Laman

USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 3 DARI 6)

USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 3 DARI 6)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 25 Rabi’ul Awwal 1439 H / 13 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 09 | Usaha Kaum Musyrikin Quraisy Dalam Menghalangi Dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (Bag. 3 dari 6)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-0903
~~~~~~~~~~~~~~~

*USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 3 DARI 6)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian, di antara uslub (metode) untuk menjatuhkan mental Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan juga para shahābat yaitu menekan mental Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan para shahābat radhiyallāhu ta'āla 'anhum (dan ini mereka lakukan).

Kita tahu bahwasanya  tatkala itu kebanyakan  yang masuk Islām adalah anak-anak muda. Rata-rata umur mereka di bawah umur Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Ada orangtua namun sedikit.

Maka orang-orang kāfir Quraisy memanfaatkan ini. Mereka mengadakan pengumuman. Dipanggil orang-orang tua dan kepala-kepala suku.

Mereka mengatakan kepada para orang tua dan kepala suku, "Wahai orang tua, wahai kepala suku, urus itu anak buah kalian, jangan sampai ikut agama Muhammad."

Mereka memberi tekanan kepada mereka supaya meninggalkan agama Muhammad.

Maka merekapun melakukan hal ini, sebagaimana yang dilakukan Sa'ad bin Abī Waqqāsh radhiyallāhu Ta'āla 'anhu.

Sa'ad bi Abī Waqqāsh berumur baru 20 tahun dan ibunya (musyrikah) terkena hasutan-hasutan ini. Maka ibunya memerintahkan Sa'ad bin Abī Waqqāsh untuk meninggalkan agama Islām, tetapi dia (Sa'ad bin Abī Waqqāsh) tidak mau. Dipaksa dan dirayu tetap tidak mau.

Kemudian ibunya memiliki ide yaitu mogok makan dan minum, (hal ini sudah ada zaman dahulu tetapi tidak boleh kita ikuti).

Akhirnya ibunya berhari-hari tidak mau makan dan minum sehingga lemas dan akan meninggal dunia. Akhirnya Sa'ad bin Abī Waqqāsh mendatangi ibunya, kerabatnya menyangka bahwa Sa'ad bin Abī Waqqāsh akan berubah karena kasihan dengan ibunya (tidak tega melihat ibunya akan meninggal).

Namun ternyata dia mendekati ibunya untuk berkata, "Wahai ibuku, demi Allāh, seandainya engkau punya 100 nyawa dan keluar satu-satu maka saya tidak akan meninggalkan Islām."

Ternyata mendatangi ibunya bukan untuk keluar dari Islām tetapi justru malah mengingatkan ibunya, "Seandainya engkau ibu, memiliki nyawa 100 dan engkau mogok makan lalu meninggal (sampai 100 kali) saya tidak akan tinggalkan Islām."

Ini perang mental, bayangkan semua keluarga menyerang Sa'ad bin Abī Waqqāsh. Tapi dia bertekad untuk tetap berada di atas agama Muhammad, karena dia masuk Islām bukan ikut-ikutan tetapi di atas ilmu dan mengerti tentang bersihnya tauhīd dan kotornya syirik.

Demikian juga dialami oleh Mush'ab bin 'Umair radhiyallāhu Ta'āla 'anhu.

Disebutkan dalam buku sejarah, bahwa beliau adalah anak muda penduduk Mekkah yang paling nyaman hidupnya karena ibunya adalah seorang yang kaya raya. Ibunya sangat memanjakan Mush’ab. Bahkan disebutkan oleh ahli sejarah, bagaimana ibunya membelikan barang-barang mahal, semisal parfum dari negeri Syām (Suriah), baju dari Yaman, dan kekayaan lainnya.

Demikianlah kehidupan Mush'ab bin 'Umair, seorang pemuda yang kaya raya, yang apabila dia menginginkan sesuatu, maka ibunya akan berusaha untuk memenuhinya.

Ibunya pun terkena hasutan, dia melarang Mush'ab untuk mengikuti agama Muhammad dan Mush'ab dipaksa murtad. Akan tetapi Mush'ab tetap dengan 'aqidah dan pendiriannya. Akhirnya ibunya murka, Mush'ab pun diusir dan diberhentikan segala bentuk bantuan dari ibunya.

Suatu pengorbanan besar bagi Mush'ab bin 'Umair. Usianya masih muda, dia terbiasa hidup enak lalu tiba-tiba diusir dan dihentikan semua kemewahan yang diberikan oleh ibunya.

Mulailah Mush'ab bin 'Umair hidup dalam kesulitan. Kondisinya sangat menyedihkan. Dikisahkan kulitnya mulai kasar sampai-sampai terlepas seperti sisik ular, padahal sebelumnya begitu halus dan terawat. Kondisi Mush’ab ini menyebabkan para shahābat terenyuh dan menangis.

Namun Mush'ab tampak tidak merasa sedih dan kecewa, seakan-akan dia tidak peduli dengan kondisinya. Mush'ab hidup dalam Islām, dalam kesulitan dan meninggalpun dalam kesulitan.

Tatkala meninggal dalam perang Uhud dengan tubuh terpotong-potong, dan tidak ada kain kafan yang bisa untuk mengkafaninya, hanya tinggal sepotong baju yang menempel di tubuhnya. Apabila baju itu digunakan untuk menutupi kepalanya maka kakinya kelihatan, jika untuk menutupi kakinya maka kepalanya kelihatan.

Para shahābat sampai menangis melihat kondisi Mush'ab bin 'Umair karena mereka tahu siapa Mush'ab bin 'Umair dahulu sebelum masuk Islām dia adalah pemuda yang kaya, harum luar biasa, pakaiannya pun sangat indah dan meninggal dalam kondisi demikian.

Allāh menghendaki dia mendapati seluruh ganjaran di surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Akhirnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memerintahkan agar meletakkan semacam tumbuhan untuk menutupi kakinya dan bajunya digunakan untuk menutup wajah beliau radhiyallāhu Ta'āla 'anhu. 

Mush'ab bin 'Umair ini, Subhānallāh, dialah yang pernah diutus oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk berdakwah di kota Madīnah.

Alangkah besar pahala beliau (Mush'ab bin 'Umair), karena dengan sebab dakwah beliau,  maka kaum Aus dan Khazraj banyak yang masuk Islām. Luar biasa Mush'ab bin 'Umair. 

Ini juga dialami oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Bagaimana mereka ingin menjatuhkan mental Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Di antara cara kaum kāfir Quraisy menjatuhkan mental Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah dengan mendatangi Abū Thālib (paman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam) dan meminta Abū Thālib agar meninggalkan keponakannya.

Namun Abū Thālib begitu cinta kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, cinta thabi'i (tabiat) kepada keponakannya menyebabkan dia membela Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam habis-habisan.

Para ulamā seperti Imām Ibnu Katsīr rahimahullāh menyebutkan, bahwa diantara hikmah Allāh menetapkan Abū Thālib tetap kāfir hingga akhir hayatnya, adalah seandainya dia masuk Islām bersama Nabi, maka dia tidak akan dihormati lagi dan orang akan berani mengganggu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Abū Thālib masih kāfir, sehingga dia masih dihormati oleh orang-orang musyrik Arab. Sehingga ketika dia membela keponakannya (Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam) kaum musyrikin tidak berani menampakkan terang-terangnya.

Mereka menunggu Abū Thālib meninggal dunia, kemudian mereka semakin berani mengganggu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Cara lain untuk menjatuhkan mental Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah mereka menyerang Nabi dari sisi keluarga.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memiliki beberapa anak wanita, beliau menikah dengan Khadījah memiliki 6 orang anak.

⑴ Abdullāh
⑵ Qassim
⑶ Zainab
⑷ Ruqayyah
⑸ Ummu Kultsum
⑹ Fāthimah

Dua putera Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yaitu 'Abdullāh dan Qasim meninggal dunia sebelum Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam diangkat menjadi nabi.

Zainab menikah dengan Abul 'Ash. Abul 'Ash adalah keponakan Khadījah (sepupunya Zainab). Sebenarnya yang memiliki ide (gagasan) agar Zainab menikah dengan Abul 'Ash adalah Khadījah, karenanya telah kita sebutkan dalam pertemuan sebelumnya. Tatkala malam pertama bertemu Abul 'Ash, Zainab diberi hadiah sebuah kalung (kalung yang biasa dipakai Khadījah) untuk berhias dihadapan suaminya.

Adapun Ruqayyah dan Ummu Kultsum juga menikah dengan sepupu mereka, yaitu Utbah dan Uthaibah, keduanya putera Abū Lahab.

Lantaran jengkel kepada Muhammad, Abū Lahab berkata kepada anaknya, "Ceraikan istri-istri kalian." Hal ini dilakukan agar membuat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sedih dan tidak sibuk berdakwah.

Abū Lahab berkata, "Silakan kalian pilih perempuan siapa saja untuk kalian nikahi."

Namun Abul 'Ash tidak mau menerima ajakan ini, padahal dia masih musyrik dan dia masuk Islām belakangan.

Berbeda dengan Uthbah dan Uthaibah, mereka menyetujui ajakan Abū Lahab ini. Hal in menyebabkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersedih.

Bagaimana tidak sedih melihat kondisi seorang ayah yang melihat putrinya diceraikan. Namun Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tetap berdakwah dan tidak surut kebelakang.

Di antara cara mereka untuk menolak dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah mereka menuntut agar Nabi menurunkan mu'zijāt, baru mereka mau berimān (ini juga merupakan gangguan mental).

Sebagaimana diabadikan dalam Al Qur'ān:

وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ يَنْبُوعًا * أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الأنْهَارَ خِلالَهَا تَفْجِيرًا * أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ قَبِيلا * أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنزلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلا بَشَرًا رَسُولا *

_Dan mereka berkata:  "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun itu yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allāh dan malāikat-malāikat berhadapan muka dengan kami atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas atau kamu naik ke langit._

_Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitāb yang kami baca.”_

_Katakanlah, "Mahasuci Tuhanku, bukanlah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasūl?”_

(QS Al Isrā: 90-93)

Demikianlah karakter orang-orang musyrikin zaman dahulu, semenjak zaman Nabi Shālih 'alayhissallām. Kaumnya mengatakan, "Wahai Shālih, kalau kau memang seorang Rasūl keluarkan dari batu tersebut unta."

Akan tetapi setelah keluar unta, mereka tetap saja tidak berimān.

Seandainya Allāh menjadikan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bisa melakukan demikian maka mudah saja bagi Allāh, tetapi mereka tetap tidak akan berimān.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنَ السَّمَاءِ فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ * لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارُنَا بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَسْحُورُونَ

_Dan kalau Kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya. Tentulah mereka berkata, "Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan Kami adalah orang yang terkena sihir."_

(QS Al Hijr: 14-15)

Lihatlah pula Nabi Mūsā 'alayhissalām, ketika mendatangkan mu'zijāt di hadapan Fir'aun maka Fir'aun mengatakan, "Inilah penyihir yang pandai."

Sehingga seluruh mu'zijāt dikatakan sihir, lalu bagaimana cara mereka berimān?

Intinya mereka sekedar ingin berjidal, padahal orang-orang musyrikin Quraisy telah Allāh tantang dan mu'zijāt Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam itu sebenarnya banyak dan mu'zijāt Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam terbesar adalah Al Qurān.

Al Qur'ān adalah mu'zijāt yang paling mengena mereka, namun mereka tahu bahwa Al Qur'ān adalah benar-benar mu'zijāt sehingga orang-orang musyrikin Quraisy menantang mu'zijāt lain.

Bukankah Allāh telah menantang, "Bila kalian benar-benar mampu maka datangkanlah semisal dengan Al Qur'ān, atau semisal surat dalam Al Qur'ān atau sepuluh surat dalam Al Qur'ān kalau kalian meragukan mu'zijāt dalam Al Qur'ān yang diturunkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam."

Inilah di antara metode-metode yang dilakukan orang-orang musyrikin Quraisy untuk menghalangi dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 2 DARI 5)

USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 2 DARI 5)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 24 Rabi’ul Awwal 1439 H / 12 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 09 | Usaha Kaum Musyrikin Quraisy Dalam Menghalangi Dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (Bag. 2 dari 5)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-0902
~~~~~~~~~~~~~~~

*USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 2 DARI 5)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Setelah mereka tidak mau menerima dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka orang-orang Quraisy, mereka melakukan perlawanan untuk menghentikan dakwah Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ada beberapa metode yang mereka lakukan untuk menolak dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Secara umum ada dua metode besar, yaitu metode menyerang secara psikologi/mental dan metode menyerang secara fisik. Dua-duanya mereka lakukan.

⑴ Menyerang secara psikologi (mental).

Misalnya dengan istihzā' (mengejek) Nabi dengan ejekan-ejekan yang tidak benar. 

Istihzā' (ejekan) ini sering dilakukan terhadap nabi-nabi, (diantaranya) kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan kita dapati dalam Al Qurān berbagai macam model ejekan yang mereka berikan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Diantaranya;

√ Seperti mereka berkata:

وَقَالُوا۟ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِى نُزِّلَ عَلَيْهِ ٱلذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌۭ

_Mereka berkata: "Wahai orang yang diturunkan Al Qur'ān kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila."_

(QS Al Hijr: 6)

Mereka tidak hanya mengatakan, "Engkau orang gila," tidak!

Tapi mereka mengatakan, "Sungguh-sungguh, benar-benar engkau orang gila," jadi ada penekanan. Ini perkataan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

√ Di lain hal mereka mengatakan:

وَيَقُولُونَ إِنَّهُۥ لَمَجْنُونٌۭ

_Mereka berkata: "Sungguh dia telah gila."_

(QS Al Qalam: 51)

Kadang mereka langsung mengatakan, "Hai orang gila," kadang mereka mengatakan, "Dia orang gila."

√ Kemudian di antaranya mereka mengatakan: سَـٰحِرٌۭ كَذَّابٌ (penyihir dan pendusta) 

وَعَجِبُوٓا۟ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٌۭ مِّنْهُمْ ۖ وَقَالَ ٱلْكَـٰفِرُونَ هَـٰذَا سَـٰحِرٌۭ كَذَّابٌ

_Orang-orang kāfir mengatakan: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta."_

(QS Shād: 4)

Dan mereka pintar berbicara, mereka mengatakan:

"Muhammad ini penyihir, kamu tahu kerjaan penyihir, penyihir memisahkan suami dan istrinya, itu kerjaan penyihir, memisahkan antara anak dan bapaknya itu kerjaan penyihir."

"Muhammad demikian, gara-gara dakwah dia, suami pisah dari istrinya, benar atau tidak?"

Benar, yang satunya masuk Islām, yang satunya tidak, akhirnya berpisah. 

"Gara-gara dia, bapak dan anak bertengkar."

Benar, karena bapaknya kāfir dan anaknya tidak kāfir sehingga mereka bertengkar karena mereka tidak mau bergabung.

Bagaimana bisa digabungkan antara kesyirikan dengan tauhīd?

Tidak mungkin.

Jadi mereka pintar, mereka mengatakan Muhammad penyihir dan pendusta.

Dia berbicara tentang hari kiamat, tidak ada hari kiamat, apa itu hari kiamat? Mereka mendustakan hari kiamat.

