 13)

AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 03 DARI 13)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 22 Rajab 1438 H / 19 April 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA حفظه الله
📗 Materi Tematik: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Bagian 3 dari 13)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FA-AqidahAhlusSunnah-03
⬆ Sumber: https://youtu.be/DiHqgSWC1Ag
~~~~~~~~~~~~~~~~~

*AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (BAGIAN 03 DARI 13)*


بســـمے اللّه الرّحمنـ الرّحـيـمـے
الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته  ​​​


Sekarang kita masuk pada pembahasan Tauhīd Ar Rububiyyah.

Saya sebutkan bahwasanya rukun tauhīd rububiyyah ada 3 (tiga), yaitu:

(1) Allāh satu-satunya Pencipta alam semesta ini.
(2) Allāh satu-satunya Penguasa atau Pemilik alam semesta ini.
(3) Allāh satu-satunya Pengatur alam semesta ini.

Dan ini benar, bahwasanya tidak ada yang menciptakan, kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Makanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan, menantang hal ini dalam banyak ayat, diantaranya:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ ۖ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ

_"Wahai manusia sekalian, dibuat perumpamaan bagi kalian maka dengarkanlah, sesungguhnya yang kalian sembah selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tidak akan mampu menciptakan seekor nyamuk, meskipun mereka bersatu padu."_

Mereka tidak akan mungkin bisa menciptakan seekor lalat, padahal lalat itu adalah hewan yang hina, hewan yang kecil, tetapi tidak ada yang bisa menciptakan seekor lalat, meskipun yang disembah selain Allāh bersatu-padu.

Oleh karena itu, jika disuruh bersatu padu, misalnya budha disuruh gabung dengan Nabi 'Īsā 'alayhissalām atau dengan yang lainnya, dengan malāikat, tidak akan bisa menciptakan seekor lalat. Karena yang menciptakan adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dalam hadīts yang lain kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang adzab yang pedih bagi orang yang membuat patung bernyawa.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذَهَبَ يَخْلُقُ كَخَلْقِى، فَلْيَخْلُقُوا ذَرَّةً، أَوْ لِيَخْلُقُوا حَبَّةً أَوْ شَعِيرَةً

_Allāh 'Azza wa Jalla berfirman:_

_"Dan siapa yang lebih zhālim daripada orang yang mencipta seperti ciptaan-Ku? Hendaklah ia ciptakan biji kecil atau biji tepung atau biji gandum."_

(Hadīts Riwayat Bukhāri nomor 5953 dan Muslim nomor 7559)

⇒Ada juga yang menterjemahkan dengan semut.

Tidak usah gajah, coba ciptakan semut saja, lalu bisa jalan, bisa bergerak, dan tidak ada yang bisa.

Atau ciptakan biji. Siapa yang bisa ciptakan biji?

Kemudian jika ditanam, maka dia tumbuh, siapa yang bisa?

Seluruh ahli teknologi di dunia ini berkumpul, tidak usah hewan, ciptakan biji saja untuk ditumbuhkan di tanah kemudian tumbuh, tidak ada yang bisa. Karena yang menciptakan biji hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ada orang China katanya bisa membuat telur. Apa benar bisa bikin telur?

Telur yang dibikin cuma bisa digoreng, jika dieramkan, tidak akan bisa menetas.

Kenapa ?

Karena tidak Ada yang bisa memberi ruh, yang bisa menciptakan hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya, tidak boleh seorang meyakini ada yang beserta Allāh yang ikut mencipta.

Barang siapa yang meyakini ada yang beserta Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang ikut mencipta atau ada yang membantu Allāh Subhānahu wa Ta'āla mencipta, maka dia telah terjerumus dalam kesyirikan dalam rububiyyah.

Yang kedua, dalam masalah pemilikan (rukun kedua dalam tauhīd rububiyyah).

Kita tahu bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla satu-satunya yang mencipta, maka kitapun yakin bahwasanya seluruh alam semesta ini hanyalah milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan:

وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ

_"Dan yang kalian sembah selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mereka sama sekali tidak memiliki meskipun hanya qithmīr."_

⇒Qithmīr itu kulit ari yang ada pada biji kurma.

Jika kita makan kurma ada bijinya, pada bijinya ada kulit ari. kulit itu sangat tipis. Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tidak ada yang memiliki kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kenapa?

Karena anda boleh memiliki jika anda mencipta.

Anda tidak pernah menciptakan kurma, bagaimana bisa anda memilikinya?

Artinya, pemilik sesungguhnya di alam semesta ini hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian, kitapun meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang mengatur alam semesta ini.

