Laman

Tampilkan postingan dengan label Sirah Nabawiyyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sirah Nabawiyyah. Tampilkan semua postingan

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 10 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 10 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 21 Jumadal Ūla 1439 H / 08 Februari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 10 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1010
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 10 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para sahā
abat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lanjutkan kisah berikutnya tentang kisah Islāmnya 'Umar bin Khaththāb radhiyallāhu ta'āla 'anhu.

Disebutkan setelah tiga hari Hamzah masuk Islām lalu 'Umar bin Khaththāb pun masuk Islām. Hari-hari tersebut adalah hari yang indah, telah masuk Islām dua orang yang kuat.

Hamzah pemuda yang sangat kuat. Hebat dalam bertempur. Tidak ada yang bisa mengalahkan dia (Hamzah). Hamzah meninggal dalam perang Uhud karena ditombak oleh Wahsyi, seandainya berduel maka Hamzah tidak pernah kalah.

Demikian juga 'Umar bin Khaththāb, beliau dibunuh oleh Abū Lu'lu Al Majusi dengan cara curang (Abū Lu'lu Al-Majusi diajak duel dia tidak berani). Jangan terperdaya dengan orang-orang Syiah yang mengelari Abū Lu'lu Al-Majusi dengan gelar pahlawan sang pemberani, sesungguhnya dia pengecut tidak berani berduel dengan 'Umar bin Khaththāb radhiyallāhu ta'āla 'anhu.

Abū Lu'lu membunuh 'Umar bin Khaththāb tatkala 'Umar sedang shalāt.

Jangankan manusia, syaithān pun takut kepada 'Umar, apalagi Manusia.

Oleh karenanya disebutkan tatkala 'Umar beberapa hari masuk Islām, 'Umar pergi kerumah Abū Jahal ('Umar adalah teman Abū Jahal yang suka menganggu kaum muslimin), lalu Abū Jahal berkata:

أبو جهل ، فقال : مرحبا وأهلا بابن أختي ، ما جاء بك؟

_"Selamat datang wahai saudaraku, ada apa gerangan engkau ke sini?"_

Kata 'Umar bin Khaththāb:

قال : جئت لأخبرك أني قد آمنت بالله وبرسوله محمد ، وصدقت بما جاء به

_"Saya datang ke sini untuk memberi kabar bahwa saya telah berimān kepada Allāh dan berimān kepada Muhammad dan saya benarkan apa yang dia katakan."_

Abū Jahal langsung menutup pintu rumahnya, Abū Jahal tidak berani melawan 'Umar bin Khaththāb.

Disebutkan juga dalam hadīts yang hasan, karena ada Ibnu Ishaq, dia mengatakan:

وحدثني نافع مولى ابن عمر عن ابن عمر قال لما أسلم عمر قال أي قريش أنقل للحديث ؟ فقيل له جميل بن معمر الجمحي فغدا عليه، قال عبد الله وغدوت أتبع أثره، وأنظر ما يفعل وأنا غلام أعقل كل ما رأيت، حتى جاءه فقال له أعلمت يا جميل أني أسلمت ودخلت في دين محمد ؟ قال فوالله، ما راجعه حتى قام يجر رداءه، واتبعه عمر، واتبعته أنا، حتى إذا قام على باب المسجد صرخ بأعلى صوته يا معشر قريش، وهم في أنديتهم حول الكعبة، ألا إن ابن الخطاب قد صبا، قال يقول عمر من خلفه كذب، ولكني قد أسلمت، وشهدتُّ أن لا إله إلا الله وأن محمدًا رسول الله، وثاروا إليه فما برح يقاتلهم ويقاتلونه حتى قامت الشمس على رؤوسهم، قال وطلع فقعد، وقاموا على رأسه وهو يقول افعلوا ما بدا لكم، فأحلف بالله أن لو قد كنا ثلاثمائة رجل لقد تركناها لكم، أو تركتموها لنا قال فبينما هم على ذلك، إذ أقبل شيخ من قريش عليه حُلَّةٌ حَبِرَةٌ وقميصُ مُوَشّى حتى وقف عليهم، فقال ما شأنكم ؟ فقالوا صبأ عمر، قال فمه، رجل اختار لنفسه أمرًا، فماذا تريدون ؟ أترون بني عدي يسلمون لكم صاحبكم هكذا ؟ خلوا عن الرجل قال فوالله لكأنما كانوا ثوبًا كشط عنه، قال فقلت لأبي بعد أن هاجر إلى المدينة يا أبت من الرجل الذي زجر القوم عنك بمكة يوم أسلمت وهم يقاتلونك ؟ قال ذاك أي بني، العاص بن وائل السهمي» 

_Bahwasanya Nāfi' Maulā ibnu 'Umar telah mengabarkan dari ibnu 'Umar (dari anaknya 'Umar) tatkala 'Umar masuk Islām:_

_'Umar bertanya:_

_"Orang Quraisy mana yang paling cepat menyebarkan berita?"_

_(Dahulu tidak ada internet atau microphone, jadi berita tersebar dari mulut ke mulut.)_

_Dikatakan kepada 'Umar:_

_"Ada seorang Quraisy yang bernama Jamīl bin Ma'mar Al Jumahiy."_

_Maka 'Umarpun pergi kepadanya (menemui Jamīl bin Ma'mar)_

_Saya pun ikut bapakku (kata Ibnu 'Umar), saya ingin tahu apa yang dilakukan bapakku sehingga mencari orang ini (Jamīl bin Ma'mar Al Jumahiy). Sampai 'Umarpun mendatangi orang Quraisy ini (orang yang suka menyebarkan berita)._

_Kemudian 'Umar berkata:_

_"Tahukah engkau Jamīl, saya sudah masuk Islām dan saya sudah masuk ke dalam agamanya Muhammad?"_

_Tatkala itu Jamīl (orang musyrik) diam saja tidak menjawab, dia langsung pergi sampai ridā' (selendang) nya terjulur ke lantai karena kaget._

_Dan sayapun ikuti terus bapakku, kemudian tatkala Jamīl sampai di pintu Masjidil Harām, maka dia berkata sekeras-kerasnya:_

_"Wahai orang-orang Quraisy ketahuilah bahwasanya 'Umar bin Khaththāb telah menjadi Shabā (keluar dari agama kalian)."_

Dan ini yang dicari 'Umar bin Khaththāb, agar orang tahu semua bahwa dia sudah masuk Islām.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_____________________

🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA

▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan 25 di nominal transfer anda..*

Contoh : 100.025
______________________

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 9 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 9 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 20 Jumadal Ūla 1439 H / 07 Februari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 9 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1009
~~~~~~~~~~~~~~~
*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 9 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lanjutkan kisah berikutnya yaitu tentang Islāmnya 'Umar bin Khaththāb radhiyallāhu Ta'āla 'anhu.

Kenapa dia masuk Islām?

Ada banyak riwayat tentang penyebab masuknya 'Umar bin Khaththāb ke dalam agama Islām, tetapi riwayat-riwayat itu banyak yang lemah.

Saya akan bawakan riwayat yang shahīh. Adapun kisah bahwasanya dia mendengar bacaan Al Qurān maka itu riwayat yang lemah.

Riwayat yang shahīh disebutkan oleh Layla bintu Hasma bintu 'Abdillāh, istrinya Amir bin Rabī'ah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, suatu saat mereka hendak pergi berhijrah ke negeri Habasyah.

⇒ Jadi  'Umar masuk Islām tidak lama setelah hijrah kedua ke negeri Habasyah.

Tatkala itu 'Umar melihat Layla sedang menyiapkan kendaraannya, dia akan pergi. 

Kemudian dia berkata (waktu itu):

والله إنا لنترحل إلى أرض الحبشة، وقد ذهب عامر في بعض حاجاتنا، إذ أقبل عمر بن الخطاب حتى وقف علي - وهو على شركه، قالت: وكنا نلقى منه البلاء والشدة علينا

_"Demi Allāh, Kami ingin pergi ke negeri Habasyah dan suamiku (Amir) sedang pergi (keluar rumah) karena ada keperluan. Tiba-tiba datang 'Umar (waktu itu masih musyrik) dan kami dahulu diganggu oleh 'Umar._

_('Umar dahulu terkenal keras terhadap kaum muslimin.)_

_Sampai Layla mengatakan, "Kami telah diganggu oleh 'Umar (dikerasi dan dipukuli oleh 'Umar)."_

_Tiba-tiba hari itu dia datang dan melihat saya hendak pergi ke negeri Habasyah bersama suamiku._

Tiba-tiba 'Umar bertanya:

إنه الإنطلاق يا أم عبد الله؟

_"Wahai Ummu Abdillāh, apakah engkau hendak pergi?"_

Layla menjawab:

نعم , والله لنخرجن في أرض الله، آذيتمونا , وقهرتمونا، حتى يجعل الله لنا مخرجا

_"Iya, Demi Allāh, kami akan pergi ke bumi Allāh. Kalian telah mengganggu dan menzhālimi kami, sampai Allāh datangkan kepada kami solusi."_

Tiba-tiba 'Umar berkata:

  صَحِبَكُمْ الله

_"Semoga Allāh menemani kalian."_

⇒ Ini ajaib tiba-tiba 'Umar mendo'akan mereka ('Umar berubah hatinya).

Kata Layla:

ورأيت له رقة لم أكن أراها، ثم انصرف وقد أحزنه - فيما أرى - خروجنا

_Saya melihat kesedihan padanya, saya belum pernah melihat kesedihan seperti itu._

Kemudian 'Umar pun pergi, ternyata kondisi yang seperti ini membuat hati 'Umar berubah.

قالت: فجاء عامر بن ربيعة من حاجته تلك، فقلت له يا أبا عبد الله , لو رأيت عمر آنفاورقته وحزنه علينا

_Tiba-tiba datang suaminya, lalu Layla berkata, "Wahai, Abū Abdillāh, kalau engkau tadi melihat wajah 'Umar bin Khaththāb,  bagaimana dia sedih melihat kita akan pergi, engkau akan heran."_

قال أفطمعت في إسلامه؟

_Maka suaminya (Amir bin Rabī'ah) berkata, "Engkau ingin dia masuk Islām, wahai istriku?"_

قلت: نعم

_Ummu Layla menjawab, "Iya, tentu."_

Maka suaminya mengatakan:

قال لا يسلم الذي رأيت حتى يسلم حمار الخطاب

_"'Umar yang engkau lihat tidak akan masuk Islām, sampai himārnya (keledainya) masuk Islām."_

Karena 'Umar sangat keras, sangat kencang mengganggu kaum muslimin. Badannya kuat, tubuhnya hebat, semua orang takut dengan 'Umar bin Khaththāb.

Sehingga Amir bin Rabī'ah radhiyallāhu ta'āla 'anhu mengatakan, "Engkau mau 'Umar masuk Islām? (Mustahil,) tunggu keledainya masuk Islām baru dia mau masuk Islām."

Ini sesuatu yang mustahil, keledai masuk Islām.

Namun, Subhānallāh, karena melihat kondisi umat Islām yang disiksa membuat sedih 'Umar (merubah hati 'Umar).

Ini adalah berkat do'anya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Beliau perhatian terhadap 'Umar dan pernah berdo'a agar Allāh memberi hidayah, kalau tidak kepada Abū Jahal atau 'Umar.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mencari orang yang kuat, karena Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam membutuhkan orang yang kuat untuk membela Islām.

Maka di antara do'a Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliau berkata:

اللهم أعز الإسلام بأحب هذين الرجلين إليك , بأبي جهل أو بعمر بن الخطاب

_"Yā Allāh, jayakanlah Islām dengan salah seorang dari dua orang ini, dengan Abū Jahal atau 'Umar bin Khaththāb."_

فكان أحبهما إلى الله عمر بن الخطاب - رضي الله عنه

_Akan tetapi yang paling dicintai dan diinginkan oleh Nabi adalah 'Umar bin Khaththāb (meskipun keduanya sama-sama keras)._

Nabi tidak pernah putus asa walau keduanya suka menganggu Nabi, mencaci maki Nabi, Nabi berharap keduanya bisa masuk Islām.

Sehingga Nabi berdo'a secara khusus lagi, diriwayatkan oleh 'Āisyah,

اللهم أعز الإسلام بعمر بن الخطاب خاصة

_"Yā Allāh, Jayakanlah Islām khusus dengan 'Umar bin Khaththāb."_

Maka Allāh mengabulkan do'a Nabi dan masuklah 'Umar ke dalam Islām.

Dan luar biasa tatkala 'Umar masuk Islām. 

