Laman

HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 4 DARI 6)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 19 Rabi’ul Awwal 1439 H / 07 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Rukun Iman Kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla (Bagian 04 dari 06)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0215
-----------------------------------

*HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 4 DARI 6)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita akan melanjutkan pembahasan kita dari buku  Al Arba'in An Nawawiyyah.

Di antara perkara yang menyimpang dari tauhīd rubūbiyah yang merupakan kekufuran adalah:

⑵ Mengingkari adanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla (mengingkari adanya Tuhan).

√ Seperti orang-orang dahriyin, yang menyatakan segala terjadi dengan sendirinya.

√ Seperti orang-orang atheis atau komunis yang menyatakan tidak ada Tuhan, semua terjadi dengan sendirinya.

√ Seperti sebagian ahli fisika (fisikawan) setelah mereka belajar masalah sains kemudian terbawa dan akhirnya mengingkari adanya Tuhan, seakan-akan kejadian alam terjadi dengan sendirinya, ada yang  namanya "sebab dan akibat".

Ini adalah perkara-perkara yang menakjubkan, kita dapati sebagian ahli sains, yaitu sebagian fisikawan, bagaimana mereka mengingkari adanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla, setelah mereka mengungkap teori-teori yang sangat menakjubkan. Melihat bagaimana berjalannya alam semesta yang begitu menakjubkan. Aturan-aturan alam semesta yang sangat menakjubkan.

Padahal, seharusnya mereka semakin berimān kepada Allāh.

Oleh karenanya Allāh berfirman:

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ

_"Kami akan nampakkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Kami, di cakrawala, di alam semesta dan juga pada diri-diri mereka, agar mereka tahu bahwasannya Al Qur'ān adalah benar."_

(QS Al Fushshilat : 53)

Allāh mengatakan:

 وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

_"Dan pada jiwa-jiwa kalian, apa kalian tidak melihat ?"_

(QS Adz Dzāriyāt: 21)

Allāh membuat aturan yang luar biasa. Dalam tubuh kita ini luar biasa, bagaimana aturan metabolisme, bagaimana peredaran darah, bagaimana organ pernafasan, semuanya menakjubkan.

Tidak mungkin terjadi dengan sendirinya, mustahil.

Bagaimana alam semesta, bagaimana beredarnya matahari-bulan, tidak mungkin berjalan dengan sendirinya.

Oleh karenanya takkala Abū Hanīfah berdebat dengan orang-orang atheis, kemudian sebelum berdebat, Abū Hanīfah mengatakan:

"Wahai kaum atheis, mari kita renungkan tentang sebuah kapal yang berjalan tanpa nahkoda. Kemudian merapat di sungai Dujjlah, kemudian menurunkan menurunkan barang-barangnya dengan sendirinya, kemudian dinaikkan lagi barang-barang yang baru dengan sendirinya kemudian berlabuh tanpa nahkoda. Mungkin atau tidak?"

Kata mereka: "Tidak mungkin."

Kata Imām Abū Hanīfah rahimahullāh:

"Bagaimana dengan alam semesta ini? Kenapa bisa berjalan dengan sendirinya?"

Tidak mungkin. Tidak mungkin semuanya dengan tiba-tiba atau tanpa sengaja atau kebetulan.

Oleh karenanya orang-orang atheis, Tuhan mereka adalah kebetulan.

Semuanya kata mereka kebetulan, padahal tidak demikian. Mereka membuat teori-teori yang khayalan mereka belum tentu benar teori-teori tersebut, kemudian mereka jadikan teori-teori tersebut untuk mengingkari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Semua teori-teori hanyalah hipotesa, dugaan, belum tentu benar.

Contohnya seperti mereka mengatakan penciptaan alam, banyak teori penciptaan alam.

Ada yang mengatakan dengan teori: ada dua benda besar, planet besar, satunya pecah kemudian beredar kepada yang satunya.

Jadilah edaran satu matahari, satu menjadi pecah kemudian menjadi beberapa planet.

Kenapa bisa pecah?

Kebetulan, semuanya kebetulan.

Kemudian teori big bang (misalnya), dulu alam semseta ini merupakan satu kesatuan yang suhunya panas. Kemudian terjadi ledakan, mengembang sedikit demi sedikit.

Jadilah alam semesta, kalau itu panas kenapa bisa muncul manusia?

Bagaimana munculnya?

Kebetulan, semuanya kebetulan.

Ada yang mengatakan bahwasannya kejadian alam semesta dulu ada lautnya kemudian ada proses, ada amoniak atau sesuatu senyawa kimia kemudian terkena petir, akhirnya senyawa kimia tersebut jatuh ke laut kemudian mulailah terjadi evolusi, ada yang jadi ikan paus, ada yang jadi ikan hiu, ada yang jadi kepiting, ada yang jadi kura-kura, ada yang keluar jadi gajah (keluar dari laut tersebut), ada yang keluar jadi manusia. Ini anak kecil aja tidak percaya. Kok bisa jadi berubah ini. Kalau senyawanya sama, kenapa keluarnya beda?

Jawabannya kebetulan.

Tuhan mereka kebetulan. Ini semua mustahil.

Kita bilang, kalau seandainya kita berimān dengan teori-teori antum (teori big bang atau teori pecahnya dua planet besar), yang buat planetnya pertama kali darimana? Jika teori big bang benar, yang buat materi pertama kali untuk jadi alam semesta ini dari mana datangnya?

Yang membuat suhunya panas dari mana?

Yang katanya tadi ada lautan, ada amoniak, ada petir, yang datangkan petirnya siapa?

Amoniaknya siapa?

Lautnya siapa?

Oleh karenanya aneh mereka ini. Tidak mungkin, mereka mengatakan tiba-tiba muncul dengan sendirinya. Ini tidak ilmiah yang menyatakan tiba-tiba muncul dengan sendirinya. Tiba-tiba berubah dengan sendirinya, tiba-tiba teratur dengan sendirinya, tidak ilmiah.

Kata mereka seperti orang menuliskan huruf-huruf yang banyak. Dengan banyak huruf-huruf, kemudian dimasukkan dalam kotak, kemudian dikeluarkan tatkala kita hamburkan tertulis tulisan. Kebetulan, semuanya kebetulan

İni tidak mungkin, secara logika tidak mungkin.

Seharusnya orang tatkala melihat aturan alam yang luar biasa, semakin yakin bahwasannya ada penciptanya. 

صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ

_"Ciptaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang menciptakan dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha  Mengetahui (Teliti) apa yang kamu kerjakan."_

(QS An Naml: 88)

Ciptaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla  yang mutqin dalam melakukan segala sesuatu. Yang aturannya muhkam, aturannya sangat indah, sangat teratur, aturan-aturan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya, mereka, orang-orang atheis, bagaimana pun mereka berusaha mengingkari Tuhan, namun tetap dalam nurani mereka mengakui adanya Tuhan.

Hanya kesombongan mereka yang membuat mereka mengingkari adanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mengingkari adanya pencipta.

Adapun masalah sebab dan akibat, sebagian orang-orang fisikawan mengatakan, "Tatkala kita mengetahui ada hukum sebab dan akibat, ya sudah."

Setelah mereka membuat teori, seakan-akan mereka membuat agar Allāh tidak punya peran, karena sudah terjadi hukum sebab-akibat.

Semua berjalan berdasarkan sunnatullāh, berjalan berdasarkan hukum sebab dan akibat.

Kita katakan, memang benar ada hukum sebab dan akibat dalam alam semesta ini, tetapi siapa yang membuat sebab?

Siapa yang menciptakan akibat?

Siapa yang menjalankan aturan ini?