Kata para ulamā karena syahwat mempunyai peran dalam menentukan 'aqidah seseorang.

Orang-orang kāfir, mereka ingin hidup tatkala itu dalam kepuasan, mereka ingin berzinah, mereka ingin minum khamr.

Nabi mengatakan, "Ingat ada hari kiamat," dan  mereka tidak mau ada hari kiamat.

Oleh karenanya orang kalau sudah tenggelam dalam syahwat, bisa berubah 'aqidahnya.

√ Diantaranya mereka mengatakan:

وَقَالَ ٱلظَّـٰلِمُونَ إِن تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًۭا مَّسْحُورًا

_Dan orang-orang zhālim mengatakan, "Sesungguhnya kalian mengikuti seorang yang tersihir."_

(QS Al Furqān: 8)

Perkataan mereka ada kontradiksi, tadinya mereka mengatakan Nabi penyihir, sekarang mereka mengatakan Nabi tersihir.

Luar biasa pembicaraan mereka ini. Mereka sebar luaskan di mana-mana. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dikatakan kāhin (dukun), penyihir, tukang sihir, disihir, orang gila.

Kita tidak pernah dijuluki seperti itu oleh orang-orang. Kalau dikatakan orang gila, mungkin, tapi kalau dikatakan pendusta plus penyihir plus tersihir plus dukun?

Saya belum pernah dengar ada ustadz di Indonesia dituduh sebagai dukun.

Kalau dikatakan dukun, memang dukun. Tapi tidak dengan berdakwah kemudian dia  dikatakan sebagai dukun. Yang ada, dukun mengaku sebagai ustadz, itu ada di indonesia. Tapi kalau ustadz, benar - benar ustadz, kemudian karena orang tidak suka lalu dituduh sebagai dukun, saya belum pernah dengar.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam seluruh gelar yang paling buruk ditempelkan kepada Nabi. Padahal mereka, orang-orang musyrikin, sebelumnya tahu bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah seorang yang amin, dijuluki sebagai orang yang amanah.

Istihzā' adalah perkara yang sangat berat bagi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, lebih berat daripada siksaan badan. Terutama tatkala ejekan ini ditujukan pada orang yang memiliki nasab yang tinggi dan memiliki kedudukan di masyarakat.

Kalau orang rendahan, tidak ada yang kenal, mungkin kata dia, "Hanya diejek saja, tidal dipukul." Karena tidak ada yang kenal dia, tidak ada yang menghormati dia, maka mau diejek silahkan tidak jadi masalah, daripada dipukul.

Nabi tidak demikian, menurut Nabi lebih berat diejek daripada dipukul.

Oleh karenanya (nanti akan kita sebutkan)  bagaimana Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam merasa lebih berat tatkala dia ditolak dakwahnya di Thā'if daripada tatkala beliau terluka waktu perang Uhud.

Dalam hadīts 'Āisyah,  'Āisyah berkata:

يا رسول الله ! هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ 

_"Wahai Rasūlullāh, pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat daripada peristiwa Uhud?"_

⇒ Kita tahu peristiwa perang Uhud adalah peristiwa paling berat bagi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam terluka, wajahnya berlumuran darah ada besi masuk ke dalam pipi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Gigi beliau patah (terluka secara jasad) dan dirawat oleh sebagian shahābat.

Kemudian kesedihan bertambah lagi yaitu tatkala 70 orang shahābatnya meninggal dalam peperangan tersebut.

Kesedihan bertambah lagi ketika pamannya yang sangat dia cintai Hamzah 'Abdul Muthathalib meninggal dalam perang tersebut.

Sehingga 'Āisyah ingin tahu adakah yang lebih berat daripada ini. Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam fisiknya terluka tatkala itu.

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ

_"Sungguh aku sering mengalami peristiwa dari kaummu. Dan peristiwa yang paling berat yang pernah aku alami dalam menghadapi mereka adalah ketika peristiwa Al 'Aqabah, saat aku menawarkan diriku kepada Ibnu 'Abdi Yālīl bin 'Abdu Kulāl agar membantuku namun dia tidak mau memenuhi keinginanku.”_

"Yang lebih berat tatkala saya berdakwah di Thā'if, ketika saya tawarkan Islām kepada Ibnu 'Abdi Yālīl (Pemimpin kota thā'if)."

⇒ Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala datang ke kota Thā'if, beliau mendatangi pembesar-pembesar kota Thā'if.

Ini terjadi setelah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sedih, karena di Mekkah orang tidak menerima dakwah beliau, maka beliau mencoba ke kota yang dekat Mekkah yaitu ke kota Thā'if.

Kemudian beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam mendatangi orang yang paling terpandang disitu yaitu Ibnu 'Abdi Yālīl. Maka kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ

_"Namun dia tidak memenuhi keinginanku (menerima dakwahku)."_

Disebutkan dalam riwayat yang lain mereka mengejek Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Mereka mengatakan, "Apakah tidak ada orang lain yang Allāh utus? Kenapa kamu yang jadi Rasūl?"

Ini ucapan berat, yā akhi..

Ada orang datang sama antum, "Yā akhiy, antum di sini ngapain? Dakwah? Apa tidak ada orang lain kok kamu yang dakwah, kan masih banyak orang lain, kok kamu yang dakwah?"

Ini kan penghinaan tingkat tinggi: "Apa tidak ada orang lain yang jadi rasūl? Kenapa kamu yang menjadi rasūl?"

Ini kan penghinaan, membuat Nabi sedih tatkala itu, sampai-sampai kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ

_"Saya pergi dengan wajah gelisah dan aku tidak menjadi tenang kecuali ketika berada di Qarnu Ats Tsa'aalib (Qarnu Al Manazil).”_

Ada yang mengatakan Qarnu Tsa'ālib ada juga yang mengatakan Qarnul Manazil (miqātnya penduduk Thā'if, orang-orang Najed, penduduk Riyard dan lainnya).

Artinya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berjalan dari Thā'if berkilo-kilo dalam keadaan linglung

Ini peristiwa yang paling sedih, lebih sedih daripada perang uhud (kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam).

Kemudian kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, "Tiba-tiba ada awan datang, kemudian ada malāikat gunung menawarkan untuk menimpakan gunung kepada penduduk kota Thā'if."

Kata  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, "Jangan, semoga Allāh mengeluarkan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allāh, mentauhīdkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

(HR Bukhari nomor 2992, versi Fathul Bari nomor 3231)

Karenanya benarlah perkataan seorang penyair (yang pernah berkata):

وقد يرجى لجرح السيف بـرء, ولا برءٌ لما جرح اللســان

_"Bisa jadi luka yang disebabkan sayatan pedang masih bisa diharapkan kesembuhannya. Tetapi tidak ada kesembuhan bagi luka yang disebabkan oleh lisan."_

Kalau dada (jantung/hati) sudah tergores dengan sayatan lisan seseorang, susah untuk disembuhkan.

جراحات السنان لها التـئـام,  ولا يلتام ما جرح اللســان

_"Sesungguhnya sayatan-sayatan pedang masih bisa kembali lagi disembuhkan, akan tetapi sayatan-sayatan lisan tidak bisa disatukan lagi."_

وجرح السيف تدمله فيبـرى, ويبقى الدهر ما جرح اللسان

_"Sesungguhnya luka yang disebabkan pedang, kalau diobati maka sembuh. Adapun luka karena lisan terus sampai sepanjang tahun."_

Oleh karenanya hati-hati kita harus menjaga lisan. Bukan hanya kita menjaga tangan kita untuk tidak memukul orang lain, tapi juga jaga lisan kita, karena terkadang hinaan kita, ejekan kita, perendahan kita terhadap orang lain lebih menyakitkan dan dia ingat terus, tidak akan dia lupakan.