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______________________

🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA

▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda..*

Contoh : 100.025
______________________

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 8 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 8 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 19 Jumadal Ūla 1439 H / 06 Februari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 8 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1008
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 8 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lanjutkan ke kisah berikutnya yaitu tentang Islāmnya Hamzah bin Abdul Muthathālib.

Kita tahu bahwasanya penyiksaan yang dilakukan oleh orang-orang kāfir terhadap para shahābat luar biasa.

Kelihatannya perkara yang buruk, tetapi kata Allāh:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ

_"Bisa jadi engkau membenci sesuatu tetapi ada kebaikan bagi kalian."_

(QS Al Baqarah: 216)

Ada perkara-perkara yang dibenci namun ada hikmah dibalik itu, di antaranya penyiksaan kepada para shahābat dan ejekan kepada Nabi yang menjadikan sebagian orang masuk Islām, seperti Hamzah bin Abdul Muththālib.

Disebutkan dalam buku-buku sejarah, apa sebab Hamzah bin Abdul Muththālib masuk Islām?

Karena ta'ashshub suku. Dia tidak ingin keponakannya diganggu, meskipun dia pamannya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tetapi umurnya sebaya dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam karena dia juga saudara sepersusuan dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, sehingga Hamzah sangat cinta kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sangat cinta kepada Hamzah.

Suatu hari, Abū Jahal melewati Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang sedang berada di bukit Shafā.

Maka Abū Jahal mencaci maki Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan Nabi tidak membantah, hanya diam saja. Akan tetapi hal ini dilihat oleh seorang budak wanita,  budaknya 'Abdullāh bin Jud'an.

Tiba-tiba datang Hamzah bin Abdul Muththālib pulang berburu dengan membawa busur panah. Maka budak wanita ini mengabarkan kepada Hamzah bagaimana Abū Jahal mencaci maki keponakannya (Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam). Hamzahpun marah tidak terima, padahal tatkala itu dia masih musyrik.

Kita tahu bahwasanya permusuhan antara banī Makzhum dengan banī Abdul Manāf sangat keras (kuat). Sekarang yang mengganggu keponakannya adalah dari pimpinannya banī Makzhum (Abū Jahal).

Kemudian Hamzah mendatangi Abū Jahal, tatkala itu Abū Jahal sedang berada di Masjidil Harām, sedang duduk di antara teman-temannya. Kemudian Hamzah pun mendatangi Abū Jahal dan memukulkan busurnya ke kepala Abū Jahal.

Kata Hamzah, "Engkau caci maki keponakanku, saya ini di atas agamanya, tahukah engkau?"

Tatkala itu banī Makzhum ingin membela Abū Jahal tetapi dilarang oleh Abū Jahal, akhirnya Hamzah pun masuk Islām.

Ini adalah sesuatu yang tampaknya buruk, yaitu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam diejek, akan tetapi menyebabkan pamannya masuk Islām.

Bisa jadi engkau membenci sesuatu namun ada baik dibaliknya. 

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______________________

🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA

▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda..*

Contoh : 100.025
______________________

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 7 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 7 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 18 Jumadal Ūla 1439 H / 05 Februari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 7 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1007
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 7 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para sahbat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian, kita akan lanjutkan kisah hijrah para shahābat ke negeri Habasyah (Ethiopia).

Adapun kisah yang masyhur di buku-buku sejarah tentang shahābat Nabi yang bernama 'Ubaidillāh bin Jahsyn yang katanya dia hijrah ke negeri Habasyah kemudian dia masuk Nashrāni maka kisah ini tidak ada dalīl yang shahīh.

Bahkan bertentangan dengan hadīts-hadīts yang shahīh, yang menunjukkan dia tetap dalam keadaan Islām.

Tatkala itu dia berhijrah ke Habasyah bersama istrinya, Ramlah Ummu Habibah bintu Abī Sufyān, yang nanti akan menjadi istri Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ketika sampai di Habasyah, dia sakit (dalam hadīts shahīh riwayat Ibnu Hibban) dan mewasiatkan kepada Nabi untuk menikahi istrinya.

Akhirnya Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam menikahi Ummu Habibah jarak jauh (dengan perantara). Nabi di Mekkah dan Ummu Habibah di Habasyah. 

Di antara dalīl yang menguatkan bahwasanya dia tetap Islām dan tidak mati dalam keadaan Nashrāni adalah kisah pertemuan Heraklius dengan Abū Sufyān. Tatkala Heraklius bertemu dengan Abū Sufyān, Heraklius bertanya tentang sifat-sifat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Di antara pertanyaan yang diajukan, Heraklius bertanya:

