Laman

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 2 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 2 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 29 Rabi’ul Akhir 1439 H /16 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 02 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0225
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 2 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita sama-sama berusaha untuk membersihkan jiwa kita dari segala bentuk kesyirikan, baik syirik besar maupun syirik kecil dan ini perlu perjuangan.

Perjuangan yang tiada hentinya, karena hal-hal yang bisa memalingkan hati kita dari keikhlāsan sangat banyak. Hal-hal yang bisa menjerumuskan hati kita ke dalam syirik kecil banyak.

Oleh karenanya barangsiapa yang berjuang dan mentahqiq ikrar dia yang selalu dia ucapkan dalam shalātnya:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

_"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan."_

(QS Al Fatihah: 5)

Maka dia akan selamat dari segala bentuk kesyirikan, sebagaimana penjelasan Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau (Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh) mengatakan:

_"Barangsiapa yang mentahqiq (mewujudkan): إِيَّاكَ نَعْبُدُ (hanya kepada Engkaulah yang kami beribadah) maka dia akan bersih dari riyā'."_

Kenapa?

Karena setiap dia melakukan ibadah, dia selalu ingat bahwasanya, "Kami tidak beribadah kecuali hanya kepada Engkau yā Allāh. Kami tidak bersedekah kecuali hanya untuk Engkua yā Allāh. Kami tidak shalāt. Kami tidak berdakwah, kami tidak berinfāq kecuali karena Engkau yā Allāh."

Maka dia akan selamat dari dosa riyā'.

_"Dan barangsiapa yang mewujudkan: وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan), maka dia akan selamat dari penyakit ujub."_

Menurut Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah, ujub merupakan syirik kecil, karena seseorang tatkala meraih keberhasilan kemudian dia merasa memiliki peran dalam keberhasilan tersebut, dia merasa karena kecerdasannya, dia merasa karena pengalamannya, dia merasa karena kehebatannya, kepandaiannya, maka dia terjerumus ke dalam ujub.

Orang yang bebas dari ujub dia sadar bahwasanya segala sesuatu berdasarkan isti'ānah (pertolongan) dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Memang dia punya pengalaman, punya kecerdasan, tetapi pengalaman dan kecerdasan tersebut dari Allāh. Allāh siapkan pengalaman tersebut sehingga dia berhasil.

Oleh karenanya barangsiapa mentahqiq (mewujudkan): إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , maka dia akan bersih dari segala bentuk kesyirikan, riyā' maupun ujub.

Pembahasan kita pada kesempatan kali ini adalah tentang syirik asghar (الشرك الاصغر) dan kita telah jelaskan bahwasanya para ulamā telah membagi syirik menjadi dua, yaitu:

⑴ Syirik Asghar (الشرك الاصغر)
⑵ Syirik Akbar (الشرك الأكبر)

Bedanya apa?

Kita sepakat bahwasanya syirik merupakan dosa besar, sebagaimana telah saya jelaskan bahwa Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

ألا أنبِّئُكم بأكبرِ الكبائرِ . ثلاثًا ، قالوا : بلَى يا رسولَ اللهِ ، قال : الإشراكُ باللهِ ، وعقوقُ الوالدينِ

_"Maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai dosa-dosa besar yang paling besar?"_

_Beliau bertanya ini 3x._

_Para shahābat mengatakan:_

_"Tentu wahai Rasūlullāh."_

_Nabi bersabda:_

_"Syirik kepada Allāh dan durhaka kepada orang tua."_

(Hadīts riwayat Bukhāri dan Muslim)

Tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ditanya:

أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ ؟

_“Dosa apa yang paling besar di sisi Allah?”_

Maka kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

أَنْ تَجْعَلَ لِلّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ.

_"Engkau menjadikan tandingan bagi Allāh (menyekutukan Allāh ) padahal Allāh-lah yang telah menciptakanmu."_

(Hadīts riwayat Bukhāri dan Muslim)

Perbedaan syirik akbar (الشرك الأكبر) dengan syirik asghar (الشرك الاصغر) adalah:

⑴ Barangsiapa yang terjerumus ke dalam syirik akbar maka dia keluar dari Islām.

Syahadah '
"Lā ilāha illallāh" batal, sebagaimana wudhū bisa batal, shalāt bisa batal, haji bisa batal, puasa bisa batal, demikian juga rukun peryama 'Lā ilāha illallāh bisa batal. Batalnya dengan kesyirikan dan kekufuran.

Adapun syirik kecil tidak.

Barangsiapa yang terjerumus ke dalam syirik kecil (in syā Allāh akan kita jelaskan bentuk-bentuk syirik kecil) maka dia tidak keluar dari Islām (kāfir) dia hanya terjerumus dalam dosa, dosa yang berbahaya namun tidak sampai pada derajat kekāfiran.

Ini perbedan pertama.

⑵ Jika seseorang terjerumus ke dalam syirik akbar maka seluruh amalan perbuatan dia gugur.

 لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ

_"Jika engkau melakukan kesyirikan maka akan gugur seluruh amalanmu."_

(QS Az Zummar: 65)

Adapun syirik kecil maka dia hanya mengugurkan amalan yang tercampurnya saja tidak semua amalan.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 1 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 1 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 28 Rabi’ul Akhir 1439 H /15 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 01 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0224
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 1 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Alhamdulilāh pada pertemuan yang lalu kita telah membahas:

* Tauhid rubūbiyah dan berbagai macam bentuk kesyirikan dan kekufuran yang menyimpang dari tauhīd rubūbiyah.