Tidak ada satupun makhluk yang ikut serta dalam pengaturan alam semesta. Hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla sendiri yang mengatur alam semesta. Yang ada, yang berjalan (berlangsung) di alam semesta ini, di langit dan di bumi, hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang mengatur.

Dalam ayat surat Sabā ayat 22, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِ اللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِن شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُم مِّن ظَهِيرٍ

_Katakanlah, "Serulah mereka yang kalian anggap Tuhan selain Allāh, mereka sama sekali tidak memiliki sebesar dzarrahpun yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Dan mereka tidak punya sedikitpun saham dalam penciptaan langit dan bumi. Bahkan mereka tidak membantu Allāh sama sekali."_

⇒Dzarrah itu maksudnya sesuatu yang sangat kecil.

Sebagian ahli tafsir menyatakan, dzarrah itu bisa ditafsirkan dengan tiga tafsiran:

① Ada yang menafsirkan, dzarrah itu semut kecil.

② Ada yang menafsirkan, dzarrah itu adalah seorang tatkala menepuk tangannya di tanah, kemudian tersisa butiran-butiran kecil ditangannya, satu butir diambil itulah dzarrah.

③ Ada yang mengatakan, dzarrah itu adalah jika di kaca kemudian datang sinar matahari, kemudian terlihat butir-butiran, satu butiran itu namanya dzarrah.

⇒Jadi ukurannya  sangat kecil.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla, "Mereka, sesembahan-sesembahan kalian itu, tidak memiliki sedikitpun yang ada di langit atau di bumi."

وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِن شِرْكٍ

_"Dan mereka tidak punya satu sahampun dalam penciptaan langit dan bumi."_

Jadi tidak ada yang membantu Allāh Subhānahu wa Ta'āla sama sekali.

وَمَا لَهُ مِنْهُم مِّن ظَهِيرٍ

_"Dan mereka tidak membantu Allāh sama sekali."_

Jadi kepemilikan itu bisa satu benda dimiliki bersama atau tidak ikut memiliki tapi membantu dalam membuat benda tersebut.

⇒Ini semua ternafi'kan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menciptakan sendiri dan tidak ada satu dzatpun yang ikut serta memiliki langit dan bumi.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla, "Satu dzarrah pun di langit dan di bumi tidak ada yang ikut serta memiliki, hanya Aku sendiri."

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla, "Satu lembar daun yang ada di bumi yang mempunyai hanya Saya, tidak ada pencipta lain yang ikut serta dalam menciptakan dan dalam pemilikan. Kemudian tidak ada yang membantu sama sekali dalam membuat/mengkreasi alam semesta ini."

Ini ayat disebutkan sebagai ayat yang membathilkan kesyirikan dari asalnya (pokoknya).

Kenapa?

Jika dzat lain berhak disembah, mungkin dia ikut serta bantu Allāh atau mungkin dia ikut memiliki alamsemestaa sehingga berhak untuk disembah.

Tapi Allāh bilang, "Tidak ada yang berhak untuk disembah."

Kenapa?

Karena tidak ada yang memiliki saham sama sekali atas alam semesta (kecuali Allāh).

Mungkin dia ikut Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam membantu mengurusi alam semesta?

Jawabannya juga: Tidak ada.

Maka dia tidak berhak untuk disembah.

Bahkan yang terakhir:

وَلَا تَنفَعُ الشَّفَاعَةُ عِندَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ

_"Dan tidaklah berguna syafā'at, di sisi Allāh melainkan bagi orang-orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafā'at itu."_

(QS Sabā: 23)

Mungkin ada yang mengatakan, "Saya sembah makhluk ini karena ia bisa beri syafā'at di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Kata Allāh:

"Itupun tidak ada! Dia tidak bisa memberi syafā'at, kecuali Aku izinkan."

⇒Jadi, segala pintu-pintu kesyirikan tertutup, kenapa kita Masih harus menyembah selain Allāh?

Kalau dia itu ikut serta mencipta makan engkau berhak menyembah dia. Atau dia punya saham dalam pemilikan alam semesta atau dia ikut membantu atau dia bisa memberi syafā'at, meskipun saya tidak izinkan.

Seperti halnya seorang menteri memberi syafā'at di hadapan presiden. Dia memberi syafā'at sendiri karena presiden butuh kepada menteri, maka menteri bisa memberi syafā'at di hadapan presiden.

Semua pintu-pintu kesyirikan tertutup. Kalau begitu tidak ada yang berhak untuk disembah kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Makanya ayat ini disebut ayat pamungkas untuk menghilangkan kesyirikan dari asalnya.

Inilah rukun-rukun dari tauhīd rububiyyah.


Bersambung ke bagian 4, in syā Allāh.

_________________________

◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
————————————