Dia-lah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya kalau kita dapati dalam Al Qur'ān, Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga menyebutkan sebab dan akibat.

Seperti (misalnya) proses turunnya hujan dan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

_"Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran."_

(QS Al A'rāf: 57)

Allāh punya hukum sebab-akibat dalam alam semesta dan Allāh yang buat.

Allāh yang meniupkan angin, Allāh yang membuat awan menjadi berat, dengan sebab awan yang mendung ini Kami turunkan air. Setelah air turun, maka Kami keluarkan dari air tersebut segala macam tumbuh-tumbuhan, dengan sebab air hujan tersebut.

Ini menunjukkan bahwasannya memang ada hukum sebab-akibat. Namun yang perlu kita tanyakan kepada mereka, para ahli sains yang menolak adanya Allāh (adanya pencipta), siapa yang menciptakan sebab-akibat tersebut?

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ * أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ * لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرون

_"Tidakkah kalian memikirkan apa yang kalian minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami berkehendak, Kami akan jadikan air tersebut asin, mengapa kamu tidak bersyukur?"_

(QS Al Wāqi'ah: 68-70)

Kalau air hujan Allāh turunkan dalam keadaan asin, tewaslah kita semuanya, mau minum pakai air apa?

Allāh turunkan air hujan dengan begitu luar biasanya. Antum bayangkan jutaan atau miliaran atau trilyunan tetesan air hujan Allāh turunkan dari langit.

Tidak pernah bergabung ditengah jalan, air hujan tersebut, satu tetes sudah punya tugas untuk sampai satu titik diatas muka bumi, tidak mungkin dia melenceng.

Tiap tetes punya tugas. Seandainya tetesan itu bergabung (di langit), sebelum jatuh kebumi menjadi satu ember, akan jadi problem. Jatuh satu ember dari langit mengenai kepala kita, bahaya.

Apalagi terkena angin kemudian bergabung jadi seperti satu mobil atau satu rumah kemudian jatuh, maka akan menjadi musibah.

Tetapi Allāh inginkan satu tetes jatuh kesatu titik diatas muka bumi.

"Kalau Kami berkehendak, (kata Allāh), Kami jadikan air hujan tersebut menjadi asin."

 أَفَرَأَيْتُمُ النَّارَ الَّتِي تُورُونَ * أَأَنْتُمْ أَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَا أَمْ نَحْنُ الْمُنْشِئُونَ

_"Maka pernahkah kamu perhatikan tentang api yang kamu nyalakan (dengan kayu)? Kamukah yang menumbuhkan kayu itu ataukah Kami yang menumbuhkan?"_

(QS Al Wāqi'ah: 71-72)

Tidakkah kalian renungkan tentang api yang kalian nyalakan?

Orang lupa, dia bisa nyalakan api, dengan api tersebut, dia bisa memasak masakan, dia bisa menghangatkan dirinya.

Darimana dia bisa mendapatkan api (bakar api)?

Yang tumbuhkan pohonnya siapa ?

Meskipun dia bisa menemukan tekhnologi membuat api, Allāh bilang, "Yang bikin pohonnya siapa?"

Oleh karenanya manusia jangan lupa diri. Apapun penemuan yang dia lakukan, apapun inovasi yang dia temukan, semuanya bahannya dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Bahkan teori big bang, teori-teori yang lainnya, semuanya harus ada materinya dulu.

Materinya darimana? Seandainya kita benarkan teori-teori tersebut.

Oleh karenanya mereka, orang-orang atheis, Tuhan mereka adalah kebetulan. Semuanya terjadi dengan kebetulan.

Wallāhu A'lam bishashawāb

Sampai sini saja apa yang bisa saya sampaikan.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

▪Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 3 DARI 6)

HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 3 DARI 6)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 18 Rabi’ul Awwal 1439 H / 06 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Rukun Iman Kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla (Bagian 03 dari 06)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0214
-----------------------------------

*HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 3 DARI 6)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita akan melanjutkan pembahasan kita dari buku  Al Arba'in An Nawawiyyah.

Saya akan menyebutkan penyimpangan-penyimpangan, baik kekufuran maupun kesyirikan, yang berkaitan dengan tauhīd ar rubūbiyah yang dilakukan oleh manusia-manusia yang mereka menyimpang dari tauhīd rubūbiyah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Di antara penyimpangan dalam tauhīd ar rubūbiyah adalah:

⑴ Adanya yang mengaku sebagai tuhan.

Ini jelas kekufuran dan tidak dikenal orang mengaku sebagai tuhan kecuali Fir'aun dan raja Namrud, dua-duanya pernah mengaku sebagai tuhan.

Adapun raja Namrud tatkala bertemu dengan Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan dalam Al Qur'ān:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتٰهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ 

_"Tidakkah engkau memperhatikan *orang / raja Namrud* yang mendebat Nabi Ibrāhīm tentang ke-Esa-an Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena telah memberikan kepadanya pemerintahan (kekuasaan)._

_Ketika Nabi Ibrāhīm mengatakan:_

_“Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan.”_

_Diapun berkata:_

_“Aku dapat menghidupkan dan mematikan."_

_Nabi Ibrāhīm berkata:_

_“Sesunguhnya Allāh menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat."_

_Lalu heran dan terdiamlah orang kafir itu._

(QS Al Baqarah:  258)

Orang ini sombong, tatkala diberi kekuasaan dia lupa diri, sehingga tatkala semua orang tunduk sama dia. Anak buahnya semuanya tunduk sama dia dan apa yang dia ucapkan semuanya dikerjakan, tidak ada yang membantah dia maka timbul dalam perasaanya, dialah Tuhan.

Dia bebas melakukan apa saja, dia lupa diri, sehingga dia merasa dirinya sebagai Tuhan.

√ Dia lupa dia dulu kecil,
√ Dia lupa dia buang air.
√ Dia lupa dia sakit.

Manusia demikian sifatnya.

√ Dia sakit,
√ Dia buang air,
√ Dia kelaparan.

Apakah Tuhan seperti itu?

Namun karena kesombongannya membuat dia lupa diri. Maka dia berdebat dengan Nabi Ibrāhīm.

Nabi Ibrāhīm mengatakan:

 رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ 

_"Tuhanku bisa menghidupkan dan mematikan."_

Kalau kamu Tuhan, kamu harusnya bisa menghidupkan dan mematikan. Tentunya tidak ada yang bisa menghidupkan dan mematikan, kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Namun raja Namrud ini dia ngeles, dia mengatakan, "Saya juga bisa, saya bisa menghidupkan dan mematikan."

Bagaimana caranya?

Dia memanggil dua orang yang dipenjara, lalu dia mengatakan, "Ini dua-duanya saya hukum mati." Yang satunya dimatikan, yang satunya dilepaskan (jadi hidup). Itulah menghidupkan dan mematikan.

Namun karena dia ingin mendebat Nabi Ibrāhīm, dia datangkan hujjah seperti itu.

Perdebatan yang berikutnya, Nabi Ibrāhīm tidak membantah, "Ini orang bahlul, biarkan saja lah." Nabi Ibrāhīm tidak menggatakan, "Bukan itu maksud saya."

Kemudian Nabi Ibrāhīm mengatakan:

فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ

_"Tuhanku Allāh menerbitkan matahari dari Timur."_

فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ

_"(Kalau engkau Tuhan) kau harusnya bisa menerbitkan matahari dari barat."_

Dan ini adalah konsekuensi Tuhan.

√ Tuhan yang mengatur segala alam semesta.
√ Tuhan yang mengatur sebab dan akibat.
√ Tuhan yang mengatur sunnatullāh.