* Tauhīd ulūhiyah dan kesyirikan-kesyirikan yang menyimpang dari tauhīd ulūhiyah yaitu syirik-syirik akbar.

In syā Allāh, pada kesempatan hari ini kita akan membahas tentang: الشرك الاصغر , syirik kecil.

Karena di antara kesempurnaan tauhīd adalah membersihkan hati dari segala bentuk kesyirikan, baik syirik besar maupun syirik kecil.

Membersihkan hati dari syirik besar maupun syirik kecil dengan berbagai macam rupa dan warnanya merupakan perkara yang berat, perlu perjuangan.

Perjuangan tersebut tidak akan selesai kecuali setelah meninggal dunia.

Akan tetapi barangsiapa meninggal dunia dalam kondisi bertauhīd tidak berbuat syirik sama sekali (syirik besar maupun syirik kecil) maka dia akan mendapatkan ganjaran yang sangat besar. Di antara ganjaran tersebut adalah dia akan diampuni dosa-dosanya.

Oleh karenanya di dalam hadīts qudsi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan, Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا ، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابهَا مَغْفِرَةً

_"Wahai anak Ādām, kalau engkau datang menemuiku dengan membawa dosa sebesar bumi ini, kemudian engkau bertemu dengan Ku dalam kondisi tidak berbuat syirik sama sekali, maka aku akan mendatangi engkau dengan sebesar bumi pula berupa ampunan."_

(Hadīts hasan riwayat At Tirmidzī)

Ini merupakan ganjaran yang luar biasa bagi orang yang memurnikan hatinya, bersih dari segala bentuk kesyirikan, baik syirik akbar maupun syirik kecil.

Meskipun dosa sebesar apapun yang dia bawa maka Allāh akan datangkan dengan ampunan sebesar dosa tersebut.

Sungguh menakjubkan hadīts shahībul bithāqah yang mashyur yang disebutkan Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam.

يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلاًّ كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَيَقُولُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِى الْحَافِظُونَ ثُمَّ يَقُولُ أَلَكَ عُذْرٌ أَلَكَ حَسَنَةٌ فَيُهَابُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ لاَ. فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ فَيَقُولُ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ. فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِى كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِى كِفَّةٍ فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ

_"Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amal keburukannya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang._

_Kemudian Allāh menanyakan padanya:_

_"Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?"_

_Ia menjawab:_

_"Tidak sama sekali wahai Rabbku."_

_Allāh bertanya lagi:_

_"Apakah yang mencatat hal ini berbuat zhālim padamu?"_

_Lalu ditanyakan pula:_

_"Apakah engkau punya udzur atau ada kebaikan di sisimu?"_

_Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak."_

_Allāh pun berfirman:_

_"Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Dan sungguh tidak akan ada kezhāliman atasmu hari ini."_

_Lantas dikeluarkanlah satu bithāqah (kartu sakti) yang bertuliskan syahadat "'Lā ilāha illallāh wa anna Muhammadan 'abduhu wa rasūluh"._

_Lalu ia bertanya:_

_"Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?"_

_Allāh berkata padanya:_

_"Sesungguhnya engkau tidaklah zhālim.”_

_Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu ampuh ‘'Lā ilāha illallāh" di daun timbangan lainnya._

_Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu ampuh ‘'Lā ilāha illallāh" tadi._

(HR Ibnu Majah 4300)

Setiap muslim memiliki kartu 'Lā ilāha illallāh, tetapi tidak semua kwalitasnya sama, barangsiapa yang tauhīdnya tinggi, hatinya bersih dari segala bentuk kesyirikan maka sinar tauhīdnya akan semakin kuat dan akan mudah menghancurkan dosa-dosa yang lain.

Memang berat untuk bisa memurnikan tauhīd dari segala bentuk kesyirikan baik syirik besar maupun syirik kecil. Akan tetapi jika seseorang meninggal dunia dalam kondisi demikian maka ampunan telah menantinya, surga telah menantinya.

Syafā'at Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah menantinya.

Dalam hadīts Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

_"Setiap nabi ada do'a yang dikabulkan, dan setiap nabi bersegera berdo'a agar dikabulkan. Akan tetapi aku simpan do'aku untuk dapat memberikan syafā'at kepada umatku pada hari Kiamat._

_Dan sesungguhnya, syafā'atku ini akan diperoleh, in syā Allāh bagi orang yang mati dari umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allāh dengan sesuatu apapun."_

(Hadīts riwayat Muslim nomor 199)

Oleh karenanya orang yang tidak berbuat syirik sama sekali maka dia akan meraih syafā'at Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 6 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 6 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 26 Rabi’ul Akhir 1439 H / 13 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 6 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1006
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 6 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian kita akan lanjutkan kisah hijrah para shahābat ke negeri Habasyah (Ethiopia)

Kemudian raja Najāsyī berkata:

هَلْ مَعَكَ مِمَّا جَاءَ بِهِ عَنْ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ

_"Apakah ada sesuatu yang dibawa oleh nabimu?"_

Maka Ja'far bin Abī Thālib berkata:
نَعَمْ,

_"Iya."_

Kemudian raja Najāsyī berkata:
فَاقْرَأْهُ عَلَيَّ 

_"Bacakan kepadaku."_

Kemudian Ja'far bin Abī Thālib membacakan surat Maryam.

Dan kita tahu bahwasanya surat Maryam, indah kisahnya. Di awal disebutkan tentang kisah Nabi Zakariyyā yang sudah tua,  kemudian sudah lemah, rambutnya sudah memutih dan berkata, "Aku tidak pernah putus asa dari berdo'a kepada Engkau."

