Laman

HADITS 02 ARBA'IN AN-NAWAWIYYAH - PENJELASAN TAUHID AL-ULUHIYYAH (BAGIAN 5 DARI 6)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 04 Rabi’ul Akhir 1439 H /22 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Tauhid Uluhiyyah (Bagian 05 dari 06)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0222
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA'IN AN-NAWAWIYYAH - PENJELASAN TAUHID AL-ULUHIYYAH (BAGIAN 5 DARI 6)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Barangsiapa yang meminta-minta, berdo'a kepada mayat, maka dia telah terjerumus dalam kesyirikan.

Sebagaimana yang dilakukan oleh saudara-saudara kita, datang kepada kuburan, kemudian mengeluh.

Subhanallah.

Dan terlalu banyak kuburan-kuburan yang diagungkan di tanah air kita.

Sampai yang menyedihkan adalah kuburan di Priok, sangat menyedihkan. Sampai MUI mengeluarkan buku kecil (saya dapat bukunya, Majelis Ulama Indonesia), menjelaskan bahwasannya di kuburan mbah Priok itu sudah tidak ada mayatnya mbah Priok. Kuburan yang diributkan, kosong isinya, gak ada isinya. Dengan riset yang dilakukan oleh MUI disebutkan bukti-buktinya.

Kalau pun ada mayatnya, tidak boleh kita mengagungkan kuburan. Apalagi sudah gak ada isinya.

Dan sering kasus seperti ini terjadi, ada kuburan-kuburan yang kosong diagung-agungkan.

Pernah kejadian, ada kuburan yang tiba-tiba muncul agak dipinggiran namun dipagari kuburan tersebut. Orang-orang banyak berdatangan dari tempat-tempat yang jauh, berdo'a minta sambil lempar uang banyak orang lempar uang disitu.

Kenapa?

Karena mereka bertawwasul dengan uang ini supaya do'anya cepat dikabulkan.

Yang lebih menakjubkan lagi, kuburan tersebut bisa naik sendiri bisa turun sendiri. Semakin banyak orang yang datang.

Tiba-tiba ketahuan, ternyata itu kuburan palsu, tidak ada isinya. Ada orang yang mompa dari jauh, biar naik-turun sendiri.

Kemana air mata yang selama ini menangis, ternyata kuburan palsu. Atau kuburan yang diagung-agungkan ternyata kuburan isinya bukan orang shālih, isinya orang yang thaleh (orang yang tidak benar) yang mengatakan semua agama benar, yang mengatakan semua agama masuk surga, Yahūdi dan Nashrāni masuk surga, yang mengatakan jaged-joged dengan busana yang porno tidak jadi masalah, kemudian diagungkan orang tersebut.

Kemana akalnya kaum muslimin?

Kalau kuburannya orang shālih, masih mungkin untuk diagungkan meskipun itu salah.

Bagaimana dengan kuburan orang yang gak benar kemudian diangungkan orang seperti itu?

Oleh karenanya jangan terperdaya dengan da'i-da'i yang menyeru kepada kesyirikan, yang menyatakan mintalah kepada wali-wali, berdo'alah kepada sunan-sunan, mintalah kepada wali-wali Allāh. Terutama dalam kondisi terdesak, dalam kondisi genting, istighāsahlah kepada mereka, maka akan datanglah pertolongan.

Ini semua seruan kepada kesyirikan.

Mereka tidak akan mendengar.

Saya datangkan bukti bahwasannya orang yang meninggal sudah tidak bisa mendengar lagi. Tidak mengetahui apa yang terjadi. Kalaupun mendengar, tidak bisa melakukan apa yang bisa dilakukan.

Nabi Īsā 'alayhissallām, mana yang lebih hebat, Nabi 'Īsā atau Abdul Qodir Jailani (wali Allāh) ?

Abdul Qodir Jailani seorang ulamā besar, seorang wali Allāh Subhānahu wa Ta'āla  (nahsabuh kadzalik), seorang yang shālih.

Tetapi bagaimana pun keshālihannya, dia masih kalah dengan Nabi Īsā. Pasti kalah dengan Nabi 'Īsā alayhissallām.

Mekipun orang-orang mulai bikin cerita-cerita tentang Abdul Qodir Jailani, yang aneh-aneh.

Dan jangan pernah percaya cerita tanpa sanad. Seperti yang mengatakan, ada orang yang meninggal dunia, kalau tidak salah anaknya satu-satunya, kemudian ruhnya diambil oleh malāikat maut. Hari itu malāikat maut mengambil nyawa-nyawa dimasukkan dalam keranjang. Akhirnya dia melapor kepada Abdul Qodir Jailani, "İni anak saya diambil sama malāikat maut." Maka Abdul Qodir Jailani pun mengejar malāikat maut tersebut, sehingga ruh-ruh yang di keranjang jatuh semua akhirnya orang itu hidup lagi. Ini khurafat.

Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, saat datang malāikat maut, ya sudah (meninggal dunia).

Cerita yang seperti tidak pernah terjadi pada Abū Bakar dan Umar dan Utsmān dan Āli.