"Apakah ada di antara pengikut Muhammad satu orang yang murtad karena dia benci kepada agama Muhammad?"

Kata Abu Sufyan: "Tidak ada."

⇒ Intinya tidak ada dari shahābat Nabi yang murtad.

Kalau seandainya 'Ubaidillāh bin Jahsyn murtad maka pasti Abū Sufyān tahu karena istrinya 'Ubaidillāh adalah putrinya Abū Sufyan.

Seandainya menantu, Abū Sufyān (Ubaidillāh bin Jahsy), masuk ke dalam agama Nashrāni pasti mertuanya (Abū Sufyān) tahu. Namun tatkala Heraklius bertanya, "Adakah pengikutnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang murtad?" Abū Sufyān menjawab, "Tidak ada."

Ini dalīl bahwasanya berita tentang Ubaidillāh bin Jahsyn menjadi seorang Nashrāni adalah tidak benar.

Maka kita tidak boleh menceritakan kisah ini kepada masyarakat karena ini tidak benar, Bagaimana 'Ubaidillāh bin Jahsy lari dari kesyirikan, pergi ke tempat yang jauh, penuh kesulitan, sampai di sana menjadi Nashrāni?

⇒ Ini jauh dari Sirah para shahābat radhiyallāhu Ta'āla 'anhum.

Para shahābat yang berhijrah 2 kali ke negeri Habasyah dan ke Madīnah (meskipun belakangan) maka mereka memiliki keutamaan sendiri.

Pada waktu Perang Khaibar ada salah seorang yang datang terlambat, jadi para shahābat tetap terus di Habasyah, kira-kira mereka 15 tahun, mereka tidak disuruh pulang kecuali setelah perang Khaibar.

Padahal tatkala itu telah terjadi peristiwa-peristiwa besar antara kaum muslimin dengan orang-orang kāfir. Ada Perang Badr, Perang Uhud, Perang Khandaq, namun sama sekali Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak menyuruh untuk pulang.

Kapan Nabi menyuruh mereka pulang?

Yaitu setelah terjadi Perjanjian Hudaibiyyah. Tatkala kondisi telah tenang, maka mereka pulang, karena ada perjanjian damai dengan kaum musyrikin.

Sebagian ulamā mengatakan mengapa Nabi tidak menyuruh pulang?

Kata para ulamā, Nabi tetap menjaga agar dakwah ini berjalan, harus ada yang selamat.

Nabi tidak tahu masa depan (misalnya) ada yang terjadi pada Nabi dan para shahābat di Madīnah. Kalau mereka dibumi hanguskan di Mekkah maka masih ada yang berdakwah di Habasyah (dakwah tidak boleh berhenti).  Sehingga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak memanggil mereka kecuali sudah ada ketenangan.

Setelah ada perjanjian damai baru Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam meminta para shahābat kembali.

Akhirnya Ja'far bin Abī Thālib dan para shahābat yang sudah tinggal lama di Habasyah pulang ke Mekkah dan langsung ikut Perang Khaibar.

Tatkala itu ada sebagian shahābat yang terlambat datang dari Habasyah ke Khaibar.

Dan ada shahābat yang tidak ikut hijrah ke Habasyah melainkan mereka hijrah ke Madīnah, dan shahābat yang  ikut hijrah ke Habasyah belum ke Madīnah.

Tatkala para shahābat yang berhijrah ke Habasyah belakangan (datang ke Madinahnya) sebagian shahābat yang berhijrah ke Madīnah sedikit membanggakan dengan mengatakan, "Kami lebih dahulu hijrah ke Madīnah dan kalian belakangan."

Maka Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam membela mereka dengan berkata:

ليس بأحق بي منكم

_"Bahwasanya orang itu tidak lebih berhak tentang aku daripada kalian."_

Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang menyuruh mereka dulu (para shahābat) hijrah ke negeri Habasyah.

Kata Nabi:

وله ولأصحابه هجرة واحدة، ولكم أنتم - أهل السفينة - هجرتان

_"Bagi orang tadi yang bangga dengan shahābat-shahābatnya, dia hanya dapat satu hijrah, adapun kalian mendapat dua hijrah (hijrah ke Habasyah dan hijrah ke Madīnah)."_

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______________________

🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA

▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda..*

Contoh : 100.025
______________________

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 6 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 6 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 26 Rabi’ul Akhir 1439 H / 13 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 6 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1006
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 6 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian kita akan lanjutkan kisah hijrah para shahābat ke negeri Habasyah (Ethiopia)

Kemudian raja Najāsyī berkata:

هَلْ مَعَكَ مِمَّا جَاءَ بِهِ عَنْ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ

_"Apakah ada sesuatu yang dibawa oleh nabimu?"_

Maka Ja'far bin Abī Thālib berkata:
نَعَمْ,

_"Iya."_

Kemudian raja Najāsyī berkata:
فَاقْرَأْهُ عَلَيَّ 

_"Bacakan kepadaku."_

Kemudian Ja'far bin Abī Thālib membacakan surat Maryam.

Dan kita tahu bahwasanya surat Maryam, indah kisahnya. Di awal disebutkan tentang kisah Nabi Zakariyyā yang sudah tua,  kemudian sudah lemah, rambutnya sudah memutih dan berkata, "Aku tidak pernah putus asa dari berdo'a kepada Engkau."

Jadi Allāh menyebutkan dua kisah yang menakjubkan.

⑴ Allāh memberikan anak kepada seorang yang sangat tua (Nabi Zakariyyā) istrinyapun mandul (sudah tidak produktif).

Bagaimana bisa memiliki keturunan? Tetapi Allāh mengatakan, "Bisa."

⑵ Kisah Nabi 'Īsā 'alayhissallām.

Bagaimana seorang wanita tidak bersuami tiba-tiba memiliki anak.