√ Orang ini pernah menghina saya,
√ Orang ini pernah mengejek saya,
√ Orang ini pernah menjatuhkan saya,
√ Orang ini pernah ghibah saya (dia akan ingat terus).

Dan terkadang penyakit hati atau luka yang disebabkan oleh lisan terhadap hati susah disembuhkan.

Oleh karenanya orang-orang kāfir Quraisy mengetahui hal ini dan mereka berusaha menyakiti hati Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan berbagai tuduhan-tuduhan.

Diantara ejekan yang mereka lakukan (yaitu)  ejekan yang diucapkan oleh Abū Jahal.

Suatu saat dia mendengar tentang ayat-ayat Al Qur'ān yang menyebutkan tentang syajaratun zaqqūm yaitu buah zaqqūm atau pohon zaqqūm, yang buahnya merupakan makanan penghuni neraka jahanam.

Jadi dia (Abū Jahal) mendengar ayat-ayat tersebut saat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam membacanya. 

Maka dia pun mengumpulkan orang-orang Quraisy kemudian dia mengejek ayat ini, dia (Abū Jahal) mengatakan:

يا معشر قريش  هل تَدْرُونَ ما شجرةُ الزَّقُّومِ التي يخوفكم بها محمد؟ قالوا: هي  العَجْوةُ

_"Wahai orang-orang Quraisy, kalian tahu apa itu pohon zaqqūm? Yang Muhammad menakut-nakuti kalian dengan pohon tersebut (katanya ini makanan penghuni neraka jahannam)."_

_Kata orang-orang Quraisy:  "Kami tidak tahu pohon apakah itu."_

_Kata Abū Jahal, "Itu kurma ajwa."_

Kata Abū Jahal, "Demi Allah seandainya saya bisa dapat pohon zaqqūm, saya akan makan sepuas-puasnya."

"Apa Muhammad menakut-nakuti kita dengan pohon zaqqūm? Kalau ada sini, saya makan."

Maka Allāh menurunkan ayat menjelaskan tentang pohon zaqqūm.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

 إِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّومِ * طَعَامُ الْأَثِيمِ *كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ * كَغَلْىِ الْحَمِيمِ

_"Sesungguhnya pohon zaqqūm adalah makanan bagi orang-orang yang berdosa,   sebagaimana minyak yang panas yang mendidih dalam tubuh, sebagaimana mendidihnya air panas."_

(QS Ad Dukhān: 43-46)

Dalam hadīts, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

وَلَوْ أَنَّ قَطْرَةً مِنَ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ فِي الأَرْضِ لأَفْسَدَتْ عَلَى أَهْلِ الدُّنْيَا مَعِيشَتَهُمْ فَكَيْفَ بِمَنْ لَيْسَ لَهُ طَعَامٌ غَيْرُهُ

_"Kalau seandainya ada satu getah dari buah zaqqūm menetes di atas muka bumi ini, maka akan merusak kehidupan seluruh penghuni bumi."_

(HR Ibnu Majah nomor 4316)

Bagaimana kalau tidak ada makanan yang dimakan kecuali buah zaqqūm tersebut?

Yā akhi, seandainya di rumah kita, dengan begitu mewahnya rumah kita ada AC nya, ada perhiasan-perhiasannya, ada makanan yang lezat, ada apa saja di rumah kita. Tahu-tahu ada bangkai tikus, kita cari-cari nggak dapat-dapat di mana bangkai tikus tersebut. Kira-kira makan lezat atau tidak?

Makan akan tidak lezat, terganggu, tidurpun terganggu, mau ketemu istripun terganggu.

Kenapa?

Karena ada bau busuk.

Demikianlah kalau ada setetes dari buah zaqqūm yang menetes di atas muka bumi ini maka akan merusak kehidupan umat manusia.

Bagaimana bila dimakan? Maka dia akan  mendidih di dalam perut.

Selain Abū Lahab, istrinya pun Ummu Jamil ikut mengejek Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Tatkala turun wahyu kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, kemudian beberapa hari tidak turun wahyu, maka diapun (ummu Jamil) mendatangi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dia (ummu Jamil) mengatakan:

"Wahai Muhammad, saya harap syaithānmu sudah meninggalkan engkau, kenapa tidak ada turun wahyu?"

"Saya lihat syaithānmu tidak mendatangi engkau sejak dua hari atau tiga hari, biasanya setiap hari ada wahyu, ini sudah dua hari, tiga hari nggak ada wahyu, syaithānmu pergi ya?"

Yang mengejek perempuan (tantenya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam), istri Abū Lahab pamannya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Keluarga Abū Lahab mengganggu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. İstri, anaknya semua mengganggu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bayangkan! Sampai perempuan ikut-ikutan mengejek.

Yang mengejek Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bukan hanya kaum lelaki, kaum wanitapun ikut mengejek Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, mereka mendatangi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bayangkan, mereka mencari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Mereka tidak hanya mengejek Nabi di dalam rumah mereka tetapi langsung mendatangi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Mereka mengatakan, "Wahai Muhammad, mana syaithānmu?"

Malāikat Jibrīl dibilang syaithān, Maka Allāh turunkan firman-Nya:

وَالضُّحَىٰ* وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ * مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ

_"Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah). Dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu."_

(QS Adh Dhuhā: 1-3)

Maka turunlah ayat surat Adh Dhuhā untuk membantah ummu Jamil.

Dia (ummu Jamil) protes kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, dia mengatakan: Saya mendengar Muhammad mengejek saya dalam ayatnya:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ *

_"Binasalah kedua tangan Abū Lahab dan benar-benar binasa dia!"_

(QS Al Lahab: 1)

وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ

_"Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah)."_

(QS Al Lahab: 4)

Subhānallāh, ummu Jamil jengkel karena dia merasa diejek oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian pula Abū Jahal, Abū Jahal mengatakan, "Wahai Muhammad, kalau agama ini benar dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka turunkanlah hujan batu."

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla  abadikan didalam Al Qur'ān:

وَإِذْ قَالُوا۟ ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَـٰذَا هُوَ ٱلْحَقَّ مِنْ عِندِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةًۭ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍۢ

_Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Yā Allāh, jika betul (Al Qur'ān) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami adzāb yang pedih."_

(QS Al Anfāl: 32)

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

_Dan Allāh sekali-kali tidak akan mengadzāb mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allāh akan mengadzāb mereka, sedang mereka meminta ampun."_

(QS Al Anfāl: 33)

Ini di antara uslub untuk menjatuhkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________

USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 1 DARI 5)

USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 1 DARI 5)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 23 Rabi’ul Awwal 1439 H / 11 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 09 | Usaha Kaum Musyrikin Quraisy Dalam Menghalangi Dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (Bag. 1 dari 5)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-0901
~~~~~~~~~~~~~~~

*USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLĀHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 1 DARI 5)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada pertemuan kemarin, kita telah membahas tentang dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan dakwah sirriyah yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam lakukan selama 3 tahun (ada yang mengatakan 4 tahun).

Kemudian setelah itu, kita jelaskan juga bagaimana Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam berdakwah dengan dakwah jahriyah, dengan beliau naik di atas jabal Shafā kemudian menerangkan dan mengingatkan kepada orang-orang kāfir Quraisy dengan mengatakan:

فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ 

_“Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatkan bagi kalian bahwa di hadapanku  ada adzab yang pedih.”_

(HR Bukhari nomor 4589, versi Fathul Bari nomor 4971)

==> "Sesungguhnya aku ingatkan kalian wahai orang-orang Quraisy, jika kalian tetap berada di atas keyakinan kalian maka akan datang adzāb yang pedih di hadapan kalian."

Maka tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mulai berdakwah dengan terang-terangan, tentunya orang-orang Quraisy melawan dan mulai menolak.

Awalnya ada seperti gerakan di kota Madīnah, mulai ada sebagian orang yang meninggalkan penyembahan terhadap berhala, mulai ada orang yang shalāt.

Orang-orang kāfir Quraisy tidak terlalu terusik tatkala itu, karena sebelumnya memang sudah ada dakwah-dakwah yang semisalnya.

Ada di kota Mekkah orang-orang yang di atas ajaran sisa-sisa ajaran Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām.

Seperti:

√ Umayyah bin Abī Shalt (أمية بن أبي الصلت)
√ Zayd bin 'Amr (زيد بن عمرو)
√ Naufal bin Nufail (نوفل بن نفيل)
√ Waraqah bin Naufal (ورقة بن نوفل)

Mereka adalah orang-orang yang tetap di atas tauhīd.

Orang-orang kāfir Quraisy menyangka bahwasanya dakwah Nabi sebagaimana dakwah orang-orang tersebut yang muncul kemudian hilang, muncul kemudian hilang.

Ternyata tidak, dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam terus menerus mulai berkembang.

Terlebih lagi setelah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berdakwah dengan dakwah terang-terangan.

Kemudian mulai membicarakan tentang sesembahan - sesembahan mereka. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mulai berbicara tentang tauhīd dan melarang mereka untuk melakukan kesyirikan.

Kalau seandainya Nabi bertauhīd sendirian dan tidak mengusik mereka maka tidak menjadi masalah, tetapi tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh mereka untuk meninggalkan kesyirikan dan mengatakan mereka telah bersalah dan mengatakan nenek moyang mereka telah bersalah maka ini mengusik urusan pribadi mereka. Mulailah mereka menolak dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Para ulamā menyebutkan sebab-sebab orang-orang kāfir Quraisy menolak dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Di antaranya mereka menolak dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, karena pertimbangan duniawi.

Kenapa?

⑴ Ka'bah kota Mekkah merupakan pusat peribadatan.

Orang-orang datang semua ke kota Mekkah untuk melakukan kesyirikan. Mereka thawāf dan haji, namun mereka juga berharap terhadap patung-patung yang ada di Mekkah.

Datang berbagai macam kabilah untuk meminta permintaan kepada patung-patung tersebut.

Kita tahu banyak patung (360 patung) di Ka'bah, masing-masing patung mempunyai fungsi sendiri.

Mungkin kalau ingin meminta rizqi minta kepada patung ini, ingin minta jodoh minta kepada patung ini.

Dan ini kalau dihilangkan, bagaimana orang-orang akan datang ke kota Mekkah, jadi ada pertimbangan masalah duniawi.

⑵ Mekkah merupakan pusat perdagangan.

Orang-orang datang ke situ, akhirnya banyak terjadi perdagangan. Kalau seandainya patung-patung dibersihkan sehingga orang-orang menjauh dari kota Mekkah, maka perdagangan di kota Mekkah akan menjadi lambat atau menjadi terhalang.

Ini di antara pertimbangan duniawi.

Namun di antara perkara yang membuat mereka tidak mau meninggalkan ajaran mereka adalah karena taqlīd terhadap nenek moyang mereka.

Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan perkataan orang-orang kāfir Quraisy, mereka berkata:

قَالُوٓا۟ إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٍۢ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَـٰرِهِم مُّهْتَدُونَ

_Mereka berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami di atas suatu tradisi dan sesungguhnya kami hanya mengikuti tradisi mereka, kami mendapat petunjuk dengan mengikuti tradisi mereka"_

(QS  Az Zukhruf: 22)

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ

_Dan demikianlah, tidaklah Kami mengutus sebelum engkau wahai Muhammad, pada setiap negeri dari rasūl yang memberi peringatan, kecuali orang-orang yang hidup mewah di antara mereka berkata, "Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami berada di atas agama ini dan sesungguhnya kami hanya mengikuti ajaran mereka."_

(QS Az Zukhruf: 23)

Ini adalah perkara yang sangat berat yang menjadikan mereka tidak mau meninggalkan kesyirikan mereka, karena ini sudah ratusan tahun mereka demikian.

Oleh karenanya:

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ * قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَاماً فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ * قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ * أَوْ يَنفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ* قالوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ *

_Ketika Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām berkata kepada kaumnya, "Apa yang kamu sembah?"_

_Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya (kami akan terus i'tikaf di patung-patung ini)."_

_Kemudian nabi Ibrāhīm berkata, "Apakah mereka mendengarmu ketika kamu berdo'a kepadanya?" "Ataukah patung-patung tersebut memberi manfaat kepada kalian atau memberi kemudharatan kepada kalian?"_

_Kata mereka: "Demikianlah kami mendapati nenek moyang kami demikian cara ibadahnya."_

(QS Asy Syu'arā': 70-74)

Antum bayangkan orang-orang kāfir Quraisy ratusan tahun di atas kesyirikan, dari sejak pemerintahan banī Khuzā'ah. Kerusakan telah dilakukan oleh 'Amr bin Khuza'i (yang pertama kali melakukan kesyirikan ke Jazirah Arab), terus berlanjut ratusan tahun sampai di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

⇒ Tradisi nenek moyang yang sulit untuk mereka tinggalkan.

Oleh karenanya Abū Thālib paman nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, yang selama ini selalu membela dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, meninggal dunia dalam kesyirikan.

√ Apa yang membuat dia tidak mau bertauhīd? 
√ Apa yang membuat dia tidak mau masuk Islām?
√ Kenapa dia tetap berada di atas kesyirikan?