Tatkala Tuhan yang mengatur, Dia (Tuhan)  bisa merubah aturan tersebut.

Oleh karenanya Allāh akan merubah aturan tersebut tatkala menjelang hari kiamat. Karena Allāh yang membuat aturan tersebut.

⇒ Allāh yang membuat sebab dan akibat dan Allāh bisa merubah sebab dan akibat.

Api yang harusnya membakar, Allāh rubah menjadi dingin.

Tatkala mereka melemparkan Nabi Ibrāhīm kedalam api, maka Allāh mengatakan:

 يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ 

_"Wahai api, jadilah kau dingin dan keselamatan bagi Ibrāhīm."_

(QS Al Anbiyyā': 69)

Kenapa?

Karena Allāh yang menciptakan api, yangvmerupakan sebab untuk membakar. Karena Dia-lah (Allāh) yang menciptakan, Dia (Allāh) bisa merubah aturan tersebut.

Oleh karenanya timbullah yang namanya mu'zijāt-mu'zijāt.

Mu'zijāt artinya apa?

Mu'zijāt artinya perubahan aturan, (misalnya) tiba-tiba air bisa keluar dari tangan manusia. Ini tidak sesuai dengan aturan yang seharusnya.

Tapi tiba-tiba air bisa keluar dari tangan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Tiba-tiba Nabi (shallallāhu 'alayhi wa sallam) bisa pergi ke langit, bisa bergerak dalam waktu yang singkat.

Semuanya ini mu'zijāt-mu'zijāt (perubahan aturan), yang Allāh menghendaki perubahan tersebut dan Allāh mampu, karena Dia (Allāh) yang telah membuat aturan.

"Kalau kamu Tuhan, wahai Namrud, harusnya kau bisa merubah aturan, kau bisa menerbitkan matahari dari Barat menuju Timur."

Kata Allāh:

 فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ 

_"Maka diapun terdiam (binggung) tidak bisa berbicara."_

Kemudian di antara yang pernah mengaku Tuhan adalah Fir'aun.

Fir'aun pun demikian, sebagian ulamā menjelaskan, Fir'aun tatkala mengaku Tuhan bertahap, kerusakannya bertahap.

Sama, tatkala dia diberi kekuasaan, seluruh perkataannya didengar, seluruh perintahnya terjadi, apa yang dia lakukan terjadi, apa yang dia larang tidak dilakukan. Maka timbul kesombongan dalam dirinya, merasa dirinya sebagai Tuhan.

Iblīs menghiasi perbuatannya, iblīs menjerumuskannya dia sedikit demi sedikit.

Pertama kali dia merasa Tuhannya orang Mesir, dia mengatakan:

 يَـٰقَوْمِ أَلَيْسَ لِى مُلْكُ مِصْرَ وَهَـٰذِهِ ٱلْأَنْهَـٰرُ تَجْرِى مِن تَحْتِىٓ ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

_(Fir’aun) berseru, “Wahai kaumku, bukankah ini kerajaan Mesir milik saya ? Dan sungai-sungai ini mengalir di bawahku. Apa kalian tidak melihat ?"_

(QS Az Zukhruf: 51)

Kata sebagian ahli tafsir, pertama kali Fir'aun, dia mengaku sebagai raja Mesir, bukan raja dunia, bukan Tuhan dunia.

Pertama kali dia mengaku sebagai Tuhan Mesir. Kemudian berjalan, perlahan demi perlahan, syaithān semakin menjerumuskan dia, lama-lama dia merasa adalah Tuhan yang paling top.

Maka dia mengatakan, "Aku adalah Tuhan, aku yang paling top, yang paling tinggi."

Makanya Allāh mengatakan:

فَأَخَذَهُ ٱللَّهُ نَكَالَ ٱلْـَٔاخِرَةِ وَٱلْأُولَىٰٓ

_"Maka Allāh mengadzābnya dengan adzāb di akhirat dan adzāb di dunia."_

(QS Nāzi'āt: 25)

Allāh mengadzāb dia (Fir'aun) gara-gara kekufurannya yang pertama dan yang kedua.

√ Yang pertama mengaku sebagai Tuhannya orang Mesir. 
√ Yang kedua mengaku sebagai Tuhan yang paling top (diantara tuhan-tuhan yang lain).

Dan orang yang paling tahu Fir'aun pendusta adalah dia sendiri. Dia yang paling tahu dia itu pendusta.

Dia tahu bahwasannya dia manusia, dia lapar, dia sakit, dia buang air. Dulu dia tidak ada kemudian dilahirkan. Dia tahu bahwasannya dia dulu kecil (tidak bisa apa-apa), dia tahu bahwasannya tubuhnya mulai menua, dia tahu bahwasannya dia bukan Tuhan dan dia tahu dia bakalan mati.

Tetapi karena kesombongan dan kecongkakkan yang membuat dia kemudian mengaku sebagai Tuhan.

Oleh karenanya, Allāh menyebutkan sebenarnya Fir'aun mengaku adanya Allāh. 

Dalam dua ayat Allāh sebutkan, ayat yang pertama kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

 وَجَحَدُوا۟ بِهَا وَٱسْتَيْقَنَتْهَآ أَنفُسُهُمْ ظُلْمًۭا وَعُلُوًّۭا ۚ

_"Mereka (Fir'aun dan para pengikutnya)  mengingkari mu'zijāt-mu'zijāt Nabi Mūsā padahal hati-hati mereka meyakini kebenaran Nabi Mūsā."_

(QS An Naml: 14)

Kenapa mereka mengingkari?

Kata Allāh, karena kezhāliman dan karena kesombongan.

Bahkan tatkala Nabi Mūsā berdialog dengan Fir'aun, Nabi Mūsā mengatakan: 

لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ

_"(Wahai Fir'aun), sungguh kau telah mengetahui, tidak ada yang menurunkan mu'zijāt ini, kecuali pencipta langit dan bumi (kecuali Allāh) sebagai bukti yang nyata."_

(QS Al Isrā': 102)

Nabi Mūsā tidak bohong, Nabi Mūsā mengatakan, "Sungguh engkau telah tahu wahai Fir'aun."

Tapi Fir'aun mengatakan, "Saya tidak tahu (dia sombong)."

وَمَا رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ

_"Siapa pencipta alam semesta ?"_

(QS Asy Syu'arā: 23)

Dia pura-pura tidak tahu karena kesombongannya, oleh karenanya tatkala akan meninggal dunia, dia mengucapkan, "Lā ilāha illallāh."

Allāh mengatakan:

إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ 

_"Tatkala dia akan tenggelam maka dia mengatakan, aku berimān bahwasannya tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali sesembahannya Banī Isrāil (Allāh Subhānahu wa Ta'āla) dan aku termasuk orang yang berserah diri (kepada Allāh).”_

(QS Yūnus: 90)

Namun Allāh tidak menerima taubatnya.

Allāh mengatakan:

آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِين
 
_"Sekarang baru engkau sadar wahai Fir'aun, sebelumnya kau termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan."_

(QS Yūnus: 91)

Ini di antara dua orang yang disebutkan oleh Allāh mengaku sebagai Tuhan.

Mungkin ada orang-orang yang juga mengaku sebagai Tuhan selain itu. Sampai disebutkan, ada beberapa orang yang dipenjara, karena terlalu lama dipenjara akhirnya  mereka stress.

Sampai akhirnya ada satu orang mengaku sebagai Tuhan. Ada satu mengaku sebagai nabi. Maka mulailah nabi itu berdakwah, "Saya nabi, saya diutus."