Kalau antum baca kisahnya sangat menyedihkan dalam surat Maryam.

Tatkala datang malāikat Jibrīl 'alayhissallām kemudian mengabarkan kepada Maryam bahwasanya dia akan punya anak, kemudian Maryampun hamil lalu menjauh dari kaumnya sampai akhirnya tiba waktu melahirkan dan dia merasakan rasa sakit ketika akan melahirkan dan tatkala pulang ke kaumnya dituduh sebagai wanita pezinah.  

Semua dibacakan oleh Ja'far bin Abī Thālib dan didengar oleh raja Najāsyī.

Kemudian tatkala mendengar bacaan ini raja Najāsyī pun menangis.

Kata Ummu Salamah, "Demi Allāh, Raja Najāsyī menangis sampai air matanya membasahi jenggotnya dan pendeta-pendeta disekitarnyapun ikut menangis sampai air mata mereka membasahi mushaf-mushaf mereka (Injīl-Injīl mereka) tatkala mereka mendengar bacaan Ja'far bin Abī Thālib."

Kemudian raja Najāsyī berkata:

"Sesungguhnya yang saya dengar ini dan apa yang dibawa oleh Nabi Mūsā, sama-sama keluar dari sumber yang sama. Pergilah kalian berdua wahai Amr bin Āsh dan 'Abdullāh bin Rabī'ah. Demi Allāh saya tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian berdua."

Maka para shahābatpun selamat, setelah dialog yang dilakukan oleh raja Najāsyī dan Ja'far bin Abī Thālib.

Namun 'Amr bin Āsh tidak putus asa, dia mengatakan, "Besok saya akan mencari cara lain."

'Amr bin Āsh cerdas, dia ingin memprovokasi raja Najāsyī agar raja Najāsyī mengusir para shahābat.

Dia mengatakan, "Saya akan kabarkan kepada mereka (Raja Najāsyī) bahwasanya ini, shahābat Muhammad, mengatakan Īsā  itu hamba, ini membuat jengkel orang Nashrāni (raja Najāsyī)."

Orang Nashrāni menganggap Nabi 'Īsā adalah tuhan.

Kemudian keesokan harinya  'Amr bin Āsh dan 'Abdullāh bin Rabī'ah menemui raja Najāsyī dan mengatakan:

"Wahai Raja, sesungguhnya mereka telah berbicara tentang 'Īsā bin Maryam dengan perkataan yang besar. Engkau tanya sendiri wahai raja apa yang mereka katakan tentang 'Īsā bin Maryam?"

'Amr bin Āsh cerdas, dia tidak mengatakan perkataannya, melainkan menyuruh raja Najāsyī bertanya sendiri kepada para shahābat.

Raja Najāsyī penasaran apa yang telah dikatakan tentang tuhannya, maka diutuslah utusan untuk menemui para shahābat.

Dan para shahābat bermusyawarah lagi, waktu pertemuan pertama para shahābat membicarakan masalah muamalah, tidak boleh zinah, tidak boleh memutuskan silaturahmi sedangkan sekarang berbicara tentang aqidah.

"Apa yang harus kita katakan?"

Para shahābat sekarang dalam bahaya, bila Raja Najāsyī marah, mereka pasti diusir, saatnya mereka untuk mujamalah, untuk mudahanah. Tetapi lihat bagaimana para shahābat, mereka tetap santai menjelaskan tentang tauhīd, tidak basa basi dalam hal ini.

Mereka bersepakat, apabila kita ditanya oleh raja Najāsyī, kita mengatakan, "Demi Allāh, kami akan mengatakan sebagaimana perkataan Allāh dan apa yang dibawa oleh Nabi kita."

Kemudian para shahābat datang menemui raja Najāsyī dibawah pimpinan Ja'far bin Abī Thālib.

Kemudian raja Najāsyī bertanya, "Apa perkataan kalian tentang Īsā bin Maryam?"

Kemudian Ja'far bin Abī Thālib berkata,

"Kami berbicara tentang Īsā bin Maryam sebagaimana perkataan Nabi kita, dia adalah hamba Allāh dan rasūlnya dan dia adalah kalimat yang Allāh kirimkan ke dalam rahim Maryam dengan mengatakan: Kun Fayakun."

Kemudian Raja Najāsyī memukulkan tangannya di tanah dan kemudian dia mengambil semacam kayu dan berkata, "'Īsā bin Maryam tidak melebihi hal ini."

(Artinya benar, 'Īsā adalah sebagai hamba dan rasūl-Nya)

Maka pembesar-pembesar Najāsyī tatkala itu menghembuskan nafas (jengkel) maka raja Najāsyī mengatakan, "Pergilah kalian wahai shahābat-shahābat Muhammad, kalian bebas di negeriku."

Inilah dialog yang terjadi antara Ja'far bin Abi Thālib dengan Raja Najāsyī yang menunjukkan bagaimana hasadnya orang-orang kāfir Quraisy, mereka berusaha agar raja Najāsyī memulangkan para shahābat ke Mekkah, namun mereka tidak berhasil.

Dan dikatakan dalam hadīts yang shahīh bahwa Raya Najāsyī kemudian masuk Islām.

Dan tatkala meninggal dunia ternyata anak buahnya masih dalam agama Nashrāni sehingga tidak ada yang menyalātkannya, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyalātkannya dengan shalāt ghāib.

Oleh karenanya di antara keyakinan yang sangat mendasar bahwasanya 'Īsā 'alayhissalām adalah hamba Allāh dan rasūl- Nya, bukanlah Tuhan atau anak Tuhan.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 5 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 5 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 25 Rabi’ul Akhir 1439 H / 12 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 5 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1005
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 5 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian kita akan lanjutkan kisah hijrah para shahābat ke negeri Habasyah (Ethiopia).

Akhirnya mereka berdua yaitu 'Amr bin 'Āsh dan 'Abdullāh bin Abī Rabī'ah datang menemui raja Najāsyī dan mereka memberi hadiah kepada raja dan diterima oleh raja Najāsyī.

Kemudian mereka berbicara seperti yang mereka rencanakan, mereka mengatakan:

 أَيُّهَا الْمَلِكُ إِنَّهُ قَدْ صَبَا إِلَى بَلَدِكَ مِنَّا غِلْمَانٌ سُفَهَاءُ فَارَقُوا دِينَ قَوْمِهِمْ وَلَمْ يَدْخُلُوا فِي دِينِكَ وَجَاءُوا بِدِينٍ مُبْتَدَعٍ لَا نَعْرِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنْتَ وَقَدْ بَعَثَنَا إِلَيْكَ فِيهِمْ أَشْرَافُ قَوْمِهِمْ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَعْمَامِهِمْ وَعَشَائِرِهِمْ لِتَرُدَّهُمْ إِلَيْهِمْ فَهُمْ أَعْلَى بِهِمْ عَيْنًا وَأَعْلَمُ بِمَا عَابُوا عَلَيْهِمْ وَعَاتَبُوهُمْ فِيهِ

_"Wahai Raja, sesungguhnya telah keluar dari negeri kami dan agama kami anak-anak muda yang bodoh, mereka telah meninggalkan agama kaum mereka dan mereka tidak masuk ke dalam agamamu. Wahai Raja, mereka telah datang dengan agama yang baru. Kami tidak tahu dan kalianpun tidak tahu agama tersebut._

_Dan pembesar mereka di Mekkah mengutus kami kepada engkau agar mengembalikan mereka kepada orang-orang tua mereka, karena mereka selalu mengawasi anak-anak mereka dan orang-orang tua mereka lebih mengetahui aib-aib mereka."_

Akan tetapi 'Abdullāh bin Abī Rabī'ah dan 'Amr bin 'Āsh berharap jangan sampai raja Najāsyī sempat berbicara dengan para shahābat. Mereka inginnya adalah para shahābat segera dipulangkan tanpa ada dialog.

Tatkala itu para pembesar Najāsyī mengatakan:

صَدَقُوا أَيُّهَا الْمَلِكُ

_"Benar, wahai raja."_

Namun apa kata raja Najāsyī ? Dia mengatakan:

لَا هَايْمُ اللَّهِ إِذًا لَا أُسْلِمَهُمْ إِلَيْهِمَا وَلَا أَكَادُ قَوْمًا جَاوَرُونِي وَنَزَلُوا بِلَادِي وَاخْتَارُونِي عَلَى مَنْ سِوَايَ حَتَّى أَدْعُوَهُمْ فَأَسْأَلَهُمْمَا يَقُولُ هَذَانِ فِي أَمْرِهِمْ فَإِنْ كَانُوا كَمَا يَقُولَانِ أَسْلَمْتُهُمْ إِلَيْهِمَا

_"Tidak, demi Allāh, aku tidak akan menyerahkan mereka kepada dua orang ini. Aku tidak akan membuat makar kepada suatu kaum yang mereka telah meminta perlindungan dariku dan mereka telah singgah ditempatku, mereka memilih saya dan tidak memilih tempat lain. Saya tidak akan mengkhianati mereka. Aku akan panggil mereka dan aku akan ajak bicara mereka, apakah benar yang dikatakan kedua orang ini."_

Maka raja Najāsyi mengirim utusan kepada para shahābat, agar para shahābat dipanggil, tatkala itu para shahābat berdiskusi tentang hal ini, "Apa yang harus kita katakan kepada Raja Najāsyī?"

قَالُوا: نَقُولُ وَاللَّهِ مَا عَلِمْنَا وَمَا أَمَرَنَا بِهِ نَبِيُّنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَائِنٌ فِي ذَلِكَ مَا هُوَ كَائِنٌ

_Maka para shahābat mengatakan: Kita akan sampaikan kepada raja Najāsyī, "Demi Allāh apa yang kita ketahui dan apa yang diberitakan oleh Nabi kita. Apa yang terjadi biarlah terjadi.”_

⇒ Para shahābat tidak ingin berbohong, teguh di atas kebenaran.

Maka mereka memilih Ja'far bin Abī Thālib (ini cerdasnya para shahābat tatkala itu) para shahābat ingin membantah perkataan 'Amr bin 'Āsh.

'Amr bin 'Āsh dusta tatkala itu, dia mengatakan yang berhijrah adalah anak-anak muda yang bodoh padahal tidak. Bukan anak-anak muda yang bodoh mereka bahkan dari keturunan pembesar-pembesar kaum Quraisy.

Lihat lah, siapa Ja'far bin Abī Thālib!

Ja'far bin Abī Thālib memiliki nasab yang paling tinggi, tidak ada yang mengalahkan nasabnya.

Nasabnya Amr bin 'Āsh kalah dengan Ja'far bin Abī Thālib. Ja'far bin Abī Thālib bin Abdil Muthālib (Kakek Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah pembesar kaum Quraisy).

Dan yang hijrah tidak saja Ja'far bin Abī Thālib, ada shahābat lain yang memiliki nasab yang tinggi.

Inilah di antara cerdasnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala Nabi menyuruh mereka berhijrah bukan dari satu kabilah tetapi dari berbagai macam kabilah untuk menunjukkan bahwa yang keluar dari agama kesyirikan itu adalah berbagai macam kabilah, (artinya) banyak dari berbagai kabilah yang keluar dari agama kesyirikan dan berpindah kepada Islām.

Akhirnya datanglah Ja'far bin Abī Thālib disertai para pendeta, kemudian raja Najāsyī bertanya kepada para shahābat:

مَا هَذَا الدِّينُ الَّذِي فَارَقْتُمْ فِيهِ قَوْمَكُمْ وَلَمْ تَدْخُلُوا فِي دِينِي وَلَا فِي دِينِ أَحَدٍ مِنْ هَذِهِ الْأُمَمِ

_"Agama apa yang kalian menyelisihi kaum kalian? Dan kenapa kalian tidak masuk ke dalam agamaku? Dan tidak ada agama umat manapun yang kalian ikuti."_

Maka Ja'far bin Abi Thālib menjawab, sebelum Ja'far menjelaskan tentang indahnya Islām,  dia jelaskan dahulu bagaimana kerusakan yang mereka jalani tatkala masih dalam kesyirikan.

Dia (Ja'far) mengatakan:

أَيُّهَا الْمَلِكُ كُنَّا قَوْمًا أَهْلَ جَاهِلِيَّةٍ نَعْبُدُ الْأَصْنَامَ وَنَأْكُلُ الْمَيْتَةَ وَنَأْتِي الْفَوَاحِشَ وَنَقْطَعُ الْأَرْحَامَ وَنُسِيئُ الْجِوَارَ يَأْكُلُ الْقَوِيُّ مِنَّا الضَّعِيفَ فَكُنَّا عَلَى ذَلِكَ حَتَّى بَعَثَ اللَّهُ إِلَيْنَا رَسُولًا مِنَّا نَعْرِفُ نَسَبَهُ وَصِدْقَهُ وَأَمَانَتَهُ وَعَفَافَهُ فَدَعَانَا إِلَى اللَّهِ تَعَالَى لِنُوَحِّدَهُ وَنَعْبُدَهُ وَنَخْلَعَ مَا كُنَّا نَعْبُدُ نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ الْحِجَارَةِ وَالْأَوْثَانِ

_"Wahai raja, kami dahulu adalah kaum Jāhilīyyah, kami menyembah berhala dan kami makan bangkai, kami melakukan perbuatan-perbuatan yang keji, kami memutuskan silaturrahmi, kami berbuat buruk kepada tetangga dan kami yang kuat memakan yang lemah dan kami terus dalam kondisi demikian sampai Allāh mengutus kami seorang Rasūl. Seorang rasūl dari kami dan kami tahu nasabnya dan kejujurannya. Dan kami tahu amanahnya dan kami tahu bagaimana akhlaqnya._

