Laman

Tampilkan postingan dengan label Tafsir. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tafsir. Tampilkan semua postingan

Tafsir Surat Al Ma'un bagian 03

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 11 Rabiul Akhir 1439 H / 29 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Quraisy, Al Mā'ūn dan Al Kautsar (Bagian 05)
📖 Tafsir Surat Al Mā'ūn bagian 03
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0305
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته 
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

​​​  
Kita lanjutkan tafsir Juz'amma surat Al Mā'ūn.

Kemudian kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُون

_"Orang-orang yang mereka riyā' tatkala beribadah (shalāt)."_

Ingin agar dilihat oleh orang lain. Ini adalah penyakit yang berbahaya, penyakit orang-orang munāfiq.

√ Ingin dipuji
√ Ingin disanjung-sanjung
√ Ingin dipuji dengan apa yang tidak mereka lakukan dan apa yang mereka lakukan.

يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوا وَّيُحِبُّونَ أَن يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا

_"Mereka gembira dengan apa yang mereka lakukan dan Ingin dipuji dengan apa yang tidak mereka lakukan."_

(QS Ali Imran: 188)

Dan ini dilakukan oleh sebagian kaum muslimin. Misalnya ketika sedang 'umrah, dia ingin semua orang tahu kalau dia sedang 'umrah. Sehingga ditulis di statusnya: Sedang 'umrah atau sedang di Madīnah.

Dia ingin orang memuji dia dengan apa yang tidak dia lakukan.

Manusia pandai, dia memiliki banyak trik untuk memamerkan apa yang dia lakukan agar mendapat pujian dari orang.

Orang yang riyā' ibadahnya tidak diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dalam satu hadīts, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala para shahābat sedang berbicara tentang Dajjāl, bagaimana sifat-sifat Dajjāl, maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam  mengatakan:

« أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِىمِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ». قَالَ قُلْنَا بَلَى. فَقَالَ « الشِّرْكُ الْخَفِىُّ أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّى فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

_"Maukah aku kabarkan tentang sesuatu yang aku khawatirkan lebih daripada fitnah Dajjāl?_

_"Ya, apakah yang menakutkan tersebut?"_

_Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:_

_"Syirik yang samar."_

_Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan:_

_"Seseorang berdiri kemudian dia shalāt dan dia bagus-baguskan shalātnya karena dia tahu ada orang sedang melihat dia shalāt sehingga dia perbagus shalātnya."_

(Hadīts riwayat Ibnu Mājah nomor 4204, Syaikh Al Albāniy rahimahullāh, mengatakan bahwa hadīts hasan)

Intinya, diantara ciri-ciri orang munāfiq adalah:

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

_"Yang mereka beribadah karena ingin dipuji/disanjung/dihormati dengan ibadah tersebut."_

وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ

_"Dan mereka enggan menolong dengan barang berguna."_

Yang dimaksud dengan al mā'ūn disini ada khilaf diantara para ulamā.

Ada yang mengatakan:

√ Al Mā'ūn adalah semua benda yang berguna.

Ada juga:
√ Al-Mā'ūn adalah pinjaman

Maksud dari pinjaman adalah sesuatu yang bisa dipinjamkan dan dikembalikan, contohnya; meminjamkan ember, meminjamkan pena, meminjamkan cangkul, dll.

Tetapi orang yang memiliki barang tersebut malas untuk meminjamkan barang tersebut walaupun barang tersebut akan dikembalikan. Ini yang disebut orang-orang yang: َيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ.

Ini diantara sifat mereka yaitu orang-orang yang pelit. Bahkan terhadap barang yang tidak hilangpun  yang nantinya akan dikembalikan dia pelit, apalagi jika barang tersebut diberikan kepada orang lain.