Satunya mengaku sebagai Tuhan, akhirnya mereka lapor kepada ini Tuhan, "Wahai Tuhan, itu ngaku sebagai nabi", Katakan kepada dia, "Belum waktunya saya utus." Ini gara-gara stress.

Intinya, merupakan perkara yang sangat konyol adalah mengaku sebagai Tuhan.

Dan akan ada yang mengaku sebagai Tuhan diakhir zaman, yaitu Dajjāl, yang Allāh turunkan sebagai fitnah.

Allāh munculkan sebagai fitnah dan Allāh berikan dia kemampuan, sebagian kemampuan yang sangat hebat. Dia bisa menurunkan hujan, bisa menumbuhkan tanah yang tandus, bisa menghidupkan yang mati, kemudian dia mengaku sebagai Tuhan. Itu pun dia punya kekurangan.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

إِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ

_"Sesungguhnya Rabb kalian tidak buta sebelah."_

(HR Bukhari nomor 7409)

Adapun Dajjāl matanya buta sebelah (kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam). Kalau dia Tuhan kenapa dia tidak bisa perbaiki matanya?

Ini menunjukkan dia bukan Tuhan. Sehingga orang melihat dari sisi kesaktiannya, lupa bahwasanya tubuh dia saja cacat. Apakah Tuhan cacat? Ini tidak pantas.

Orang-orang biasa saja tidak cacat, kok Tuhan cacat. Ini suatu perkara yang menyimpang dari tauhīd rubūbiyah.

Wallāhu A'lam bishshawāb

Sampai sini saja apa yang bisa saya sampaikan.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

▪Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 2 DARI 6)

HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 2 DARI 6)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 17 Rabi’ul Awwal 1439 H / 05 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Rukun Iman Kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla (Bagian 02 dari 06)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0213
-----------------------------------

*HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 2 DARI 6)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita akan melanjutkan pembahasan kita dari buku Al Arba'in An Nawawiyyah.

Kita akan membahas Ke-Esa-an Allāh dalam rubūbiyah-Nya, dalam penciptaan-Nya, dalam pemilikan-Nya alam semesta, dan dalam pengaturan alam semesta.

Apa yang dimaksud dengan tauhīd ar rubūbiyah?

Tauhīd ar rubūbiyah (artinya) meyakini bahwasannya Allāh Maha Esa. Tidak ada yang menyertai Dia, dalam penciptaan, dalam pemilikan alam semesta dan dalam pengaturan alam semesta.

√ Hanya Allāh satu-satunya yang menciptakan alam semesta ini.
√ Hanya Allāh satu-satunya yang memiliki alam semesta ini (menguasai alam semesta).
√ Hanya Allāh satu-satunya yang mengatur alam semesta ini.

Barangsiapa yang tidak meyakini ke-Esa-an Allāh dalam tiga perkara ini (pemilikan, penciptaan dan pengaturan) maka dia telah terjerumus kedalam kesyirikan atau telah terjerumus dalam kekufuran.

Adapun dalīl-dalīl tentang Allāh Maha Pencipta segala sesuatu terlalu banyak, dalam Al Qur'ān dan juga dalam hadīts-hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan tidak ada yang menciptakan kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dalam ayat (misalnya) Allāh berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ 

_"Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan maka dengarkanlah.”_

 إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ
 
_"Sesungguhnya, sesembahan-sesembahan yang kalian sembah selain Allāh tidak mungkin menciptakan seekor lalat meskipun mereka bersatu padu untuk menciptakan seekor lalat."_

وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ 

_"Kalau seandainya lalat tersebut datang mengambil sesuatu dari mereka, maka mereka tidak akan mampu untuk mengambil lagi cairan yang sudah diambil lalat tersebut (tidak mungkin). Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah."_

(QS Al Hajj: 73)

==> Mereka sedang minum sirup misalnya, tiba-tiba lalat datang menghirup sirup tersebut atau mereka sedang meletakkan sesajen di sesembahan mereka, di patung-patung mereka, tahu-tahu lalat datang meminum dari sesajen tersebut. Apakah mereka bisa mengeluarkan?

Tidak akan bisa mereka melakukannya.

Kemudian Allāh mengatakan:

مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ 

_"Mereka tidak mengagungkan Allāh dengan sebenar-benarnya, sesungguhnya Allāh Maha Kuat, Maha Perkasa."_

(QS. Al Hajj : 74)

Orang-orang yang berbuat kesyirikan, yang mengambil sesembahan-sesembahan selain Allāh, mereka tidak mengagungkan Allāh sebagaimana mestinya.

Sesembahan-sesembahan mereka tidak akan mampu menciptakan seekor lalat. Suruh seluruh sesembahan berkumpul, baik Nabi 'Īsā 'alayhissallām yang disembah oleh orang-orang Nashrāni, baik malāikat yang disembah oleh sebagian kaum musyrikin, baik budha, baik dewa-dewa, semuanya  berkumpul untuk menciptakan seekor lalat, mereka tidak akan mampu.

Mereka tidak akan mampu kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dalam hadīts qudsi yang diriwayatkan Imām Al-l Bukhāri, tatkala Allāh mencela orang-orang yang membuat patung-patung makhluk bernyawa:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذَهَبَ يَخْلُقُ كَخَلْقِي، فَلْيَخْلُقُوا حَبَّةً، وَلْيَخْلُقُوا ذَرَّةً

_"Siapa yang lebih zhālim dari orang-orang yang membuat seperti ciptaan Ku? Oleh Karena itu cobalah mereka membuat biji atau zarrah."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 5953)

"Siapa yang lebih zhālim dari orang-orang yang membuat seperti ciptaan Ku?" (Orang yang membuat patung-patung).

Kemudian kata Allāh:

"Kalau mereka mampu, ciptakanlah sebuah biji, tidak perlu membuat lalat, lalat adalah hewan yang hina, tetapi kalian tidak bisa membuatnya, janganlah membuat lalat tetapi buatlah sebuah biji, mampu tidak mereka membuat biji?"

Apabila seluruh manusia berkumpul di alam semesta ini, untuk membuat sebuah biji lalu meletakan biji tersebut ditanah kemudian biji tersebut tumbuh, ini tidak mungkin (mustahil).

Tidak ada yang bisa menciptakan sebuah biji yang apabila diletakkan di tanah kemudian tumbuh tunas, kemudian menjadi pohon, tidak akan ada yang bisa.

Kata Allāh:

"Demikian juga silahkan buat semut kecil kalau bisa (semut dengan bentuknya, dengan kakinya, dengan kekuatannya), tidak ada yang bisa."

Oleh karenanya Allāh mengatakan:

مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ 

_"Mereka tidak mengagungkan Allāh sebagaimana semestinya."_

(QS Al An'ām : 91)

Allāh mengatakan:

 أَمْ جَعَلُوا۟ لِلَّهِ شُرَكَآءَ خَلَقُوا۟ كَخَلْقِهِۦ فَتَشَـٰبَهَ ٱلْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ

_"Apakah mereka menjadikan syurakā (ahli-ahli sesembahan-sesembahan selain Allāh) yang bisa menciptakan sebagaimana ciptaan Allāh, sehingga kemudian mereka bingung, mana ciptaan Allāh dan mana ciptaan sesembahan-sesembahan mereka?"_

(QS Ar R'ad: 16)

Asalnya sesembahan-sesembahan tidak bisa menciptakan. Bagaimana kemudian ciptaan bisa menyamai ciptaan Allāh ?

Tidak mungkin.

Oleh karenanya, kita meyakini bahwasanya tidak ada yang menciptakan di alam semesta ini kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jika tidak ada yang menciptakan di alam semesta ini kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla, berarti tidak ada yang menguasai alam semesta ini kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dia-lah penguasa alam semesta ini.

Karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ * وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ 

_Katakanlah, "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.”_

_"Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu.”_

(QS Sabā' : 22-23)

Bahkan dalam ayat yang lain, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

 وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ

_"Sesembahan-sesembahan yang kalian sembah selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tidak memiliki dari alam semesta ini meskipun setipis qithmīr."_

(QS Fāthir: 13)

⇒ Kalau seseorang makan kurma, diambil bijinya, ada kulit ari tipis, itulah qithmīr.

Kata Allāh, "Tidak ada yang memiliki ini kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla, karena Allāh yang menciptakan (tidak ada yang bisa menciptakan ini)."

Kata Allāh:

 وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ

_"Mereka yang kalian sembah selain Allāh tidak memiliki meskipun hanya kulit ari seperti ini."_

Kata Allāh:

لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍۢ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِن شِرْكٍۢ وَمَا لَهُۥ مِنْهُم مِّن ظَهِيرٍۢ

_"Tidak ada yang mereka miliki, sekecil apapun, baik di langit maupun di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran serta dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada diantara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya."_

(QS Sabā' : 22)

Mungkin ada yang terbetik dalam pikirannya, "Seseorang tidak ikut mencipta tetapi bisa ikut memiliki."

Ada orang yang bukan dia yang bangun rumah, tapi dia ikut punya saham sehingga dia ikut memiliki rumah tersebut, kata Allāh, "Tidak!"

Mereka sama sekali tidak punya andil, tidak ikut serta dalam pemilikan, tidak ada. Karena mereka tidak punya saham, dan sama sekali Allāh Subhānahu wa Ta'āla  tidak ada yang membantu dalam penciptaan alam semesta.

Jangan kita terpikirkan Allāh butuh bantuan untuk menciptakan alam semesta ini. Tidak ada sama sekali.

Semuanya perkara mudah. 

إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

_"Jika Allāh menghendaki sesuatu maka Allāh mengatakan jadi maka jadilah."_

(QS Yāsīn : 82)

Perkaranya sangat mudah bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla, oleh karenanya, tidak ada yang menguasai alam semesta ini kecuali Allāh, sebagaimana tidak ada yang mencipta alam semesta ini kecuali Allāh.

Allāh Maha Esa dalam penciptaan dan Allāh Maha Esa dalam kepemilikan alam semesta, dan yang ketiga Allāh Maha Esa dalam pengaturan.

Kata Allāh:

 يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ

_"Allāh yang mengatur seluruh yang terjadi di alam semesta ini."_

(QS Yūnus: 3)

Semuanya diatas pengaturan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, memang ada para malāikat (malāikat gunung, malāikat hujan, malāikat awan, malāikat pencabut nyawa), tetapi semuanya atas perintah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tidak ada malāikat yang bergerak sendiri, mereka menunggu perintah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

 لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ 

_"Mereka tidak pernah membangkang apa yang Allāh perintahkan kepada mereka dan mereka melakukan apa yang mereka diperintahkan."_

(QS At Tahrīm : 6)

Ini sifat-sifat malāikat, memang benar ada malāikat hujan, ada malāikat gunung, namun mereka (para malāikat) tidak punya hak untuk mengatur, mereka hanya menjalankan perintah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya satu-satunya yang mengatur seluruh kejadian dialam semesta ini adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sampai jatuhnya daun dari pohon pun Allāh yang ngatur, semuanya.

Tidak ada suatupun gerakan dialam semesta ini kecuali dibawah pengaturan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dan tidak ada yang keluar dari kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena Dialah pencipta alam semesta ini, satu-satunya.

√ Maha Esa dalam penciptaan,
√ Maha Esa dalam penguasaan alam semesta, dan
√ Maha Esa dalam pengaturan alam semesta.

Ini aqidah kaum muslimin tentang Allāh dalam tauhīd ar rubūbiyah.

Wallāhu A'lam bishshawāb

Sampai sini saja apa yang bisa saya sampaikan.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

▪Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 0/1 DARI 6)

HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 0/1 DARI 6)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 16 Rabi’ul Awwal 1439 H / 04 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Rukun Iman Kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla (Bagian 01 dari 06)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0212
-----------------------------------

*HADITS KEDUA ARBA'IN NAWAWI - PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA (BAGIAN 0/1 DARI 6)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita akan melanjutkan pembahasan kita dari buku Al Arba'in An Nawawiyyah.

Telah kita sampaikan pengajian  syarah dari hadīts Jibrīl.

Tatkala Jibrīl datang kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam dan bertanya tentang perkara-perkara agama.

Di antaranya Jibrīl bertanya tentang masalah imān, di mana Jibrīl mengatakan:

يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ

_"Wahai Muhammad, kabarkanlah aku tentang keimānan."_

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan rukun imān:

اْلإِيْمَانِ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَر

_Imān adalah engkau:_

_⑴ Berimān kepada Allāh,_
_⑵ Berimān kepada para malāikat,_
_⑶ Berimān kepada kitāb-kitāb Allāh,_
_⑷ Berimān kepada para rasūl,_
_⑸ Berimān kepada hari kiamat, dan_
_⑹ Berimān kepada taqdir (taqdir yang baik maupun taqdir yang buruk)._

Oleh karenanya pada kesempatan ini kita akan memulai membahas tentang rukun imān (satu persatu), enam rukun imān akan kita bahas.

Dan pada pertemuan yang pertama ini kita akan membahas sebagian daripada rukun: الإيـمـان بـالله karena rukun imān yang pertama adalah "al Imānu billāh" (berimān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla).

⇒ Ini adalah rukun yang paling pokok (yang paling azas), berimān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Berimān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, adalah:

⑴ Berimān tentang adanya wujud Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Akan tetapi berimān dengan adanya wujud Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak cukup untuk menjadikan seorang itu muslim atau menjadikan seorang itu mukmin.

Karena kita tahu, banyak orang-orang kāfir, kaum musyrikin yang mereka berimān akan adanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

√ Orang-orang Yahūdi, mereka berimān kepada Allāh.
√ Orang-orang Nashrāni mereka berimān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Mereka tahu Allāh itu ada. Makanya saya katakan kalau berimān kepada Allāh tidak cukup hanya mengetahui Allāh itu ada, tetapi ada hal-hal lain yang harus ditambah dalam berimān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kalau berimān hanya berimān mengakui adanya Allāh, maka iblīs pun mengakui adanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian Fir'aun juga mengakui adanya Allāh, kemudian orang-orang Yahūdi, orang-orang Nashrāni, tapi mereka semuanya dihukumi sebagai orang-orang kāfir di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya tidak cukup hanya dengan berimān adanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ada perkara-perkara yang lain yang harus kita imāni berkaitan dengan Allāh, (yaitu)  berimān bahwasannya Allāh Maha Esa,

وَإِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ

_"Dan Tuhan kalian adalah Tuhan yang Satu (Maha Esa)."_

(QS Al Baqarah: 163)

 قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

_"Katakanlah bahwasannya Allāh Maha Esa."_

(QS Al Ikhlās: 1)

√ Maha Esa dalam rubūbiyah-Nya (الربوبية)
√ Maha Esa dalam ulūhiyah-Nya (الألوهية) dan
√ Maha Esa dalam asmā wa shifāt-Nya (الأسماء والصفات) .

Dan inilah yang akan kita bahas, tentang ke-Esa-an Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam rubūbiyah-Nya, dalam ulūhiyah-Nya dan dalam asmā wa shifāt-Nya.