_Maka Nabi ini menyuruh kita untuk beribadah kepada Allāh saja dan bertauhīd, dan untuk meninggalkan sesembahan yang disembah oleh kami dan nenek moyang kami (seperti)  batu-batu dan berhala-berhala."_

وَأَمَرَ بِصِدْقِ الْحَدِيثِ وَأَدَاءِ الْأَمَانَةِ وَصِلَةِ الرَّحِمِ وَحُسْنِ الْجِوَارِ وَالْكَفِّ عَنْ الْمَحَارِمِ وَالدِّمَاءِ وَنَهَانَا عَنْ الْفَوَاحِشِ وَقَوْلِ الزُّورِ وَأَكْلِ مَالِ الْيَتِيمِ وَقَذْفِ الْمُحْصَنَةِ وَأَمَرَنَا أَنْ نَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا نُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَأَمَرَنَا بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّيَامِ قَالَ فَعَدَّدَ عَلَيْهِ أُمُورَ الْإِسْلَامِ فَصَدَّقْنَاهُ وَآمَنَّا بِهِ وَاتَّبَعْنَاهُ عَلَى مَا جَاءَ بِهِ فَعَبَدْنَا اللَّهَ وَحْدَهُ فَلَمْ نُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا

_Dan rasūl kami ini menyuruh kami untuk jujur, menyampaikan amanah, menyambung silaturrahmi, untuk berbuat baik kepada tetangga dan melarang kami untuk melakukan hal yang harām, melarang untuk menumpahkan darah dan melarang untuk melakukan perbuatan keji dan melarang untuk berdusta, dan melarang kami untuk memakan harta anak yatim dan melarang wanita baik-baik dengan perzinaan._

_Dan memerintahkan kami untuk beribadah kepada Allāh saja, tidak boleh berbuat syirik sama sekali. Dan Nabi ini menyuruh kami untul shalāt, zakāt dan puasa._

_Maka kamipun hanya menyembah hanya kepada Allāh saja."_

Akhirnya Ja'far bin Abī Thālib benar-benar berbicara tentang tauhīd dia ulang-ulang sampai tiga kali.

"Kami diperintah untuk menyembah Allāh saja dan tidak berbuat syirik sama sekali," karena ini adalah inti dari dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

"Tatkala kami beribadah kepada Allāh saja, kami mengharāmkan apa yang harām dan kami menghalalkan apa yang halal."

فَعَدَا عَلَيْنَا قَوْمُنَا فَعَذَّبُونَا فَفَتَنُونَا عَنْ دِينِنَا لِيَرُدُّونَا إِلَى عِبَادَةِ الْأَوْثَانِ مِنْ عِبَادَةِ اللَّهِ وَأَنْ نَسْتَحِلَّ مَا كُنَّا نَسْتَحِلُّ مِنْ الْخَبَائِثِ وَلَمَّا قَهَرُونَا وَظَلَمُونَا وَشَقُّوا عَلَيْنَا وَحَالُوا بَيْنَنَا وَبَيْنَ دِينِنَا خَرَجْنَا  إِلَى بَلَدِكَ وَاخْتَرْنَاكَ عَلَى مَنْ سِوَاكَ وَرَغِبْنَا فِي جِوَارِكَ وَرَجَوْنَا أَنْ لَا نُظْلَمَ عِنْدَكَ أَيُّهَا الْمَلِكُ

_"Maka kaum kami, memusuhi kami, merekapun menyiksa kami, dan mereka berusaha mengeluarkan kami dari agama kami, agar mereka mengembalikan kami untuk menyembah para berhala dan agar kami kembali menghalalkan perkara-perkara buruk yang telah diharāmkan._

_Tatkala mereka menzhālimi kami, menyiksa kami, menyusahkan kami dan menghalangi kami, antara kami dengan agama kami, maka kamipun pergi ke negerimu dan kami pilih engkau wahai raja, kami tidak pilih yang lainnya dan kami ingin berada di bawah perlindunganmu dan kami berharap kami tidak dizhālimi di sisi engkau wahai raja."_

Bayangkan ! Perkataan Ja'far bin Abī Thālib.

Perkataan yang indah menjelaskan tentang rusaknya kesyirikan, kemudian datangnya Islām, perubahan akhlaq mereka setelah datangnya Islām kemudian bagaimana mereka dizhālimi.

Dan kita tahu bagaimana kisah Nabi Īsā 'alayhissallām yang dizhālimi. Raja Najāsyī tahu betul bagaimana kezhāliman, dia tahu bagaimana nabinya dahulu ('Īsā 'alayhissallām) dan para hawariyyun disiksa dan dijauhi bahkan hendak dibunuh oleh mereka, bahkan mereka menyangka telah membunuh nabi 'Īsā 'alayhissallām.

Ja'far bin Abī Thālib mengambil hati raja Najāsyī kemudian ditutup dengan perkataan yang indah, "Kami hanya pilih engkau wahai raja dan tidak memilih raja yang lain dan kami berharap tidak dizhālimi di sisi engkau."

Maka raja Najāsyīpun tertarik dengan perkataan Ja'far bin Abī Thālib.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 4 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 4 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 24 Rabi’ul Akhir 1439 H / 11 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 4 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1004
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 4 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian, kita akan lanjutkan kisah hijrah para shahābat ke negeri Habasyah (Ethiopia).

Saya bacakan kisah perjalanan para shahābat atau bagaimana terjadinya dialog antara Raja Najāsyī dengan Amr bin 'Āsh dan Ja'far bin Abī Thālib radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, sebagaimana diriwayatkan oleh Imām Ahmad di dalam Musnadnya dengan sanad yang hasan.

Yang menceritakan kisah ini adalah Ummu Salamah yang juga telah berhijrah ke negeri Habasyah.

Beliau berkata:

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها قَالَتْ لَمَّا نَزَلْنَا أَرْضَ الْحَبَشَةِ جَاوَرْنَا بِهَا خَيْرَ جَارٍ النَّجَاشِيَّ أَمَّنَّا عَلَى دِينِنَا وَعَبَدْنَا اللَّهَ تَعَالَى لَا نُؤْذَى وَلَا نَسْمَعُ شَيْئًا نَكْرَهُهُ

_"Tatkala kami singgah di negeri Habasyah, di situ kami bersama teman yang baik (di bawah perlindungan raja Najāsyī). Kami merasa aman dengan agama kami."_

⇒ Inilah ketenangan yang mereka cari. 