Tatkala itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mendatangi Abū Thālib dalam keadaan sakaratul maut (akan meninggal dunia), maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ

_"(Wahai pamanku) ucapkanlah 'Lā ilāha illallāh,  suatu kalimat yang aku akan bela engkau di hadapan Allāh."_

(HR Bukhari nomor 6187, versi Fathul Bari nomor 6681)

Abū Jahal ketika iti mengucapkan satu kalimat saja, cukup untuk membuat Abū Thālib bungkam.

Kata Abū Jahal, "Wahai Abū Thālib , apakah kau benci dengan agama bapakmu?" Abū Jahal mengingatkan kepada tradisi.

Abū Thālib tidak berani bertauhīd, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ulangi lagi, "Wahai pamanku, ucapkanlah 'Lā ilāha illallāh satu kalimat yang aku akan bela engkau di hadapan Allāh."

Abū Jahal tinggal mengatakan, "Apakah kau benci dengan agama nenek moyangmu?"

Abū Jahal tidak banyak bicara, dia hanya mengatakan, "Apakah engkau benci dengan agama nenek moyangmu ?"

Akhirnya Abū Thālib meninggal dunia dalam keadaan tidak mau mengucapkan kalimat, “Lā ilāha illallāh.”

⇒ Ini menunjukkan masalah tradisi. 

Sebagaimana penjelasan Ibnul Qayyim rahimahullāh, beliau mengatakan:

"Tradisi merupakan penghalang besar orang untuk kembali kepada kebenaran."

Hal ini berkaitan dengan tauhīd dan juga masalah yang lain.

Kita dapati di tanah air kita banyak tradisi yang berkaitan dengan (misalnya) acara walimah yang melanggar aturan-aturan Islām, cara menikah melanggar aturan-aturan Islām. Tetapi masyarakat tidak mau meninggalkan karena tradisi nenek moyang kita, susah untuk meninggalkan, "Masa kita menyelisihi masyarakat ?"

Oleh karenanya Abū Lahab tatkala menyerang dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dia mengatakan, "Tinggalkan hādzā shābi."

Di antara julukan yang diberikan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah shābi'.

Shābi' artinya adalah orang yang meninggalkan tradisi nenek moyang.

Abū Lahab, agar orang-orang menjauhi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka dia  ingatkan, "Ini Muhammad meninggalkan tradisi nenek moyang kita ratusan tahun," maka digelari dengan shābi'.

Dia tidak menuduh dengan mengatakan Nabi orang gila atau majnun, tidak!

Abū Lahab cukup mengatakan, "hādzā shābi,"  (dia adalah orang yang meninggalkan tradisi nenek moyang).

Oleh karenanya, saya katakan di antara penghalang yang membuat orang enggan untuk kembali kepada kebenaran adalah tradisi. Sudah bertahun-tahun (puluhan tahun) dia berada di atas tradisi tersebut sehingga untuk melepaskannya susah.

Karenanya orang-orang musyrikin Arab, mereka tidak mau meninggalkan tradisi ini.

Mereka mengatakan:

إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ

_“Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami di atas suatu tradisi dan sesungguhnya kami hanya mengikuti tradisi mereka, kami mendapat petunjuk dengan mengikuti tradisi mereka."_

(QS  Az Zukhruf: 22)

Apa masalahnya?

"Nenek moyang kami dulu bahagia, sekarang kita mau bahagia juga masalahnya, kenapa kau rubah-rubah juga cara beribadah kami."

"Kita dahulu hidup aman-aman saja, kenapa kau bikin kerusakan?"

Demikianlah kata Imām Ibnul Qayyim rahimahullāh, bahwa antara penghalang yang paling besar yang menghalangi orang kembali kepada kebenaran adalah tradisi.

Kemudian, para ulamā juga menyebutkan di antara sebab kenapa orang-orang kāfir Quraisy sebagian mereka tidak mau berimān kepada Nabi, yaitu karena ta'ashub (fanatik) suku/kabilah, ta'ashub qabali.

Antum tahu musuh Nabi yang paling besar di kota Mekkah, siapa?

Musuh Nabi di kota Mekkah adalah Abū Jahal, yang digelari dengan "Fir'aun hādzihil ummāh" (Fir'aun ummat ini).

⇒ Abū Jahal namanya 'Amr bin Hisyām bin Al Mughīrah Al Makhzūmī Al Kināni.

Abū Jahal dari banī Makhzūm, dari Kinānah, Quraisy juga. Dan dia yang paling gencar melawan dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bapaknya Hisyām, namanya 'Amr bin Hisyām, adalah pemimpin kabilah banī Makhzūm.

Dan banī Makhzūm ini adalah kabilah musuhnya banu Abdul Manāf (sukunya nabi). Sama-sama Quraisy namun bersaing.

Oleh karenanya tatkala banī Abdul Manāf (Banī Hāsyim) berbuat kebaikan, memberi makan kepada jama'ah haji, mereka juga menyaingi. Tatkala mereka melakukan kebaikan, mereka juga menyaingi.

Abū Jahal namanya 'Amr bin Hisyām.  Laqabnya adalah Abul Hakam (seorang yang bijak), tetapi diganti menjadi Abū Jahal (bapak kebodohan).

Ada yang mengatakan yang menggelari dia adalah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, tapi tidak ada hadīts yang shahīh. Ada yang mengatakan bahwa yang menggelari dia adalah Al Walīd bin Al Mughīrah, Wallāhu a'lam bishawāb.

Yang jelas dia dikenal dalam buku-buku tarikh, dalam hadīts-hadīts dikatakan dengan Abū Jahal (bapak kebodohan).

Disebutkan oleh sebagian ahli sejarah atau sebagian ulamā dalam buku sirah mereka, mereka menyebutkan, kenapa Abū Jahal tidak mau berimān kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Dia (Abū Jahal) mengatakan:

√ Kita banī Makhzūm, kalau banu Abdul Manāf memberikan makan kita memberi makan.

√ Apabila mereka (banu Abdul Manāf) melakukan kebaikan kita harus menyaingi.

√ Mereka memiliki kedudukan yang tinggi, kita juga memiliki kedudukan yang tinggi, setiap mereka (banu Abdul Manāf) melakukan sesuatu kita bisa menyaingi.

Lantas sekarang muncul dari banī Abdi Manāf seorang yang mengaku sebagai Nabi, bagaimana kita mengaku sebagai Nabi ?

Untuk poin ini kita tidak bisa menyaingi, sehingga dia mengatakan, "Ya, sudah saya tidak akan berimān selama-selamanya," kata Abū Jahal.

Jadi ada faktor fanatik kabilah (kesukuan) dan ini bahaya.

Oleh karenanya kita dapati bagaimana kaum muslimin hancur gara-gara fanatik suku, bagaimana Perancis masuk ke Aljazair kemudian menimbulkan fanatik golongan sehingga timbul Arab dibedakan dengan Barbar.

Sehingga fanatik akhirnya bermusuhan. Yang satu fanatik Arab, satu fanatik Barbar, akhirnya bermusuhan di antara mereka.

Ini di antara sebab-sebab yang menjadikan orang-orang Quraisy tidak mau berimān kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
____________________

HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 6 DARI 6)

HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 6 DARI 6)

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 21 Rabi’ul Awwal 1439 H / 09 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Rukun Iman Kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla (Bagian 06 dari 06)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0217
-----------------------------------

*HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 6 DARI 6)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita akan melanjutkan pembahasan kita dari buku Al Arba'in An Nawawiyyah.

Di antara kesyirikan yang berkaitan dengan tauhīd rubūbiyah adalah:

⑸ Kesyirikannya orang-orang Nashrāni yang meyakini Tuhan satu sama dengan tiga ('aqidah trinitas). Dan Allāh telah kāfirkan mereka dalam Al Qur'ān.

Allāh mengatakan:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ

_"Sungguh telah kāfir orang-orang yang menyatakan bahwasannya Allāh satu dari yang tiga."_

(QS Al Mā'idah: 73)

Atau menyatakan Allāh punya anak:

 لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ 