Dan ini adalah metode para ulamā tatkala menjelaskan tentang keimānan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Para ulamā membuat pengajaran, untuk mempermudah pengajaran maka mereka membagi ke-Esa-an Allāh menjadi tiga.

⑴ Ke-Esa-an Allāh dalam rubūbiyah-Nya,
⑵ Ke-Esa-an Allāh dalam ulūhiyah-Nya,
⑶ Ke-Esa-an Allāh dalam asmā dan shifāt-Nya.

Dan akan kita jelaskan masing-masing dari maksud ini.

Dan pembagian ini adalah sekedar metode untuk memudahkan pengajaran. Memang tidak pernah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyatakan, "Ketahuilah para shahābatku, bahwasannya Ke-Esa-an Allāh terbagi menjadi tiga," tidak pernah.

Ini hanya sekedar metode pengajaran, tatkala para ulamā memperhatikan hadīts-hadīts dan memperhatikan ayat-ayat Allāh maka mereka berkesimpulan bahwasannya pembahasan tentang Ke-Esa-an Allāh, kembali kepada tiga pembahasan ini.

⑴ Ke-Esa-an dalam penciptaan,
⑵ Ke-Esa-an Allāh dalam penyembahan (tidak boleh disembah kecuali Allāh), dan
⑶ Ke-Esa-an Allāh dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya (tidak boleh ada yang menyamai Allāh).

Ini hanya sekedar untuk memudahkan pengajaran.

Sebagaimana tatkala para ulamā mengatakan hukum fiqih ada lima, ada namanya harām, wajib, mubah, makruh dan sunnah.

Padahal Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah menyatakan, Ketahuilah para shahābatku, bahwasannya hukum fiqih ada lima."

Tetapi para ulamā setelah meneliti hadīts-hadīts nabi, meneliti ayat-ayat Allāh, meneliti hukum-hukum yang berkaitan dengan hukum fiqih, maka mereka mengambil kesimpulan bahwasanya hukum fiqih ada lima.

Oleh karenanya pembagian ini hanya sekedar metode.

Kita dapati sebagian ulamā membagi tauhīd menjadi dua. Ada yang membagi,

⑴ Tauhīd ilmi wa ma'rifah dan
⑵ Tauhīd thalaq.

Namun maksudnya sama, (maksudnya)  bahwasannya;

⑴ Allāh harus Maha Esa, dalam penciptaan (tidak ada yang boleh menyertai Allāh dalam penciptaan),
⑵ Allāh harus Maha Esa, dalam peribadatan tidak boleh ada dzat lain yang disembah kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
⑶ Allāh Maha Esa dalam asmā dan shifāt-Nya, tidak ada yang sifatnya seperti sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ada juga yang membagi menjadi empat, oleh karenanya pembagian tidak jadi masalah, angka-angka tidak jadi masalah. Yang penting maksud dari tujuannya.

Oleh karenanya kita dapati, ada sebagian yang membagi tauhīd menjadi pembagian yang lain.

Seperti pembagian tauhīd mengatakan;

⑴ Tauhīd al 'ammah, tauhīdnya orang-orang umum.
⑵ Tauhīdul khashshā , tauhīdnya orang-orang khusus.
⑶ Tauhīd khashatil khasha, tauhīdnya orang-orang super khusus.

Ini juga membagi menjadi tiga. Kita katakan pembagian tidak jadi masalah. Jangan, seperti ada orang yang bahlul, kemudian mengatakan, "Jangan tauhīd dibagi menjadi tiga, sama seperti trinitasnya orang-orang Nashrāni, " İni tidak nyambung.

Apakah semua yang angkanya tiga kemudian kita katakan trinitas?

Tidak demikian. Ini sekedar metode dalam memudahkan kita belajar.

Sebagaimana tatkala orang-orang mempelajari bahasa Arab, dikatakan bahwasannya kalimat terbagi menjadi tiga. Ada namanya Huruf, ada namanya Isim (kata benda) dan ada namanya Fiil (kata kerja).

Apakah kemudian tatkala menjadi tiga kemudian sama dengan trinitas? Ini tidak benar.

Oleh karenanya yang akan saya sampaikan ini hanya sekedar metode untuk memahami.

Pembagian menjadi tiga ini ternyata kita dapati dari perkataan ulamā salaf dahulu. Kita bisa mengambil kesimpulan dari perkataan Abū Hanīfah, Abū Yūsuf, Ibnu Bathah, dan ulamā yang lainnya yang menjelaskan bahwasannya tauhīd, pembahasan tentang Allāh, Ke-Esa-an Allāh berporos pada tiga perkara.

⑴ Ke-Esa-an Allāh dalam rubūbiyah -Nya,
⑵ Ke-Esa-an Allāh dalam ulūhiyah-Nya, dan
⑶ Ke-Esa-an Allāh dalam asmā dan shifāt-Nya.

Wallāhu A'lam bishawāb.

Sampai sini saja apa yang bisa saya sampaikan.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

▪Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

Tafsir Surat Al Masad Bagian 3

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 13 Rabi’ul Awwal 1439 H / 01 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al Kāfirūn, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 07)
📖 Tafsir Surat Al Lahab bagian 03
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0207
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita lanjutkan dari tafsir Juz'amma surat Al Masad,

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

Allāh mengatakan:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

_"Celaka kedua tangan Abū Lahab, dan benar dia celaka."_

مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ

_"Tidaklah berfaedah kepadanya, harta bendanya dan apa yang dia usahakan."_

⇛ Dalam sebagian riwayat menyatakan bahwa Abū Lahab mengatakan:

"Kalau saya masuk neraka, saya akan tebus neraka dengan harta dan anak-anak."

Maka turunlah ayat ini:

مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ

_"Tidak ada faedahnya di akhirat kelak harta, anak-anak, kabilah, jabatan, pangkat, kedudukan, penghormatan manusia, semuanya tidak bermanfaat di ākhirat."_

⇛Yang bermanfaat hanyalah amal shālih.

Sekarang kita punya harta bertumpuk-tumpuk, punya harta segunung, tidak ada faedahnya. Kita meninggalpun tidak membawa harta, bagaimana harta tersebut bisa bermanfaat bagi kita?

Tidak ada manfaatnya.

Apalagi di Arab Saudi, seorang kaya raya ketika meninggal tidak ada yang dia bawa. Bahkan tidak ada uang yang dikeluarkan karena kain kafan pun dia gratis, penyelengaraan jenazahpun gratis. Tidak ada uang yang dia keluarkan untuk kemashalatan dia saat meninggal. Tidak ada, demuanya gratis.

Harta tidak ada yang bermanfaat bagi dia sama sekali.

Oleh karenanya kita harus yakin, Allāh mengatakan:

مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ

_"Tidak akan berfaedah hartanya dan anak-anak."_

Kita punya anak 100 pun tidak akan bisa menolong kita di ākhirat. Kita punya harta sebanyak apapun, kita punya anak buah sebanyak apapun, kita punya pegawai sebanyak apapun, kita punya jabatan setinggi apapun, tidak bermanfaat bagi kita. Di ākhirat tidak ada jabatan, cuma 2 model, yaitu :

⑴ Penghuni Neraka
⑵ Penghuni Surga

⇛Itu adalah jabatan, kondisi, di ākhirat.

Kata Allāh:

مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ

_"Tidak akan berfaedah baginya, harta bendanya dan apa yang dia usahakan."_

⇛ Kata para ulamā, "mākasab" disini adalah anak-anaknya.

Anaknya tidak bisa menolong dia.

سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

_"Dia akan dimasukkan kedalam api neraka yang bergejolak."_

⇛ Jadi Abū Lahab dimasukan kedalam "lahab". Lahab artinya menyala-nyala.