Allāh menyuruh berhijrah, jika tidak bisa beribadah dengan tenang di suatu tempat, maka jangan nekat, karena bumi Allāh luas.

Oleh karenanya begitu keras para ulamā untuk melarang orang-orang pergi ke negeri kāfir, kecuali jika ada mashlahat.

Jika tidak ada mashlahat maka khawatir, mungkin dia selamat lalu bagaimana dengan keadaan anak-anaknya?

Misalnya, dia tinggal di negeri kāfir hanya sekedar mencari rizqi padahal di negerinya juga bisa, hanya sekedar ingin mendapat gaji lebih besar. Mungkin dia selamat tapi bagaimana dengan anak-anaknya (pergaulan mereka). Perkaranya tidak mudah. Mungkin shalāt tidak mudah dan makan tidak mudah, tergantung kondisi di negara tersebut.

Oleh karenanya keamanan dan ketentraman untuk beribadah itu dituntut.

Oleh karenanya ummu Salamah mengatakan:

وَعَبَدْنَا اللَّهَ تَعَالَى لَا نُؤْذَى وَلَا نَسْمَعُ شَيْئًا نَكْرَهُهُ

_"Dan kami beribadah kepada Allāh tidak ada yang mengganggu kami, dan kami tidak pernah mendengar sesuatu yang membuat kami tidak suka."_

فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ قُرَيْشًا ائْتَمَرُوا أَنْ يَبْعَثُوا إِلَى النَّجَاشِيِّ فِينَا رَجُلَيْنِ جَلْدَيْنِ وَأَنْ يُهْدُوا لِلنَّجَاشِيِّ هَدَايَا مِمَّا يُسْتَطْرَفُ مِنْ مَتَاعِ مَكَّةَ وَكَانَ مِنْ أَعْجَبِ مَا يَأْتِيهِ مِنْهَا إِلَيْهِ الْأَدَمُ

_"Tatkala hal ini sampai kepada orang-orang kāfir Quraisy bahwa kami sudah sampai di Habasyah maka merekapun sepakat untuk mengirim dua orang hebat dan kuat dalam berjidal, maka merekapun datang dan  membawa hadiah (oleh-oleh) untuk raja Najāsyī."_

Hadiah yang mereka paling suka adalah hadiah yang berupa kulit (orang-orang Habasyah suka dengan hadiah ini).

Bayangkan, orang-orang kāfir Quraisy, mereka ingin tahu apa yang disuka oleh penduduk Habasyah. Kemudian mereka mencarikan hadiah yang disukai (bukan sembarang hadiah).

Kemudian mereka mengirim 'Amr bin Āsh dan 'Abdullāh bin Abī Rabī'ah.

Kata orang-orang kafir Quraisy:

فَخَرَجَا فَقَدِمَا عَلَى النَّجَاشِيِّ وَنَحْنُ عِنْدَهُ بِخَيْرِ دَارٍ وَخَيْرِ جَارٍ فَلَمْ يَبْقَ مِنْ بَطَارِقَتِهِ بِطْرِيقٌ إِلَّا دَفَعَا إِلَيْهِ هَدِيَّتَهُ قَبْلَ أَنْ يُكَلِّمَا النَّجَاشِيَّ

_Sebelum kalian berdua menemui raja Najāsyī, mereka berdua harus mendatangi pembesar-pembesar negeri Habasyah (mungkin menteri), lalu memberikan hadiah tersebut terlebih dahulu kepada pembesar-pembesar itu dan mengatakan, "Kalau saya berbicara dengan raja Najāsyī kalian dukung kami."_

Kemudian kata ummu Salamah:

فَلَمْ يَبْقَ مِنْ بَطَارِقَتِهِ بِطْرِيقٌ إِلَّا دَفَعَا إِلَيْهِ هَدِيَّتَهُ قَبْلَ أَنْ يُكَلِّمَا النَّجَاشِيَّ

_Sebelum mereka berbicara dengan raja Najāsyī, tidak ada satu pembesar negeri Habasyah kecuali sudah diberi hadiah oleh mereka berdua._

ثُمَّ قَالَا لِكُلِّ بِطْرِيقٍ مِنْهُمْ إِنَّهُ قَدْ صَبَا إِلَى بَلَدِ الْمَلِكِ مِنَّا غِلْمَانٌ سُفَهَاءُ

_Kemudian mereka berdua berkata kepada para pembesar Habasyah tersebut, "Sesungguhnya telah keluar dari adat nenek moyang kita dan mereka pergi ke negeri ini (Habasyah) anak-anak muda yang bodoh."_

⇒ Jadi mereka berdua ('Amr bin Āsh dan 'Abdullāh bin Abī Rabī'ah) ingin menjatuhkan derajat para shahābat yang berhijrah.

⇒ Mereka mengatakan: غِلْمَانٌ سُفَهَاءُ , anak-anak muda yang bodoh.

Kemudian kata mereka:

فَارَقُوا دِينَ قَوْمِهِمْ وَلَمْ يَدْخُلُوا فِي دِينِكُمْ

_"Mereka meninggalkan agama nenek moyang mereka dan anehnya mereka tidak ikut agama kalian (agama Nashrāni)."_

Jadi, hujah mereka:

⑴ Mereka mengatakan, "Anak-anak yang bodoh."

⑵ Mereka mengatakan, "Mereka (para shahabat) meninggalkan agama nenek moyang mereka dan anehnya mereka tidak ikut agama kalian (agama Nashrāni).”

وَجَاءُوا بِدِينٍ مُبْتَدَعٍ لَا نَعْرِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنْتُمْ وَقَدْ بَعَثَنَا إِلَى الْمَلِكِ فِيهِمْ أَشْرَافُ قَوْمِهِمْ لِنَرُدَّهُمْ إِلَيْهِمْ

_"Mereka datang dengan membawa agama baru dan agama baru ini kami tidak mengenalnya dan kalian pun tidak mengenalnya. Dan pembesar-pembesar kaum mereka (Mekkah) telah mengutus kami agar mengembalikan mereka."_

فَإِذَا كَلَّمْنَا الْمَلِكَ فِيهِمْ فَأَشِيرُوا عَلَيْهِ بِأَنْ يُسَلِّمَهُمْ إِلَيْنَا وَلَا يُكَلِّمَهُمْ

_"Kalau kami berbicara dengan raja kalian, tolong kami didukung, agar raja mengembalikan kepada kami dan jangan sampai raja berbicara dengan mereka."_

فَإِنَّ قَوْمَهُمْ أَعْلَى بِهِمْ عَيْنًا وَأَعْلَمُ بِمَا عَابُوا عَلَيْهِمْ

_"Sesungguhnya kaum mereka (orang kafir Quraisy) selalu mengawasi mereka (para shahabat) dan kaum mereka lebih tahu tentang aib-aib mereka."_

Kemudian pembesar-pembesar tersebut mengatakan:
نَعَمْ

_"Iya."_

Perhatikan disini!

'Amr bin Āsh radhiyallāhu Ta'āla 'anhu cerdas, maka dia berbicara dengan cara yang licik tatkala itu, dia mengatakan:

⑴ Bahwa yang datang ke negeri Habasyah adalah anak-anak muda yang bodoh.
⑵ Mereka membawa ajaran baru, "Kami tidak tahu agama tersebut dan kalianpun tidak tahu agama mereka."
⑶ Nenek moyang mereka atau orang-orang tua mereka berada di Mekkah, "Tugas kami mengembalikan anak-anak yang sesat ini kepada orang tua mereka."

Ini adalah perkataan indah, jadi kesannya mereka berniat baik mengembalikan anak-anak sesat itu kepada orang tua mereka.


Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________