Demikianlah yang kita sampaikan pada pertemuan kali ini, In syā Allāh  besok kita lanjutkan tafsir surat yang lain.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
------------------------------------------

Tafsir Surat Al Ma'un bagian 02

Tafsir Surat Al Ma'un bagian 02

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 10 Rabiul Akhir 1439 H / 28 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Quraisy, Al Mā'ūn dan Al Kautsar (Bagian 04)
📖 Tafsir Surat Al Mā'ūn bagian 02
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0304
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita lanjutkan kajian tafsir Juz' Amma, yaitu surat Al Mā'ūn.

Kata Allāh:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ

_"Dan kecelakaan bagi orang-orang yang shalāt."_

Siapakah orang-orang yang shalāt ini?

Ayat ini jangan diberhentikan, bukan berarti orang-orang yang shalāt akan celaka, tidak benar.

Orang-orang yang celaka maksudnya:

الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

_"Orang-orang yang mereka lalai dari shalātnya."_

Ada khilaf diantara para ulamā tentang makna  سَاهُونَ (orang-orang yang lalai).

Sāhūn dalam bahasa Arab artinya lupa.

Subhānallāh, Allāh mengatakan celaka bagi orang-orang yang shalāt. Yang shalāt saja bisa celaka kalau shalātnya tidak benar, apalagi yang tidak shalāt.

Oleh karenanya Ikhwān, shalāt adalah perkara yang penting, sampai anak-anak sejak kecil sudah dilatih untuk shalāt.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مُـرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّـلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ

_"Perintahkanlah anak-anak kalian tatkala umur 7 tahun untuk shalāt dan pukullah mereka kalau tidak mau shalāt tatkala mereka sudah berumur 10 tahun."_

(Hadīts hasan Diriwayatkan oleh Abū Dāwūd (no. 495), Ahmad (II/180, 187) dengan sanad hasan, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallāhu 'anhum)

Bapak-bapak yang tidak mengajari anaknya shalāt kemudian anaknya malas shalāt, maka dia bertanggung jawab pada hari kiamat.

Sibuk dengan dunianya, sehingga anaknya tidak shalāt dibiarkan. Subuh tidak dibangunkan tapi waktunya sekolah dibangunkan. Waktu shalāt subuh dibiarkan si anak tidur karena khawatir disekolah menjadi ngantuk.

Sedangkan waktun sekolah tidak pernah terlambat satu menitpun.

Orang seperti inilah yang tidak mengajari anak mereka shalāt. Kemudian anak setelah dewasa menjadi nakal, maka dia bertanggung jawab karena kenakalan mereka.

Ini adalah orang-orang yang shalāt namun shalāt mereka tidak benar. Mereka dicerca oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dikatakan, "Celaka bagi orang-orang yang shalāt."

Yang bagaimana shalāt mereka?

الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

√ Orang-orang yang lalai dari shalāt mereka

√ Orang-orang yang shalāt namun mengeluarkan waktu shalātnya sampai diluar waktu.

⇒ misalnya, seharusnya shalāt zhuhur mereka kerjakan di waktu shalāt zhuhur, akan tetapi dikerjakan waktu shalāt 'ashar (sengaja melakukannya tanpa ada udzur).

√ Orang-orang yang menunda shalāt sampai dipenghujung waktu (sengaja melakukan shalāt diwaktu yang dibenci).

⇒ misalnya, orang-orang munāfiq yang tidak mengerjakan shalāt 'ashar diawal waktu shalāt 'ashar, tetapi mereka mengerjakannya tatkala menjelang maghrib.

Awal waktu shalāt 'ashar adalah jika panjang bayangan suatu benda sama dengan panjang benda tersebut.

Awal shalāt zhuhur dimulai tatkala matahari tergelincir, tadinya bayangan suatu benda diarah barat sekarang berubah kearah timur karena matahari sudah tergelincir kearah barat.

Kapan selesai waktu shalāt zhuhur?

Waktu shalāt zhuhur selesai sampai panjang bayangan suatu benda panjangnya sama dengan benda tersebut.