⇛ Dia bergelar Abū Lahab, akan dimasukan kedalam api yang "lahab" (menyala-nyala). Dimasukan dan di panggang oleh api yang menyala-nyala tersebut.

Subhānallāh, ini diantara surat yang isinya adalah mukjizat.

⇛Allāh mengabarkannya diawal dakwah Nabi dan surat ini turun diawal dakwah Nabi.

Allāh mengatakan bahwa Abū Lahab ini akan masuk kedalam neraka Jahannam. Ini menunjukan bahwa Abū Lahab tidak bakalan menjadi muslim, tidak akan masuk Islām.

Tentang Fir'aun saja Allāh mengatakan kepada Nabi Musa:

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (٤٣) فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ (٤٤)

_"Pergilah kalian berdua kepada Fir'aun. Sesungguhnya dia telah melakukan hal yang melampaui batas, sampaikanlah kepada dia dengan perkataan yang lembut, semoga dia takut dan dia sadar"_

(QS Thāha: 43-44)

Allāh tidak mengabarkan kepada Nabi Musa bahwa Fir'aun akan masuk neraka Jahannam tapi Allāh mengatakan pergilah kepada Fir'aun, dakwahilah dia dengan perkataan yang lembut siapa tahu dia sadar.

Allāh tidak mengabarkan hal yang ghaib ini. Sehingga:

√ Masih ada kesempatan untuk Fir'aun sadar.

√ Allāh tidak mengabarkan bahwasanya dia (Fir'aun) akan di neraka Jahannam.

Berbeda dengan Abū Lahab, Allāh mengatakan di awal dakwah Nabi, kata Allāh:

سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

_"Ini Abū Lahab akan masuk neraka Jahannam."_

Oleh karenanya Abū Lahab tidak mungkin masuk Islām.

Dan benar terbukti. Seandainya Abū Lahab masuk Islām maka bathillah pernyataan Allāh disini karena ternyata Abū Lahab tidak masuk Islām. Ini mukjizat, ternyata Abū Lahab meninggal dalam keadaan kāfir dan tidak pernah masuk Islām.

Dan ini sama seperti Allāh mengatakan:

وَلا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ

_"Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri."_

(QS Al Jumu'ah: 7)

Allāh mengatakan kepada orang-orang Yahudi yang menyatakan bahwasanya kalaupun mereka masuk Neraka maka cuma sebentar dan mereka menyatakan bahwa mereka adalah umat terbaik.

Allāh menyatakan, bahwasanya kalau mereka mau masuk surga, maka mintalah kematian dan mereka, kata Allāh, tidak akan meminta kematian selamanya.

Oleh karenanya tidak dikenal satu orang Yahudipun di zaman Nabi yang kemudian mengatakan, saya ingin mati karena kami, orang Yahudi, pasti masuk surga, tidak ada!

Sehingga ini menunjukan bahwa mereka ragu dengan pernyataan mereka bahwasanya mereka masuk akan surga.

Karena kalau mereka yakin mereka akan masuk surga, maka kata Allāh, "Silahkan minta mati."

Dan ini sama dengan orang-orang Nasrani.

Orang-orang Nasrani juga memiliki pemikiran yang tidak logis. Mereka punya aqidah bahwasanya dosa-dosa mereka sudah ditebus oleh Yesus kristus atau Īsā.

Yesus kristus atau Īsā diutus untuk menebus dosa-dosa mereka sehingga mereka sudah bersih dari dosa-dosa dan mereka pasti masuk surga sehingga sering mereka mengejek orang-orang Islām.

Mereka mengatakan, "Agama kamu tidak menjamin surga, agama kami menjamin surga."

Kenapa?

Karena Yesus sudah diutus kemudian telah menebus dosa-dosa mereka.

Kita katakan, "Kalau kalian yakin masuk surga, ya sudah bunuh diri saja. Untuk apa hidup di dunia lama lama, sedangkan kamu tahu bahwa di surga kenikmatan sangat enak dan lezat, tidak bisa dibandingkan dengan dunia. Lalu  untuk apa kalian berlama-lama di dunia?"

Tapi ini tidak pernah dilakukan oleh orang-orang Nasrani.

Beda dengan Islām, Islām mengajarkan bahwasanya seseorang tidak tahu bagaimana akhir hayatnya, maka dia berusaha terus beramal shālih. Semakin tinggi amal shalihnya semakin tinggi surganya. Dan dia tidak pernah merasa aman dari dosa-dosanya.

Setelah itu Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan:

وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ

_"Dan begitu pula istrinya membawa kayu bakar."_

Tentang masalah ini ada beberapa pendapat dikalangan ahli tafsir.

⇛ Istri Abū Lahab (ummu Jamil), suami istri ini kompak. Ummu Jamil sering mencela Nabi dhallallāhu 'alayhi wa sallam.

Sebagaimana disebutkan, tatkala turun surat Adh Dhuha dia mengatakan, "Kenapa Muhammad, apakah temanmu meninggalkan engkau, sudah beberapa hari tidak kelihatan?"

Dia mencela Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian pula disini disebutkan:

⇛Dia mengangkat kayu bakar.

Ada yang mengatakan bahwasanya ummu Jamil (istrinya Abū Lahab) suka melakukan namimah dan kayu bakar adalah untuk menyalakan permusuhan.

Jadi suaminya (Abū Lahab), tatkala Nabi ceramah dia pun ikut ceramah. Begitupula istrinya, dia selalu mengobarkan namimah agar masyarakat memusuhi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ini pendapat bahwa istrinya sering kelakukan namimah mengadu domba.

Pendapat yang lain mengatakan:

⇛ Ummu Jamil, dia membawa kayu bakar dan duri-duri lalu di letakan di jalan Nabi di malam hari dengan tujuan agar Nabi menginjak duri-duri tersebut.

Ada juga yang mengatakan bahwa cerita  inu tentang ākhirat.

⇛ Di ākhirat nanti suaminya di bakar dan dia membawa kayu bakar untuk membakar suaminya atau dia membantu proses dibakar suaminya.

Wallāhu Ta'āla a'lam bi shawab, intinya istrinya ikut serta dalam kelakukan suaminya yang menentang dakwah.

Kata Allāh:

فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ

_"Dan di lehernya ada tali dari sabut."_

"Masad" ada yang mengatakan:

√ Sabut atau semacam tumbuhan yang dibuat semacam kalung.

√ Ada juga yang mengatakan besi.

Jadi Allāh akan mengalungkan dia dengan kalung dari api neraka Jahannam, apakah api neraka tersebut berupa kayu yang terbakar ataukah besi yang di bakar oleh Allāh yang melekat pada dadanya.

Disebutkan karena Ummu Jamil punya kalung yang mahal dan dia mengatakan saya akan menginfaqkan kalung ini untuk memusuhi dakwah Muhammad. Oleh karenanya balasannya Allāh memberikan dia kalung yang merupakan api neraka Jahannam yang akan menyiksa dia di ākhirat kelak.

Kemanapun dia pergi kalung panas tersebut menyertai dia, dan ini merupakan adzab yang pedih yang Allāh berikan kepada Abū Lahab dan istrinya.

Ini lah tafsir ringkas yang bisa kita sampaikan pada kesempatan hari ini dari surat Al Masad.

Demikian wabillāhi taufiq.