_"Sungguh telah kāfir, orang-orang yang menyatakan Īsā adalah Allāh."_

(QS Al Mā'idah: 17)

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا

_"Mereka menggatakan Allāh mempunyai anak."_

(QS Maryam: 88)

⇒ Orang-orang ini dikāfirkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dari situ, keyakinan orang-orang Nashrāni tentang trinitas merupakan kekufuran dan bertentangan dengan ke-Esa-an Allāh dalam tauhīd ar rubūbiyah.

Tidak pantas bahwasannya Tuhan menjadi tiga dan tidak masuk akal secara logika. Allāh tersucikan dari bersatu dengan manusia.

Logikanya bagaimana?

Tuhan tatkala menitis kepada manusia berarti dia harus menurunkan levelnya, sehingga sesuai dengan level manusia.

Bukankah Īsā lapar?

(Dalam Injīl disebutkan nabi Īsā lapar, nabi Īsā marah-marah. Pokoknya disebutkan kekurangan-kekurangan sebagaimana manusia. Nabi Isa tidur).

Berarti Allāh menurunkan levelnya sehingga sama dengan manusia sehingga ikut tidur bersama Nabi Īsā. Kemudian ikut lapar sebagaimana Nabi Īsā. Tatkala Allāh menjadi Nabi Īsā berarti Allāh diliputi oleh alam semesta.

Allāh kecil berarti. Mana sifat Allāhu Akbar ?

Ini secara logika tidak masuk akal. Dan tidak benar bahwasannya Allāh bersatu dengan Nabi Īsā.

Oleh karenanya dalam Injīl kita dapati, terlalu banyak ayat-ayat Injīl yang menunjukkan bahwa Nabi Īsā bukan Allāh.

Buktinya Nabi Īsā berdo'a, Nabi Īsā shalāt. Kalau Nabi Īsā berdo'a, berdo'a kepada siapa tatkala itu ?

√ Kalau dia Tuhan, untuk apa dia berdo'a ?
√ Kalau dia shalāt sedang sujud, sujud kepada siapa ?
√ Kalau dia Tuhan, untuk apa dia sujud ?

Kemudian dia meminta. Buktinya waktu dia disalib kemudian menjelang kematiannya dia mengatakan, "Yā Illya... Yā Illya... limasyabakhtani," kata dia. "Yā bapaku, Yā bapaku, kenapa kau tinggalkan aku?" Ini aneh.

Kalau dia Tuhan dalam dirinya, bapanya dalam dirinya, kenapa dia bilang, "Kenapa kau tinggalkan aku?"

Yang jelas ini menunjukkan bahwa Nabi Īsā bukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya sebagaimana keyakinan orang-orang Nashrāni, Nabi Īsā meninggal dunia kemudian dikubur.

Dan ini sering saya sampaikan, inilah perkara yang membuat banyak orang masuk Islām akhirnya, tatkala mereka ditanya, Īsā meninggal atau tidak ? Meninggal.

Kemudian dikubur atau tidak ? Dikubur.

Waktu Īsā meninggal, waktu dikubur, Allāh lagi kemana? Ikut meninggal bersama Nabi Īsā atau ikut dikubur bersama Nabi Īsā ?

Bingung mereka. Akhirnya mereka yakini bahwasannya Allāh bukan Īsā, akhirnya mereka pun masuk Islām, Alhamdulillāhi Ta'āla.

Ini merupakan kesyirikan tauhīd ar rubūbiyah.

Di antara kesyirikan dalam tauhīd rububiyah yang semakna dengan ini adalah:

⑹ Keyakinan wihdatul wujud (meyakini bahwasannya Allāh bersatu dengan Tuhan).

Ini tidak pantas.

Allāh tidak pantas bersatu dengan makhluknya. Kalau Allāh bersatu dengan Nabi Īsā saja dikāfirkan oleh Allāh apalagi Allāh dianggap bersatu dengan kyai, dianggap bersatu dengan manusia-manusia yang rendah kedudukanny (ini keyakinan kekufuran). 

Di antara para dai yang menyerukan kepada keyakinan ini adalah Ibnu Arābi dalam kitābnya Futhu Hatim Makiyah dan dalam kitābnya Fushushul Hikam. Sampai-sampai Ibnu Arābi mengatakan, Fir'aun adalah benar,  tatkala Fir'aun mengatakan, "Aku adalah Tuhan kalian yang maha tinggi."

Perkataan Fir'aun benar, karena dalam Fir'aun ada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sehingga tatkala dia mengatakan, "Saya adalah Tuhan kalian yang paling tinggi" (maksudnya) Allāh adalah Tuhan yang paling tinggi.

Kenapa?

Karena Fir'aun tahu dalam dirinya ada Allāh.

Makanya Fir'aun masuk surga, kata Ibnu Arābi, sebelum dia meninggal, dia mengatakan 'Lā ilāha illallāh.

Kalau Fir'aun saja masuk surga apalagi yang lainnya (Ini kekufuran), sehingga dibantah oleh para ulamā.

Para ulamā mengatakan orang-orang yang meyakini Allāh bersatu dengan Nabi Īsā saja dihukumi kāfir apalagi meyakini Allāh bersatu dengan selain Nabi Īsā. Menyatakan Allāh bergabung/bersatu dengan makhluk.

Kemudian di antara kesyirikan dalam tauhīd ar rubūbiyah adalah:

⑺ Meyakini bahwasannya ada sebagian dzat-dzat yang memiliki hak otonomi untuk mengatur sebagian alam semesta ini.

Seperti keyakinan bahwasannya Nyi roro kidul memiliki hak otonomi untuk mengatur pantai selatan sehingga akhirnya orang-orang, supaya Nyi roro kidul tidak ngamuk, mereka pun menyembelih kerbau tiap tahun supaya tidak makan korban (ini kekufuran).

Seperti meyakini bahwasanya gunung merapi ada penjaganya, yang dia mengatur gunung merapi. Kapan dia belum bilang meletus maka tidak meletus. Kalau dia bilang meletus baru akan meletus.

Sampai ada sebagian orang kemudian punya ide agar memotong kerbau atau memotong hewan agar tidak terjadi bencana atau terjadi letusan gunung merapi.

Orang yang memiliki keyakinan seperti ini maka terjerumus dalam kesyirikan. Tidak ada satu pun yang punya hak otonomi untuk mengatur alam semesta ini.

Jangankan wali-wali, malāikat saja yang benar-benar mengatur hujan, malāikat yang benar-benar mengatur gunung tidak punya hak otonomi. Mereka hanya tunggu perintah dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Apalagi dari orang-orang yang tidak memiliki kemampuan sama sekali.

Apalagi menganggap bahwasannya mayat yang sudah dikubur memiliki kemampuan. Ini lebih bahlul lagi.

Mayat yang tidak bisa apa-apa kemudian dianggap bisa melakukan hal-hal yang menakjubkan, bisa mengabulkan permintaan-permintaan. Maka tidak diragukan lagi, ini merupakan kesyirikan.

Inilah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, tentang tauhīd ar rubūbiyah dan kesyirikan dan kekufuran yang berkaitan dengan tauhīd ar rubūbiyah.

In syā Allāh nanti kita lanjutkan dengan tauhīd ulūhiyah dengan apa definisinya. Serta kesyirikan-kesyirikan yang berkaitan dengan tauhīd al ulūhuyah yang banyak masyarakat. Saudara-saudara kita dari masyarakat Indonesia yang melakukan kesyirikan-kesyirikan tersebut.

Wallāhu A'lam bishshawāb.

Sampai sini saja apa yang bisa saya sampaikan.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

▪Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 5 DARI 6)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 20 Rabi’ul Awwal 1439 H / 08 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Rukun Iman Kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla (Bagian 05 dari 06)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0216
-----------------------------------

*HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 5 DARI 6)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita akan melanjutkan pembahasan kita dari buku Al Arba'in An Nawawiyyah.

Kemudian di antara orang-orang yang mengingkari tauhīd rubūbiyah, adalah

⑶ Sebagian ahli filsafat.

Dan di antara mereka adalah Ibnu Sina, sebagaimana dijelaskan oleh Al Ghazali dalam kitābnya Tahāfutu Al Falāsifah (Kerancuannya Orang-orang Ahli Filsafat).

Karena terlalu banyak mikir jauh-jauh, mikir buku-buku orang Yunani, sehingga akhirnya mikir tentang Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Akhirnya di antara kesimpulannya yang merupakan kekufuran adalah mereka menyatakan, "Biqidamil alam (alam ini qadim)," alam ini azali bersama Allāh Subhānahu wa Ta'āla,  ini tidak benar.

Dulu Allāh sendirian kemudian Allāh ciptakan alam.

