Laman

HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 5 DARI 6)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 20 Rabi’ul Awwal 1439 H / 08 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Rukun Iman Kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla (Bagian 05 dari 06)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0216
-----------------------------------

*HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 5 DARI 6)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita akan melanjutkan pembahasan kita dari buku Al Arba'in An Nawawiyyah.

Kemudian di antara orang-orang yang mengingkari tauhīd rubūbiyah, adalah

⑶ Sebagian ahli filsafat.

Dan di antara mereka adalah Ibnu Sina, sebagaimana dijelaskan oleh Al Ghazali dalam kitābnya Tahāfutu Al Falāsifah (Kerancuannya Orang-orang Ahli Filsafat).

Karena terlalu banyak mikir jauh-jauh, mikir buku-buku orang Yunani, sehingga akhirnya mikir tentang Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Akhirnya di antara kesimpulannya yang merupakan kekufuran adalah mereka menyatakan, "Biqidamil alam (alam ini qadim)," alam ini azali bersama Allāh Subhānahu wa Ta'āla,  ini tidak benar.

Dulu Allāh sendirian kemudian Allāh ciptakan alam.

Tapi kata mereka: Tidak, alam dulu azali, sudah ada bersama Allāh. Ini tidak benar.

Kata mereka: Sebagaimana manusia dengan bayangannya, di mana ada manusia, ada bayangannya langsung. Demikianlah antara Allāh dengan alam semesta. Jadi alam langsung ada bersama Allāh.

Ini tidak benar.

Allāh menjelaskan dalam Al Qur'ān, Allāh ciptakan langit dan bumi dalam waktu enam masa. Allāh ciptakan ini, Allāh ciptakan itu.

Kemudian dalam hadīts kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

كَانَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ

_"Dan dulu Allāh sendirian dan tidak ada suatu pun yang bersama Allāh (kemudian Allāh baru menciptakan).”_
 
(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 3191)

Jadi di zaman azali, Allāh sendirian, tidak ada satu makhluk pun yang bersama Allāh.

Barangsiapa yang meyakini ada makhluk bersama Allāh di zaman azali, maka dia telah menghilangkan sifat penciptaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan ini berarti kekufuran dalam tauhīd rubūbiyah.

Inilah salah satu sebab, kenapa a
Al Ghazali dalam kitabnya Tahāfutu Al Falāsifah mengkāfirkan orang-orang ahli filsafat, karena banyak di antara mereka yang berpendapat bahwa alam ini azali (sudah ada bersama Allāh). Dan ini merupakan kekufuran karena kelazimannya berarti Allāh tidak menciptakan.

Sungguh menakjubkan Ibnu Sina ini (saya membaca bukunya). Di antara keanehan dia, karena otaknya dia main. Dia mengatakan:

"Allāh hanya mengetahui ilmu secara global, yang secara detail Allāh tidak tahu."

Gara-gara ini dia dibantah oleh Al Ghazali.

Kenapa?

Karena dia punya syubhat, sehingga dia menyimpulkan bahwa Allāh hanya tahu global, adapun secara detail-detail Allāh tidak tahu dan ini tidak benar.

Padahal manusia saja tahu detail perbuatan dia. Hewan saja tahu detail perbuatan dia.

Kata dia: Allāh cuma tahu secara global, karena kalau tahu secara detail maka tidak layak bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla (ini kekufuran).

Intinya, orang yang mengatakan bahwasannya alam itu qadim, alam itu azali, maka ini orang yang mengingkari tauhīd rubūbiyah Allāh Subhānahu wa Ta'āla,  menghilangkan sifat penciptaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Di antara penyimpangan dalam tauhīd rubūbiyah adalah:

⑷ Mengaku ada Tuhan yang ganda.

Sebagaimana keyakinannya orang-orang Budha atau orang-orang Hindu, yang menyatakan bahwasannya Tuhan atau dewa utama ada tiga.

Dewa yang pertama, dewa pencipta (dewa Brahmana) kemudian ada dewa pemelihara, (dewa Wishnu) dan ada dewa perusak (dewa Siwa) 

Ada dewa-dewa yang lainnya, tetapi dewa yang paling top tiga ini. Ini kesyirikan.

Tuhan tidak pantas ganda karena secara logika tidak mungkin Tuhan itu ganda. 

إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍ بِمَا خَلَقَ

_"Kalau ada Tuhan ganda, maka masing-masing akan bertengkar, masing-masing punya anak buah sendiri-sendiri."_

(QS Al Mu'minūn: 91)

Sekarang kita bilang secara logika, kalau terjadi kerusakan alam semesta (contohnya) terjadi lumpur lapindo.

Tatkala terjadi kerusakan lumpur lapindo, siapa yang jago?

Dewa Siwa atau dewa Wishnu?

Tatkala itu dewa perusak yang jago, dewa Siwa, dewa Wishnu lagi mengalah.