Jadi Allāh menyebutkan dua kisah yang menakjubkan.

⑴ Allāh memberikan anak kepada seorang yang sangat tua (Nabi Zakariyyā) istrinyapun mandul (sudah tidak produktif).

Bagaimana bisa memiliki keturunan? Tetapi Allāh mengatakan, "Bisa."

⑵ Kisah Nabi 'Īsā 'alayhissallām.

Bagaimana seorang wanita tidak bersuami tiba-tiba memiliki anak.

Kalau antum baca kisahnya sangat menyedihkan dalam surat Maryam.

Tatkala datang malāikat Jibrīl 'alayhissallām kemudian mengabarkan kepada Maryam bahwasanya dia akan punya anak, kemudian Maryampun hamil lalu menjauh dari kaumnya sampai akhirnya tiba waktu melahirkan dan dia merasakan rasa sakit ketika akan melahirkan dan tatkala pulang ke kaumnya dituduh sebagai wanita pezinah.  

Semua dibacakan oleh Ja'far bin Abī Thālib dan didengar oleh raja Najāsyī.

Kemudian tatkala mendengar bacaan ini raja Najāsyī pun menangis.

Kata Ummu Salamah, "Demi Allāh, Raja Najāsyī menangis sampai air matanya membasahi jenggotnya dan pendeta-pendeta disekitarnyapun ikut menangis sampai air mata mereka membasahi mushaf-mushaf mereka (Injīl-Injīl mereka) tatkala mereka mendengar bacaan Ja'far bin Abī Thālib."

Kemudian raja Najāsyī berkata:

"Sesungguhnya yang saya dengar ini dan apa yang dibawa oleh Nabi Mūsā, sama-sama keluar dari sumber yang sama. Pergilah kalian berdua wahai Amr bin Āsh dan 'Abdullāh bin Rabī'ah. Demi Allāh saya tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian berdua."

Maka para shahābatpun selamat, setelah dialog yang dilakukan oleh raja Najāsyī dan Ja'far bin Abī Thālib.

Namun 'Amr bin Āsh tidak putus asa, dia mengatakan, "Besok saya akan mencari cara lain."

'Amr bin Āsh cerdas, dia ingin memprovokasi raja Najāsyī agar raja Najāsyī mengusir para shahābat.

Dia mengatakan, "Saya akan kabarkan kepada mereka (Raja Najāsyī) bahwasanya ini, shahābat Muhammad, mengatakan Īsā  itu hamba, ini membuat jengkel orang Nashrāni (raja Najāsyī)."

Orang Nashrāni menganggap Nabi 'Īsā adalah tuhan.

Kemudian keesokan harinya  'Amr bin Āsh dan 'Abdullāh bin Rabī'ah menemui raja Najāsyī dan mengatakan:

"Wahai Raja, sesungguhnya mereka telah berbicara tentang 'Īsā bin Maryam dengan perkataan yang besar. Engkau tanya sendiri wahai raja apa yang mereka katakan tentang 'Īsā bin Maryam?"

'Amr bin Āsh cerdas, dia tidak mengatakan perkataannya, melainkan menyuruh raja Najāsyī bertanya sendiri kepada para shahābat.

Raja Najāsyī penasaran apa yang telah dikatakan tentang tuhannya, maka diutuslah utusan untuk menemui para shahābat.

Dan para shahābat bermusyawarah lagi, waktu pertemuan pertama para shahābat membicarakan masalah muamalah, tidak boleh zinah, tidak boleh memutuskan silaturahmi sedangkan sekarang berbicara tentang aqidah.

"Apa yang harus kita katakan?"

Para shahābat sekarang dalam bahaya, bila Raja Najāsyī marah, mereka pasti diusir, saatnya mereka untuk mujamalah, untuk mudahanah. Tetapi lihat bagaimana para shahābat, mereka tetap santai menjelaskan tentang tauhīd, tidak basa basi dalam hal ini.

Mereka bersepakat, apabila kita ditanya oleh raja Najāsyī, kita mengatakan, "Demi Allāh, kami akan mengatakan sebagaimana perkataan Allāh dan apa yang dibawa oleh Nabi kita."

Kemudian para shahābat datang menemui raja Najāsyī dibawah pimpinan Ja'far bin Abī Thālib.

Kemudian raja Najāsyī bertanya, "Apa perkataan kalian tentang Īsā bin Maryam?"

Kemudian Ja'far bin Abī Thālib berkata,

"Kami berbicara tentang Īsā bin Maryam sebagaimana perkataan Nabi kita, dia adalah hamba Allāh dan rasūlnya dan dia adalah kalimat yang Allāh kirimkan ke dalam rahim Maryam dengan mengatakan: Kun Fayakun."

Kemudian Raja Najāsyī memukulkan tangannya di tanah dan kemudian dia mengambil semacam kayu dan berkata, "'Īsā bin Maryam tidak melebihi hal ini."

(Artinya benar, 'Īsā adalah sebagai hamba dan rasūl-Nya)

Maka pembesar-pembesar Najāsyī tatkala itu menghembuskan nafas (jengkel) maka raja Najāsyī mengatakan, "Pergilah kalian wahai shahābat-shahābat Muhammad, kalian bebas di negeriku."

Inilah dialog yang terjadi antara Ja'far bin Abi Thālib dengan Raja Najāsyī yang menunjukkan bagaimana hasadnya orang-orang kāfir Quraisy, mereka berusaha agar raja Najāsyī memulangkan para shahābat ke Mekkah, namun mereka tidak berhasil.