Mana lebih hebat, Abū Bakar atau Abdul Qodir Jailani?

Abū Bakar radhiyallahu'anhu.

Rasulullah mengatakan:

  أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ

_"Abū Bakar di surga, Umar di surga, Utsmān di surga, Āli di surga."_

(Hadīts riwayat At Tirmidzi, dan dishahīhkan oleh Syaikh Al Albāniy di dalam Shahīh Al Jami’ Ash Shaghir, no. 50).

Tiba-tiba kalah dengan Syaikh Abdul Qodir Jailani rahimahullāh.

Kita mengatakan, Syaikh Abdul Qodir Jailani seorang yang shālih, akan tetapi kedudukannya jauh daripada Abū Bakar, Umar, Utsmān dan Āli yang sudah dijamin masuk surga, yang Nabi menyuruh kita untuk mengikuti sunnah-sunnah mereka.

Dan lebih jauh lagi dibawah daripada 'Īsā bin Maryam (Nabi 'Isa 'alayhissallām).

Namun apa yang Allāh katakan kepada Nabi 'Īsā dalam Al Qur'ān? 

أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ 

_"Wahai 'Īsā apakah kau pernah memerintahkan ummat mu untuk menjadikan engkau dan ibumu sebagai tuhan-tuhan selain Allāh?"_

(QS Al Māidah: 116-117?

Nabi 'Īsā mengatakan, "Tidak pernah, yā Allāh. Maha Suci Allāh, aku tidak pernah memerintahkan mereka demikian."

Apa kata Nabi 'Isa?

 وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ ۖ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ 

_"Waktu saya masih hidup, saya menjadi saksi atas perbuatan mereka yā Allāh. Tetapi waktu saya telah meninggal dunia, Engkau yang menjadi saksi."_

Lihat disini!  Nabi 'Īsā tidak tahu apa yang dilakukan oleh ummat Nashrāni setelah beliau diangkat oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Padahal dia seorang nabi dan dia tidak mati, hanya diangkat di atas langit. Dia tidak tahu apa yang terjadi, apa yang dilakukan oleh ummat-ummatnya, yang kemudian melakukan kesyirikan, menyembah Nabi 'Īsā,  menyembah ibunya (bunda Maria). Nabi 'Īsā tidak tahu.

Lantas bagaimana Syaikh Abdul Qodir Jailani yang kuburannya mungkin di Irāq atau di negeri Arab, mendengar seorang di laut Madura berteriak, "Tolong saya."

Bagaimana dia bisa dengar? Kemana akal yang sehat?

Sekarang, kita bicara tentang Nabi yang lebih afdhal daripada Nabi Īsā alayhissallām, dialah Nabi kita Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam. Yang pintu surga tidak akan terbuka kecuali yang mengetuknya adalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dalam hadīts yang mutawātir diriwayatkan oleh banyak shahābat. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala di telaganya, di haudhnya, kemudian datanglah orang-orang yang kemudian menuju ke telaga Nabi dan minum dari telaga Nabi.

Tiba-tiba ada sebagian orang yang diusir dari telaga Nabi, diarahkan ke arah kiri, ke arah neraka Jahannam.

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

"Mereka orang yang saya kenal, kenapa dijauhkan dari telagaku?"

Apa kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla?

إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَ

_"Wahai Muhammad, kau tidak tahu apa yang mereka lakukan setelah meninggalmu."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 7051)

Ternyata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak tahu, orang-orang ini ternyata telah berubah. 

"Mereka telah merubah, telah mengganti syariatmu"

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak tahu apa yang mereka lakukan, makanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menanyakan, kenapa mereka diusir?

Oleh karenanya, bagaimana mungkin Nabi kemudian mendengar pembicaraan kita, sebagaimana keyakinan sebagian orang. Nabi keluar, ikut acara maulid (misalnya), atau Nabi masih bisa diajak diskusi, masih bisa ngajar-ngajarin ilmu. Ini semua khurafat, tidak benar.

Berarti Nabi tahu perubahan-perubahan yang terjadi sekarang ini. Ini tidak benar. Bertentangan dengan hadīts mutawātir ini.

Oleh karenanya barangsiapa yang berdo'a kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla,  berdo'a kepada wali-wali, berdo'a kepada mayat-mayat yang sudah dikubur, maka dia telah terjerumus dalam kesyirikan, syirik yang sangat besar. 

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ 

_"Dan siapa yang lebih parah, lebih sesat dari orang yang berdo'a kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

(QS Al Ahqāf: 5)

Kalau orang berdo'a kepada Nabi 'Īsā saja terjerumus ke dalam kesyirikan, berdo'a kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam terjerumus ke dalam kesyirikan, bagaimana dengan berdo'a kepada wali-wali? Bagaimana lagi berdo'a kepada orang yang tidak jelas status agamanya?

Ini kesyirikan yang pertama, yang dilakukan oleh sebagian saudara-saudara kita dan merupakan syirik akbar.

Demikianlah kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi biidzillāhi Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________