Karena kalau dewa perusak ingin merusak dan dewa perbaikan ingin perbaikan maka ada tiga kemungkinan, satunya ingin merusak, satunya ingin memperbaiki, satunya ingin mematikan, satunya ingin menghidupkan.

Taruhlah dewa Siwa dan dewa Wishnu bertengkar gara-gara satu manusia, namanya si Atho' (misalnya), Atho' ini mati atau hidup. Kata dewa Siwa, "Saya matikan, karena dia perusak." Dewa Wishnu mengatakan, "Tidak, saya hidupkan, karena saya dewa pemelihara."

Maka ada tiga kemungkinan:

- Kemungkinan pertama sama-sama menang, kalau  sama-sama menang berarti bagaimana nasib si Atho' ini ? Hidup dan mati.

- Atau kedua-duanya sama-sama kalah, bagaimana nasibnya? Sama, hidup dan mati juga. Dan ini tidak mungkin, tidak mungkin menggabungkan dua yang kontradiksi.

- Tinggal kemungkinan ketiga, yang satu menang yang satu kalah. Yang menang itulah yang pantas jadi Tuhan.

Berarti kita katakan waktu terjadi kerusakan lumpur lapindo, dewa Wishnu kalah. Yang jadi jagoan dewa Siwa.

Waktu terjadi reboisasi, siapa yang menang? Dewa Wishnu.

Ini tidak cocok ada Tuhan seperti ini modelnya. Tuhan harusnya melakukan segala sesuatu. Tuhan yang Maha Esa.

Oleh karenanya saya katakan, satu-satunya agama yang mengajarkan tauhīd cuma Islām yang lainnya, semua adalah agama kesyirikan.

Adapun agama Budha, Budha-sidharta gautama, antum coba baca tentang sejarah kehidupan Budha. Sidharta Gautama manusia biasa dan tidak pernah dia menyatakan dalam lafal-lafalnya, "Saya sebagai Tuhan pencipta alam semesta."

Tidak ada dalam perkataan Budha, didapati pengakuan bahwasannya dia adalah sebagai Tuhan belakangan.

Jadi budha tidak pernah ngaku sebagai Tuhan, karena dia dilahirkan, kemudian dia meninggalkan kekayaan dan meninggalkan kemewahan, kemudian hidup bermeditasi, kemudian menjadi orang yang mengajarkan akhlak, yang menyuruh orang agar zuhud. Itulah hakikat budha, dia tidak pernah mengaku sebagai Tuhan. Belakangan ini orang menjadikan dia sebagai Tuhan.

Dia tidak pernah menciptakan, tidak pernah dalam sejarah Budha menciptakan lalat.

Dalam sejarah Budha antum baca, apakah Budha pernah menghidupkan orang mati jadi hidup?

Jawabannya tidak pernah. Maka dia tidak pernah mengaku sebagai Tuhan.

Kenapa sekarang bisa menjadi Tuhan?

Dan ajib, ada dewa-dewa lain selain Budha sekarang.

Ada seperti dewa Budha ketawa yang masih kecil. Ada dewa baru, Tuhan baru yang lagi ngetrend sekarang dan dewa-dewa yang lainnya. Dan antum lihat, Subhānallāh, bagaimana pun mereka melakukan kesyirikan, masih ada fitrah tauhīd.

Buktinya bagaimana pun banyak dewa, pasti ada bos dewa. Sampai saat saya pergi ke Medan, saya lihat patung besar, dibawahnya patung-patung kecil. Pasti ada bos patungnya dan inilah Tuhan yang paling hebat.

Oleh karenanya Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām waktu akan menghancurkan patung-patung, dia ingin membuat orang-orang itu berfikir. Maka dia hancurkan patung-patung yang kecil kemudian dia letakkan kapaknya di tangan patung yang besar.

Waktu mereka bertanya:

أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَٰذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ 

_"Apakah engkau yang melakukan (meghancurkan) patung-patung ini, wahai Ibrāhīm?"_

Nabi Ibrāhīm menjawab:

بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا 

_"Sebenarnya patung besar itu yang melakukannya."_

(QS. Al Anbiyā': 62-63)

Seakan-akan berkata: Pikirlah oleh kalian, Tuhan yang besar ini tidak mau ada Tuhan-tuhan kecil, dia yang paling berkuasa.

Tuhan harus Maha Esa. Sampai sekarang demikian, kalau ada Tuhan gede pasti ada Tuhan-tuhan kecil. Pasti ada Tuhan yang paling hebat di antara macam-macam Tuhan.

Oleh karenanya keyakinan yang diyakini oleh orang-orang Hindu atau orang-orang Budha merupakan kesyirikan yang tidak cocok dengan ke-Esa-an Pencipta alam semesta ini.

Wallāhu A'lam bishshawāb

Sampai sini saja apa yang bisa saya sampaikan.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

▪Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________