Dan dikatakan dalam hadīts yang shahīh bahwa Raya Najāsyī kemudian masuk Islām.

Dan tatkala meninggal dunia ternyata anak buahnya masih dalam agama Nashrāni sehingga tidak ada yang menyalātkannya, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyalātkannya dengan shalāt ghāib.

Oleh karenanya di antara keyakinan yang sangat mendasar bahwasanya 'Īsā 'alayhissalām adalah hamba Allāh dan rasūl- Nya, bukanlah Tuhan atau anak Tuhan.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 5 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 5 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 25 Rabi’ul Akhir 1439 H / 12 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 5 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1005
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 5 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian kita akan lanjutkan kisah hijrah para shahābat ke negeri Habasyah (Ethiopia).

Akhirnya mereka berdua yaitu 'Amr bin 'Āsh dan 'Abdullāh bin Abī Rabī'ah datang menemui raja Najāsyī dan mereka memberi hadiah kepada raja dan diterima oleh raja Najāsyī.

Kemudian mereka berbicara seperti yang mereka rencanakan, mereka mengatakan:

 أَيُّهَا الْمَلِكُ إِنَّهُ قَدْ صَبَا إِلَى بَلَدِكَ مِنَّا غِلْمَانٌ سُفَهَاءُ فَارَقُوا دِينَ قَوْمِهِمْ وَلَمْ يَدْخُلُوا فِي دِينِكَ وَجَاءُوا بِدِينٍ مُبْتَدَعٍ لَا نَعْرِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنْتَ وَقَدْ بَعَثَنَا إِلَيْكَ فِيهِمْ أَشْرَافُ قَوْمِهِمْ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَعْمَامِهِمْ وَعَشَائِرِهِمْ لِتَرُدَّهُمْ إِلَيْهِمْ فَهُمْ أَعْلَى بِهِمْ عَيْنًا وَأَعْلَمُ بِمَا عَابُوا عَلَيْهِمْ وَعَاتَبُوهُمْ فِيهِ

_"Wahai Raja, sesungguhnya telah keluar dari negeri kami dan agama kami anak-anak muda yang bodoh, mereka telah meninggalkan agama kaum mereka dan mereka tidak masuk ke dalam agamamu. Wahai Raja, mereka telah datang dengan agama yang baru. Kami tidak tahu dan kalianpun tidak tahu agama tersebut._

_Dan pembesar mereka di Mekkah mengutus kami kepada engkau agar mengembalikan mereka kepada orang-orang tua mereka, karena mereka selalu mengawasi anak-anak mereka dan orang-orang tua mereka lebih mengetahui aib-aib mereka."_

Akan tetapi 'Abdullāh bin Abī Rabī'ah dan 'Amr bin 'Āsh berharap jangan sampai raja Najāsyī sempat berbicara dengan para shahābat. Mereka inginnya adalah para shahābat segera dipulangkan tanpa ada dialog.

Tatkala itu para pembesar Najāsyī mengatakan:

صَدَقُوا أَيُّهَا الْمَلِكُ

_"Benar, wahai raja."_

Namun apa kata raja Najāsyī ? Dia mengatakan:

لَا هَايْمُ اللَّهِ إِذًا لَا أُسْلِمَهُمْ إِلَيْهِمَا وَلَا أَكَادُ قَوْمًا جَاوَرُونِي وَنَزَلُوا بِلَادِي وَاخْتَارُونِي عَلَى مَنْ سِوَايَ حَتَّى أَدْعُوَهُمْ فَأَسْأَلَهُمْمَا يَقُولُ هَذَانِ فِي أَمْرِهِمْ فَإِنْ كَانُوا كَمَا يَقُولَانِ أَسْلَمْتُهُمْ إِلَيْهِمَا

_"Tidak, demi Allāh, aku tidak akan menyerahkan mereka kepada dua orang ini. Aku tidak akan membuat makar kepada suatu kaum yang mereka telah meminta perlindungan dariku dan mereka telah singgah ditempatku, mereka memilih saya dan tidak memilih tempat lain. Saya tidak akan mengkhianati mereka. Aku akan panggil mereka dan aku akan ajak bicara mereka, apakah benar yang dikatakan kedua orang ini."_

Maka raja Najāsyi mengirim utusan kepada para shahābat, agar para shahābat dipanggil, tatkala itu para shahābat berdiskusi tentang hal ini, "Apa yang harus kita katakan kepada Raja Najāsyī?"

قَالُوا: نَقُولُ وَاللَّهِ مَا عَلِمْنَا وَمَا أَمَرَنَا بِهِ نَبِيُّنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَائِنٌ فِي ذَلِكَ مَا هُوَ كَائِنٌ

_Maka para shahābat mengatakan: Kita akan sampaikan kepada raja Najāsyī, "Demi Allāh apa yang kita ketahui dan apa yang diberitakan oleh Nabi kita. Apa yang terjadi biarlah terjadi.”_

⇒ Para shahābat tidak ingin berbohong, teguh di atas kebenaran.

Maka mereka memilih Ja'far bin Abī Thālib (ini cerdasnya para shahābat tatkala itu) para shahābat ingin membantah perkataan 'Amr bin 'Āsh.

'Amr bin 'Āsh dusta tatkala itu, dia mengatakan yang berhijrah adalah anak-anak muda yang bodoh padahal tidak. Bukan anak-anak muda yang bodoh mereka bahkan dari keturunan pembesar-pembesar kaum Quraisy.

Lihat lah, siapa Ja'far bin Abī Thālib!