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------

Tafsir Surat Al Masad Bagian 2

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 12 Rabi’ul Awwal 1439 H / 30 November 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al Kāfirūn, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 06)
📖 Tafsir Surat Al Lahab bagian 02
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0206
~~~~~~~

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lanjutkan dari tafsir Juz'amma surat Al Masad,

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ.

Kata Allāh:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

_"Binasalah kedua tangan Abū Lahab."_

Kata "watabb" (dan binasalah) kenapa diulangi?

تَبَّتْ dan وَتَبَّ

Kenapa diulangi "celaka" dan "celaka" ?

⇛ Kata para ulamā, ini penekanan bahwa dia sungguh sangat celaka.

√ Ada yang mengatakan تَبَّتْ yang pertama adalah do'a (maksudnya), "Semoga celaka engkau wahai Abū Lahab."

√ Kemudian kata Allāh وَتَبَّ "dan dia benar-benar celaka".

⇛ Jadi yang pertama do'a dan yang kedua pengkabaran, "Semoga engkau celaka wahai Abū Lahab," dan ternyata dia benar-benar celaka.

Abū Lahab ini luar biasa permusuhannya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Subhānallāh.

Kalau kita lihat paman-paman Nabi, bermacam-macam sifat dan karakternya.

Ada Abū Lahab, Abū Thalib, dan Hamzah bin Abdul Mutthalib, semuanya anak-anak Abdul Muthalib dan saudara kandung ayah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam (Abdullāh bin Abdul Mutthalib).

⇛ Abū Lahab memerangi (memusuhi) Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

⇛ Abū Thalib membela dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tetapi meninggal dalam keadaan kāfir, musyrik.

⇛ Hamzah bin Abdul Mutthalib yang membela Nabi sejak awal dan meninggal dalam perang Uhud.

⇛ Abbās bin Abdul Mutthalib paman Nabi yang masuk Islām belakangan.

Seperti kita tahu bahwa dulu orang-orang musyrikin Arab berhaji dan berumrah karena mereka beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, disamping mereka melakukan kesyirikan.

Kalau mereka datang ke Mina, kesempatan bagi berbagai macam kabilah dari Jazirah Arab, dari Yaman dan dari mana-mana, datang untuk melaksanakan ibadah haji, maka datanglah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, mendatangi kabilah tersebut satu persatu. Nabi mendakwahkan Islām kepada mereka.

⇛ Nabi mendakwahi tauhīd, Nabi menyuruh mereka untuk meninggalkan kesyirikan.

Abū Lahab adalah paman Nabi yang paling memusuhi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Bahkan disebutkan dalam riwayat, tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berdakwah di Mina, setiap kali Nabi selesai berdakwah,  munculah Abu Lahab.

Abū Lahab mengatakan:

↝Jangan kalian dengar orang ini (maksudnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam), orang ini gila.

↝ Jangan kalian dengar orang ini, karena orang ini keluar dari adat nenek moyangnya.

↝ Jangan kalian dengarkan orang ini, dia adalah pendusta.

Padahal Nabi adalah keponakannya Abū Lahab. Ini yang bicara pamannya sendiri (Abū Lahab) dan ini merupakan pemandangan yang sangat buruk.

Seorang berdakwah tapi dimusuhi oleh keluarga terdekatnya yaitu pamannya sendiri.

Kalau seandainya saya berdakwah terus yang memusuhi saya orang lain, bukan kerabat saya, orang masih bilang ini orang hasad (dengki). Tetapi kalau yang memusuhi saya adalah saudara bapak saya maka akan timbul dalam firasat orang, ini orang tidak beres paman saja memusuhi.

Dan Abū Lahab waktu memprovokasi kabilah-kabilah Arab untuk menolak dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, dia cerdas, dia menyebutkan satu istilah dia (Abū Lahab) tidak mengatakan Nabi penyihir, Nabi dukun, tapi dia mengatakan bahwa Nabi adalah "Orang yang keluar dari adat nenek moyang".

Karena Abū Lahab tahu bahwasanya keluar dari tradisi adalah perkara yang susah, orang yang keluar dari tradisi pasti di cela.

Oleh karenanya tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mendakwahi tauhīd apa kata orang-orang musyrikin?

إنا وجدنا آباءنا على أمة، وإنا على آثارهم مقتدون

_"Kami mendapati nenek moyang kami berada di atas tradisi ini (tradisi kesyirikan) dan kami hanya ingin mengikuti tradisi nenek moyang."_

Oleh karenanya, agar orang-orang tetap di atas agama mereka dan meninggalkan dakwah Nabi, maka dia mengatakan:

"Hadza shabiq  (Muhammad orang yang keluar dari tradisi kita) jangan dengarkan dia."

Sehingga orang tidak mau masuk Islām.

Tatkala Nabi dicela oleh pamannya Nabi pergi beranjak ke kabilah berikutnya. Nabi berdakwah kembali menyampaikan tauhīd mengingatkan orang-orang dari kesyirikan.

Abū Lahab datang lagi mengikuti terus Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam selagi. Nabi berdakwah Abū Lahab mencela Nabi lagi.

Setiap Nabi berpindah kepada kabilah lain Abū Lahab selalu mengikuti Nabi tapi Nabi tidak pernah terpengaruh dengan Abū Lahab.

Menurut para ulamā memang tidak semua cercaan dan celaan harus digubris (ditanggapi). Kalau ada mashlahatnya dibantah kalau tidak, tidak perlu.

Oleh karenanya tatkala Nabi berbicara Abū Lahab pun berbicara, Nabi tidak membantah akan tetapi Nabi meninggalkan mereka dan pindah ke Kabilah yang lain.

Ini menunjukan bagaimana jengkelnya Abū Lahab kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, yang seharusnya dia (Abū Lahab) mendukung karena Nabi adalah keponakannya.

⇛ Lihat Abū Thalib, Abū Thalib mendukung keponakannya.

Secara logika kalau keponakannya ini menjadi orang yang top orang yang ternama (pemimpin) dia juga beruntung karena dia pamannya. Tetapi Abū Lahab, karena kesyirikannya, dia tidak mau dengan dakwah tauhīd sehingga keponakannya pun dia perangi.

Padahal paman-paman Nabi yang lain semuanya senang dengan dakwah Nabi.

Lihat !

√ Abū Thalib meskipun dia syirik dia tetap membela Nabi.
√ Hamzah membela Nabi.
√ Abbās membela Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Hanya Abū Lahab yang aneh sendiri, dia membenci dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

⇛ Nama Abū Lahab adalah Abdul Uzzā bin Abdul Mutthalib tetapi Allāh tidak menyebutkan namanya disini karena namanya isinya kesyirikan.

Kalau Fir'aun Allāh sebut namanya Fir'aun karena Fir'aun namanya tidak mengandung kesyirikan.

Tapi Abdul Uzzā (hambanya berhala Uzzā) nama yang mengandung kesyirikan. Oleh karenanya Allāh tidak menyebutkan Abdul Uzzā dalam Al Qurān tapi Allāh sebutkan gelarnya Abū Lahab.

⇛Dinamakan Abū Lahab karena wajahnya agak merah-merah, ada yang mengatakan wajahnya bersinar, tampan.

Namun sebagian ulamā seperti Al Qurthubi dan diantara ahli tafsir mengatakan, seharusnya kalau wajah seseorang bersinar dikatakan Abū Nur, orang yang bercahaya wajahnya. Tetapi Allāh mentakdirkan orang-orang tidak mengelari Abū Lahab dengan Abū Nur (Abū Cahaya) tetapi Abū Lahab (Abū menyala).

⇛ Walau wajahnya bersinar tetapi di gelari oleh orang-orang dengan sebutan orang yang memiliki wajah yang menyala-nyala. Dan ternyata akan dimasukan dalam api yang menyala-nyala.

Demikian, wabillāhi taufiq

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------