Tapi kata mereka: Tidak, alam dulu azali, sudah ada bersama Allāh. Ini tidak benar.

Kata mereka: Sebagaimana manusia dengan bayangannya, di mana ada manusia, ada bayangannya langsung. Demikianlah antara Allāh dengan alam semesta. Jadi alam langsung ada bersama Allāh.

Ini tidak benar.

Allāh menjelaskan dalam Al Qur'ān, Allāh ciptakan langit dan bumi dalam waktu enam masa. Allāh ciptakan ini, Allāh ciptakan itu.

Kemudian dalam hadīts kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

كَانَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ

_"Dan dulu Allāh sendirian dan tidak ada suatu pun yang bersama Allāh (kemudian Allāh baru menciptakan).”_
 
(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 3191)

Jadi di zaman azali, Allāh sendirian, tidak ada satu makhluk pun yang bersama Allāh.

Barangsiapa yang meyakini ada makhluk bersama Allāh di zaman azali, maka dia telah menghilangkan sifat penciptaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan ini berarti kekufuran dalam tauhīd rubūbiyah.

Inilah salah satu sebab, kenapa a
Al Ghazali dalam kitabnya Tahāfutu Al Falāsifah mengkāfirkan orang-orang ahli filsafat, karena banyak di antara mereka yang berpendapat bahwa alam ini azali (sudah ada bersama Allāh). Dan ini merupakan kekufuran karena kelazimannya berarti Allāh tidak menciptakan.

Sungguh menakjubkan Ibnu Sina ini (saya membaca bukunya). Di antara keanehan dia, karena otaknya dia main. Dia mengatakan:

"Allāh hanya mengetahui ilmu secara global, yang secara detail Allāh tidak tahu."

Gara-gara ini dia dibantah oleh Al Ghazali.

Kenapa?

Karena dia punya syubhat, sehingga dia menyimpulkan bahwa Allāh hanya tahu global, adapun secara detail-detail Allāh tidak tahu dan ini tidak benar.

Padahal manusia saja tahu detail perbuatan dia. Hewan saja tahu detail perbuatan dia.

Kata dia: Allāh cuma tahu secara global, karena kalau tahu secara detail maka tidak layak bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla (ini kekufuran).

Intinya, orang yang mengatakan bahwasannya alam itu qadim, alam itu azali, maka ini orang yang mengingkari tauhīd rubūbiyah Allāh Subhānahu wa Ta'āla,  menghilangkan sifat penciptaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Di antara penyimpangan dalam tauhīd rubūbiyah adalah:

⑷ Mengaku ada Tuhan yang ganda.

Sebagaimana keyakinannya orang-orang Budha atau orang-orang Hindu, yang menyatakan bahwasannya Tuhan atau dewa utama ada tiga.

Dewa yang pertama, dewa pencipta (dewa Brahmana) kemudian ada dewa pemelihara, (dewa Wishnu) dan ada dewa perusak (dewa Siwa) 

Ada dewa-dewa yang lainnya, tetapi dewa yang paling top tiga ini. Ini kesyirikan.

Tuhan tidak pantas ganda karena secara logika tidak mungkin Tuhan itu ganda. 

إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍ بِمَا خَلَقَ

_"Kalau ada Tuhan ganda, maka masing-masing akan bertengkar, masing-masing punya anak buah sendiri-sendiri."_

(QS Al Mu'minūn: 91)

Sekarang kita bilang secara logika, kalau terjadi kerusakan alam semesta (contohnya) terjadi lumpur lapindo.

Tatkala terjadi kerusakan lumpur lapindo, siapa yang jago?

Dewa Siwa atau dewa Wishnu?

Tatkala itu dewa perusak yang jago, dewa Siwa, dewa Wishnu lagi mengalah.

Karena kalau dewa perusak ingin merusak dan dewa perbaikan ingin perbaikan maka ada tiga kemungkinan, satunya ingin merusak, satunya ingin memperbaiki, satunya ingin mematikan, satunya ingin menghidupkan.

Taruhlah dewa Siwa dan dewa Wishnu bertengkar gara-gara satu manusia, namanya si Atho' (misalnya), Atho' ini mati atau hidup. Kata dewa Siwa, "Saya matikan, karena dia perusak." Dewa Wishnu mengatakan, "Tidak, saya hidupkan, karena saya dewa pemelihara."

Maka ada tiga kemungkinan:

- Kemungkinan pertama sama-sama menang, kalau  sama-sama menang berarti bagaimana nasib si Atho' ini ? Hidup dan mati.

- Atau kedua-duanya sama-sama kalah, bagaimana nasibnya? Sama, hidup dan mati juga. Dan ini tidak mungkin, tidak mungkin menggabungkan dua yang kontradiksi.

- Tinggal kemungkinan ketiga, yang satu menang yang satu kalah. Yang menang itulah yang pantas jadi Tuhan.

Berarti kita katakan waktu terjadi kerusakan lumpur lapindo, dewa Wishnu kalah. Yang jadi jagoan dewa Siwa.

Waktu terjadi reboisasi, siapa yang menang? Dewa Wishnu.

Ini tidak cocok ada Tuhan seperti ini modelnya. Tuhan harusnya melakukan segala sesuatu. Tuhan yang Maha Esa.

Oleh karenanya saya katakan, satu-satunya agama yang mengajarkan tauhīd cuma Islām yang lainnya, semua adalah agama kesyirikan.

Adapun agama Budha, Budha-sidharta gautama, antum coba baca tentang sejarah kehidupan Budha. Sidharta Gautama manusia biasa dan tidak pernah dia menyatakan dalam lafal-lafalnya, "Saya sebagai Tuhan pencipta alam semesta."

Tidak ada dalam perkataan Budha, didapati pengakuan bahwasannya dia adalah sebagai Tuhan belakangan.

Jadi budha tidak pernah ngaku sebagai Tuhan, karena dia dilahirkan, kemudian dia meninggalkan kekayaan dan meninggalkan kemewahan, kemudian hidup bermeditasi, kemudian menjadi orang yang mengajarkan akhlak, yang menyuruh orang agar zuhud. Itulah hakikat budha, dia tidak pernah mengaku sebagai Tuhan. Belakangan ini orang menjadikan dia sebagai Tuhan.

Dia tidak pernah menciptakan, tidak pernah dalam sejarah Budha menciptakan lalat.

Dalam sejarah Budha antum baca, apakah Budha pernah menghidupkan orang mati jadi hidup?

Jawabannya tidak pernah. Maka dia tidak pernah mengaku sebagai Tuhan.

Kenapa sekarang bisa menjadi Tuhan?

Dan ajib, ada dewa-dewa lain selain Budha sekarang.

Ada seperti dewa Budha ketawa yang masih kecil. Ada dewa baru, Tuhan baru yang lagi ngetrend sekarang dan dewa-dewa yang lainnya. Dan antum lihat, Subhānallāh, bagaimana pun mereka melakukan kesyirikan, masih ada fitrah tauhīd.

Buktinya bagaimana pun banyak dewa, pasti ada bos dewa. Sampai saat saya pergi ke Medan, saya lihat patung besar, dibawahnya patung-patung kecil. Pasti ada bos patungnya dan inilah Tuhan yang paling hebat.

Oleh karenanya Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām waktu akan menghancurkan patung-patung, dia ingin membuat orang-orang itu berfikir. Maka dia hancurkan patung-patung yang kecil kemudian dia letakkan kapaknya di tangan patung yang besar.

Waktu mereka bertanya:

أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَٰذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ 

_"Apakah engkau yang melakukan (meghancurkan) patung-patung ini, wahai Ibrāhīm?"_

Nabi Ibrāhīm menjawab:

بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا 

_"Sebenarnya patung besar itu yang melakukannya."_

(QS. Al Anbiyā': 62-63)

Seakan-akan berkata: Pikirlah oleh kalian, Tuhan yang besar ini tidak mau ada Tuhan-tuhan kecil, dia yang paling berkuasa.

Tuhan harus Maha Esa. Sampai sekarang demikian, kalau ada Tuhan gede pasti ada Tuhan-tuhan kecil. Pasti ada Tuhan yang paling hebat di antara macam-macam Tuhan.

Oleh karenanya keyakinan yang diyakini oleh orang-orang Hindu atau orang-orang Budha merupakan kesyirikan yang tidak cocok dengan ke-Esa-an Pencipta alam semesta ini.

Wallāhu A'lam bishshawāb

Sampai sini saja apa yang bisa saya sampaikan.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

▪Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________