Ja'far bin Abī Thālib memiliki nasab yang paling tinggi, tidak ada yang mengalahkan nasabnya.

Nasabnya Amr bin 'Āsh kalah dengan Ja'far bin Abī Thālib. Ja'far bin Abī Thālib bin Abdil Muthālib (Kakek Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah pembesar kaum Quraisy).

Dan yang hijrah tidak saja Ja'far bin Abī Thālib, ada shahābat lain yang memiliki nasab yang tinggi.

Inilah di antara cerdasnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala Nabi menyuruh mereka berhijrah bukan dari satu kabilah tetapi dari berbagai macam kabilah untuk menunjukkan bahwa yang keluar dari agama kesyirikan itu adalah berbagai macam kabilah, (artinya) banyak dari berbagai kabilah yang keluar dari agama kesyirikan dan berpindah kepada Islām.

Akhirnya datanglah Ja'far bin Abī Thālib disertai para pendeta, kemudian raja Najāsyī bertanya kepada para shahābat:

مَا هَذَا الدِّينُ الَّذِي فَارَقْتُمْ فِيهِ قَوْمَكُمْ وَلَمْ تَدْخُلُوا فِي دِينِي وَلَا فِي دِينِ أَحَدٍ مِنْ هَذِهِ الْأُمَمِ

_"Agama apa yang kalian menyelisihi kaum kalian? Dan kenapa kalian tidak masuk ke dalam agamaku? Dan tidak ada agama umat manapun yang kalian ikuti."_

Maka Ja'far bin Abi Thālib menjawab, sebelum Ja'far menjelaskan tentang indahnya Islām,  dia jelaskan dahulu bagaimana kerusakan yang mereka jalani tatkala masih dalam kesyirikan.

Dia (Ja'far) mengatakan:

أَيُّهَا الْمَلِكُ كُنَّا قَوْمًا أَهْلَ جَاهِلِيَّةٍ نَعْبُدُ الْأَصْنَامَ وَنَأْكُلُ الْمَيْتَةَ وَنَأْتِي الْفَوَاحِشَ وَنَقْطَعُ الْأَرْحَامَ وَنُسِيئُ الْجِوَارَ يَأْكُلُ الْقَوِيُّ مِنَّا الضَّعِيفَ فَكُنَّا عَلَى ذَلِكَ حَتَّى بَعَثَ اللَّهُ إِلَيْنَا رَسُولًا مِنَّا نَعْرِفُ نَسَبَهُ وَصِدْقَهُ وَأَمَانَتَهُ وَعَفَافَهُ فَدَعَانَا إِلَى اللَّهِ تَعَالَى لِنُوَحِّدَهُ وَنَعْبُدَهُ وَنَخْلَعَ مَا كُنَّا نَعْبُدُ نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ الْحِجَارَةِ وَالْأَوْثَانِ

_"Wahai raja, kami dahulu adalah kaum Jāhilīyyah, kami menyembah berhala dan kami makan bangkai, kami melakukan perbuatan-perbuatan yang keji, kami memutuskan silaturrahmi, kami berbuat buruk kepada tetangga dan kami yang kuat memakan yang lemah dan kami terus dalam kondisi demikian sampai Allāh mengutus kami seorang Rasūl. Seorang rasūl dari kami dan kami tahu nasabnya dan kejujurannya. Dan kami tahu amanahnya dan kami tahu bagaimana akhlaqnya._

_Maka Nabi ini menyuruh kita untuk beribadah kepada Allāh saja dan bertauhīd, dan untuk meninggalkan sesembahan yang disembah oleh kami dan nenek moyang kami (seperti)  batu-batu dan berhala-berhala."_

وَأَمَرَ بِصِدْقِ الْحَدِيثِ وَأَدَاءِ الْأَمَانَةِ وَصِلَةِ الرَّحِمِ وَحُسْنِ الْجِوَارِ وَالْكَفِّ عَنْ الْمَحَارِمِ وَالدِّمَاءِ وَنَهَانَا عَنْ الْفَوَاحِشِ وَقَوْلِ الزُّورِ وَأَكْلِ مَالِ الْيَتِيمِ وَقَذْفِ الْمُحْصَنَةِ وَأَمَرَنَا أَنْ نَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا نُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَأَمَرَنَا بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّيَامِ قَالَ فَعَدَّدَ عَلَيْهِ أُمُورَ الْإِسْلَامِ فَصَدَّقْنَاهُ وَآمَنَّا بِهِ وَاتَّبَعْنَاهُ عَلَى مَا جَاءَ بِهِ فَعَبَدْنَا اللَّهَ وَحْدَهُ فَلَمْ نُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا

_Dan rasūl kami ini menyuruh kami untuk jujur, menyampaikan amanah, menyambung silaturrahmi, untuk berbuat baik kepada tetangga dan melarang kami untuk melakukan hal yang harām, melarang untuk menumpahkan darah dan melarang untuk melakukan perbuatan keji dan melarang untuk berdusta, dan melarang kami untuk memakan harta anak yatim dan melarang wanita baik-baik dengan perzinaan._

_Dan memerintahkan kami untuk beribadah kepada Allāh saja, tidak boleh berbuat syirik sama sekali. Dan Nabi ini menyuruh kami untul shalāt, zakāt dan puasa._

_Maka kamipun hanya menyembah hanya kepada Allāh saja."_

Akhirnya Ja'far bin Abī Thālib benar-benar berbicara tentang tauhīd dia ulang-ulang sampai tiga kali.

"Kami diperintah untuk menyembah Allāh saja dan tidak berbuat syirik sama sekali," karena ini adalah inti dari dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

"Tatkala kami beribadah kepada Allāh saja, kami mengharāmkan apa yang harām dan kami menghalalkan apa yang halal."

فَعَدَا عَلَيْنَا قَوْمُنَا فَعَذَّبُونَا فَفَتَنُونَا عَنْ دِينِنَا لِيَرُدُّونَا إِلَى عِبَادَةِ الْأَوْثَانِ مِنْ عِبَادَةِ اللَّهِ وَأَنْ نَسْتَحِلَّ مَا كُنَّا نَسْتَحِلُّ مِنْ الْخَبَائِثِ وَلَمَّا قَهَرُونَا وَظَلَمُونَا وَشَقُّوا عَلَيْنَا وَحَالُوا بَيْنَنَا وَبَيْنَ دِينِنَا خَرَجْنَا  إِلَى بَلَدِكَ وَاخْتَرْنَاكَ عَلَى مَنْ سِوَاكَ وَرَغِبْنَا فِي جِوَارِكَ وَرَجَوْنَا أَنْ لَا نُظْلَمَ عِنْدَكَ أَيُّهَا الْمَلِكُ

_"Maka kaum kami, memusuhi kami, merekapun menyiksa kami, dan mereka berusaha mengeluarkan kami dari agama kami, agar mereka mengembalikan kami untuk menyembah para berhala dan agar kami kembali menghalalkan perkara-perkara buruk yang telah diharāmkan._

_Tatkala mereka menzhālimi kami, menyiksa kami, menyusahkan kami dan menghalangi kami, antara kami dengan agama kami, maka kamipun pergi ke negerimu dan kami pilih engkau wahai raja, kami tidak pilih yang lainnya dan kami ingin berada di bawah perlindunganmu dan kami berharap kami tidak dizhālimi di sisi engkau wahai raja."_

Bayangkan ! Perkataan Ja'far bin Abī Thālib.

Perkataan yang indah menjelaskan tentang rusaknya kesyirikan, kemudian datangnya Islām, perubahan akhlaq mereka setelah datangnya Islām kemudian bagaimana mereka dizhālimi.

Dan kita tahu bagaimana kisah Nabi Īsā 'alayhissallām yang dizhālimi. Raja Najāsyī tahu betul bagaimana kezhāliman, dia tahu bagaimana nabinya dahulu ('Īsā 'alayhissallām) dan para hawariyyun disiksa dan dijauhi bahkan hendak dibunuh oleh mereka, bahkan mereka menyangka telah membunuh nabi 'Īsā 'alayhissallām.

Ja'far bin Abī Thālib mengambil hati raja Najāsyī kemudian ditutup dengan perkataan yang indah, "Kami hanya pilih engkau wahai raja dan tidak memilih raja yang lain dan kami berharap tidak dizhālimi di sisi engkau."

Maka raja Najāsyīpun tertarik dengan perkataan Ja'far bin Abī Thālib.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 4 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 4 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 24 Rabi’ul Akhir 1439 H / 11 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 4 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1004
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 4 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian, kita akan lanjutkan kisah hijrah para shahābat ke negeri Habasyah (Ethiopia).

Saya bacakan kisah perjalanan para shahābat atau bagaimana terjadinya dialog antara Raja Najāsyī dengan Amr bin 'Āsh dan Ja'far bin Abī Thālib radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, sebagaimana diriwayatkan oleh Imām Ahmad di dalam Musnadnya dengan sanad yang hasan.

Yang menceritakan kisah ini adalah Ummu Salamah yang juga telah berhijrah ke negeri Habasyah.

Beliau berkata:

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها قَالَتْ لَمَّا نَزَلْنَا أَرْضَ الْحَبَشَةِ جَاوَرْنَا بِهَا خَيْرَ جَارٍ النَّجَاشِيَّ أَمَّنَّا عَلَى دِينِنَا وَعَبَدْنَا اللَّهَ تَعَالَى لَا نُؤْذَى وَلَا نَسْمَعُ شَيْئًا نَكْرَهُهُ

_"Tatkala kami singgah di negeri Habasyah, di situ kami bersama teman yang baik (di bawah perlindungan raja Najāsyī). Kami merasa aman dengan agama kami."_

⇒ Inilah ketenangan yang mereka cari. 

Allāh menyuruh berhijrah, jika tidak bisa beribadah dengan tenang di suatu tempat, maka jangan nekat, karena bumi Allāh luas.

Oleh karenanya begitu keras para ulamā untuk melarang orang-orang pergi ke negeri kāfir, kecuali jika ada mashlahat.

Jika tidak ada mashlahat maka khawatir, mungkin dia selamat lalu bagaimana dengan keadaan anak-anaknya?

Misalnya, dia tinggal di negeri kāfir hanya sekedar mencari rizqi padahal di negerinya juga bisa, hanya sekedar ingin mendapat gaji lebih besar. Mungkin dia selamat tapi bagaimana dengan anak-anaknya (pergaulan mereka). Perkaranya tidak mudah. Mungkin shalāt tidak mudah dan makan tidak mudah, tergantung kondisi di negara tersebut.

Oleh karenanya keamanan dan ketentraman untuk beribadah itu dituntut.

Oleh karenanya ummu Salamah mengatakan:

وَعَبَدْنَا اللَّهَ تَعَالَى لَا نُؤْذَى وَلَا نَسْمَعُ شَيْئًا نَكْرَهُهُ

_"Dan kami beribadah kepada Allāh tidak ada yang mengganggu kami, dan kami tidak pernah mendengar sesuatu yang membuat kami tidak suka."_

فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ قُرَيْشًا ائْتَمَرُوا أَنْ يَبْعَثُوا إِلَى النَّجَاشِيِّ فِينَا رَجُلَيْنِ جَلْدَيْنِ وَأَنْ يُهْدُوا لِلنَّجَاشِيِّ هَدَايَا مِمَّا يُسْتَطْرَفُ مِنْ مَتَاعِ مَكَّةَ وَكَانَ مِنْ أَعْجَبِ مَا يَأْتِيهِ مِنْهَا إِلَيْهِ الْأَدَمُ

_"Tatkala hal ini sampai kepada orang-orang kāfir Quraisy bahwa kami sudah sampai di Habasyah maka merekapun sepakat untuk mengirim dua orang hebat dan kuat dalam berjidal, maka merekapun datang dan  membawa hadiah (oleh-oleh) untuk raja Najāsyī."_

Hadiah yang mereka paling suka adalah hadiah yang berupa kulit (orang-orang Habasyah suka dengan hadiah ini).

Bayangkan, orang-orang kāfir Quraisy, mereka ingin tahu apa yang disuka oleh penduduk Habasyah. Kemudian mereka mencarikan hadiah yang disukai (bukan sembarang hadiah).

Kemudian mereka mengirim 'Amr bin Āsh dan 'Abdullāh bin Abī Rabī'ah.

Kata orang-orang kafir Quraisy:

فَخَرَجَا فَقَدِمَا عَلَى النَّجَاشِيِّ وَنَحْنُ عِنْدَهُ بِخَيْرِ دَارٍ وَخَيْرِ جَارٍ فَلَمْ يَبْقَ مِنْ بَطَارِقَتِهِ بِطْرِيقٌ إِلَّا دَفَعَا إِلَيْهِ هَدِيَّتَهُ قَبْلَ أَنْ يُكَلِّمَا النَّجَاشِيَّ

_Sebelum kalian berdua menemui raja Najāsyī, mereka berdua harus mendatangi pembesar-pembesar negeri Habasyah (mungkin menteri), lalu memberikan hadiah tersebut terlebih dahulu kepada pembesar-pembesar itu dan mengatakan, "Kalau saya berbicara dengan raja Najāsyī kalian dukung kami."_

Kemudian kata ummu Salamah:

فَلَمْ يَبْقَ مِنْ بَطَارِقَتِهِ بِطْرِيقٌ إِلَّا دَفَعَا إِلَيْهِ هَدِيَّتَهُ قَبْلَ أَنْ يُكَلِّمَا النَّجَاشِيَّ

_Sebelum mereka berbicara dengan raja Najāsyī, tidak ada satu pembesar negeri Habasyah kecuali sudah diberi hadiah oleh mereka berdua._

ثُمَّ قَالَا لِكُلِّ بِطْرِيقٍ مِنْهُمْ إِنَّهُ قَدْ صَبَا إِلَى بَلَدِ الْمَلِكِ مِنَّا غِلْمَانٌ سُفَهَاءُ

_Kemudian mereka berdua berkata kepada para pembesar Habasyah tersebut, "Sesungguhnya telah keluar dari adat nenek moyang kita dan mereka pergi ke negeri ini (Habasyah) anak-anak muda yang bodoh."_

⇒ Jadi mereka berdua ('Amr bin Āsh dan 'Abdullāh bin Abī Rabī'ah) ingin menjatuhkan derajat para shahābat yang berhijrah.

⇒ Mereka mengatakan: غِلْمَانٌ سُفَهَاءُ , anak-anak muda yang bodoh.

Kemudian kata mereka:

فَارَقُوا دِينَ قَوْمِهِمْ وَلَمْ يَدْخُلُوا فِي دِينِكُمْ

_"Mereka meninggalkan agama nenek moyang mereka dan anehnya mereka tidak ikut agama kalian (agama Nashrāni)."_

Jadi, hujah mereka:

⑴ Mereka mengatakan, "Anak-anak yang bodoh."

⑵ Mereka mengatakan, "Mereka (para shahabat) meninggalkan agama nenek moyang mereka dan anehnya mereka tidak ikut agama kalian (agama Nashrāni).”

وَجَاءُوا بِدِينٍ مُبْتَدَعٍ لَا نَعْرِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنْتُمْ وَقَدْ بَعَثَنَا إِلَى الْمَلِكِ فِيهِمْ أَشْرَافُ قَوْمِهِمْ لِنَرُدَّهُمْ إِلَيْهِمْ

_"Mereka datang dengan membawa agama baru dan agama baru ini kami tidak mengenalnya dan kalian pun tidak mengenalnya. Dan pembesar-pembesar kaum mereka (Mekkah) telah mengutus kami agar mengembalikan mereka."_

فَإِذَا كَلَّمْنَا الْمَلِكَ فِيهِمْ فَأَشِيرُوا عَلَيْهِ بِأَنْ يُسَلِّمَهُمْ إِلَيْنَا وَلَا يُكَلِّمَهُمْ

_"Kalau kami berbicara dengan raja kalian, tolong kami didukung, agar raja mengembalikan kepada kami dan jangan sampai raja berbicara dengan mereka."_

فَإِنَّ قَوْمَهُمْ أَعْلَى بِهِمْ عَيْنًا وَأَعْلَمُ بِمَا عَابُوا عَلَيْهِمْ

_"Sesungguhnya kaum mereka (orang kafir Quraisy) selalu mengawasi mereka (para shahabat) dan kaum mereka lebih tahu tentang aib-aib mereka."_

Kemudian pembesar-pembesar tersebut mengatakan:
نَعَمْ

_"Iya."_

Perhatikan disini!

'Amr bin Āsh radhiyallāhu Ta'āla 'anhu cerdas, maka dia berbicara dengan cara yang licik tatkala itu, dia mengatakan:

⑴ Bahwa yang datang ke negeri Habasyah adalah anak-anak muda yang bodoh.
⑵ Mereka membawa ajaran baru, "Kami tidak tahu agama tersebut dan kalianpun tidak tahu agama mereka."
⑶ Nenek moyang mereka atau orang-orang tua mereka berada di Mekkah, "Tugas kami mengembalikan anak-anak yang sesat ini kepada orang tua mereka."

Ini adalah perkataan indah, jadi kesannya mereka berniat baik mengembalikan anak-anak sesat itu kepada orang tua mereka.


Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 3 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 3 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 23 Rabi’ul Akhir 1439 H / 10 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 3 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1003
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 3 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian kita akan lanjutkan kisah hijrah para shahābat ke negeri Habasyah (Ethiopia). 

Kita tahu bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menganggap perkara hijrah adalah perkara yang besar, sampai Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan dalam firman-Nya:

وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ قُتِلُوا أَوْ مَاتُوا لَيَرْزُقَنَّهُمُ اللَّهُ رِزْقًا حَسَنًا وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (٥٨) لَيُدْخِلَنَّهُمْ مُدْخَلا يَرْضَوْنَهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَعَلِيمٌ حَلِيمٌ (٥٩)

_"Dan barangsiapa yang keluar (hijrah) di jalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla kemudian mereka terbunuh atau mati, sungguh, Allāh akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allāh adalah pemberi rezeki yang terbaik. Allāh akan masukan mereka ke surga yang mereka akan ridhā dengan surga tersebut. Dan sesungguhnya Allāh Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun."_

(QS Al Hajj: 58-59)

Oleh karenanya hijrah adalah perkara yang besar dan orang-orang hijrah ke Habasyah memiliki posisi yang tinggi di sisi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Akhirnya, tatkala mereka berangkat menuju negeri Habasyah, ternyata orang-orang musyrikin mendengar berita ini. Maka mereka berusaha mengejar shahābat yang hendak pergi ke Habasyah. Namun tatkala sampai di semacam pelabuhan (tempat bersandarnya perahu-perahu), Allāh mentakdirkan ada dua perahu hendak pergi ke Habasyah tatkala itu.

Ini bukan kebetulan tetapi sudah diatur oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan merekapun naik perahu tersebut dan selamatlah mereka.

Ingat, permusuhan orang-orang kāfir Quraisy dengan para shahābat bukan permusuhan duniawi, tetapi permusuhan agama.

Seharusnya mereka bahagia dengan kepergian para shahābat, tetapi mereka tidak bahagia karena belum bisa menghabisi para shahābat, dan Allāh jadikan mereka selamat.

Maka tinggallah mereka di negeri Habasyah dan mereka meminta perlindungan kepada raja Najāsyī kemudian nanti raja Najāsyī meninggal dalam keadaan Islām (radhiyallāhu Ta'āla 'anhu).

Para shahābat tinggal di sana tidaklah lama, sekitar tiga bulan. Kemudian tersebar berita, ada isu yang sampai ke negeri Habasyah, entah siapa yang membawa isu tersebut, isu yang menyebutkan bahwa pembesar kaum musyrikin sudah masuk Islām dan kondisi Mekkah sudah dalam keadaan aman.

Maka pulanglah sebagian mereka ke Mekkah, tatkala sampai di Mekkah, mereka tidak langsung masuk ke kota tetapi hanya sebagian yang masuk ke kota Mekkah.

Ternyata kondisinya masih sama, masih ada penyiksaan, penindasan. Akhirnya sebagian mereka langsung kembali lagi ke Habasyah dan sebagian menetap di Mekkah.

Ini sesuatu yang berat. Bayangkan pergi dari Habasyah menuju Mekkah tidaklah mudah, kemudian mendengar berita yang tidak sesuai dengan bayangan para shahābat, ternyata masih ada penyiksaan. Akhirnya sebagian shahābat kembali ke Habasyah dan ada sebagian yang menetap di Mekkah.

Seiring berjalannya waktu, ternyata gangguan orang-orang musyrikin semakin berat, akhirnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh mereka untuk hijrah yang kedua kalinya. Kali ini yang hijrah lebih banyak, tidak sebagaimana yang pertama.

Disebutkan oleh para ahli sejarah, bahwasanya yang berhijrah ke negeri Habasyah untuk yang kedua kali adalah sekitar 83 lelaki dan 18 wanita.

Mereka berhijrah dari Mekkah menuju Habasyah dalam rangka untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala orang-orang kāfir Quraisy tahu bahwasanya semakin banyak yang hijrah ke negeri Habasyah maka mereka tidak tinggal diam. Merekapun mengirim dua orang yang paling hebat berbicara di antara mereka yaitu 'Amr bin 'Āsh dan 'Abdullāh bin Abī Rabī'ah, tatkala itu keduanya masih musyrik.

Amr bin 'Āsh adalah orang yang terkenal hebat dalam berbicara. Orang-orang Quraisy tidak mengirim sembarang orang, tetapi mereka mengirim orang yang pandai berbicara dan berhujjah, agar raja Najāsyī percaya kepada mereka, sehingga raja Najāsyī mengusir kaum muslimin dari Habasyah.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________