Misalnya:

Kita meletakan kayu panjangnya 2 meter maka selama panjang bayangan belum 2 meter maka masih shalāt dhuhur. Tatkala panjang suatu benda sudah 2 meter berarti sudah selesai waktu shalāt dhuhur dan masuk waktu shalat 'ashar.

Kapan akhir waktu shalat 'ashar?

Waktu shalāt 'ashar berakhir sampai panjang bayangan benda tersebut sampai 2 kali lipat, karena Jibrīl 'alayhissalām pernah mencontohkan ketika dia (Jibrīl) datang kepada Nabi dua kali, waktu awal shalāt dan akhir shalāt.

⑴ Hari pertama dia shalat diawal shalāt.
⑵ Hari kedua dia shalāt diakhir shalāt.

Kemudian Jibrīl mengatakan, "Diantara dua waktu ini adalah waktu shalāt." Hari kedua Jibrīl 'alayhissalām shalāt diakhir waktu, yaitu tatkala panjang bayangan suatu benda dua kali lipat dari panjang benda tersebut.

Kalau kita tegakan tiang 2 meter terus panjang bayangan sudah 4 meter berarti waktu shalāt 'ashar sudah berakhir, ini yang disebut dengan waktu ikhtiari.

Bagaimana kalau kita shalāt 'ashar setelah waktu itu dan masih ada waktu/belum terbenam matahari)?

Seseorang bisa mengerjakan shalāt 'ashar diwaktu tersebut bila ada halangan, tetapi bila tidak ada halangan maka tidak boleh.

Seseorang harus mengerjakan shalāt 'ashar sebelum panjang bayangan suatu benda dua kali lipat (kecuali ada udzur). Bila ada udzur misalnya terjebak kemacetan atau ada sesuatu maka tidak mengapa sebelum matahari terbenam.

Adapun seseorang yang tanpa ada udzur, sengaja melaksanakan shalāt 'ashar menjelang maghrib, maka dia seperti perilaku orang-orang munafiq.

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

تلك صلاة المنافق، تلك صلاة المنافق، تلك صلاة المنافق

_"Itu shalātnya orang munāfiq, itu shalātnya orang munāfiq, itu shalātnya orang munāfiq."_

Bagaimana shalātnya orang munāfiq?

يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ، قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا، لَا يَذْكُرُ اللهَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا

_"Dia duduk, ketika sudah waktu shalāt dia santai saja menunggu, memperhatikan matahari. Tatkala matahari sudah akan terbenam maka dia segera shalāt, kemudian dia shalāt cepat-cepat seperti burung yang mematuk-matuk, dia tidak mengingat Allāh kecuali sedikit (ini sifat orang munāfiq)."_

(Hadīts riwayat Muslim nomor 622)

Bahkan sebagian ulamā menyebutkan ini termasuk dari firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

_"Orang-orang yang lalai dari shalātnya."_

Bahkan para ulamā juga mengatakan yang dimaksud dengan: ْ عَنْ صَلَاتِهمْ سَاهُونَ adalah termasuk orang-orang yang tidak khusyū' dalam shalātnya.

Jadi dia shalāt namun sengaja menerawang dalam shalātnya. Misalnya, tatkala Imām membaca sura tapi pikiran kita ditempat lain, ini merupakan ganguan syaithān.

Dalam hadīts disebutkan:

"Tatkala adzan dikumandangkan maka syaithān lari terbirit-birit sampai kentut dengan suara yang besar supaya dia tidak dengar adzan. Setelah selesai adzan dia kembali. kemudian dia mulai. menggoda orang yang shalāt dengan mengatakan:

'Ingat ini, ingat itu, ingat itu'."

Dan benar, banyak perkara yang kita lupakan kita ingat tatkala kita sedang shalāt.

Setiap orang tidak ada yang selamat, yang jadi masalah jika dia sengaja menerawang. Tatkala ini terjadi kita harus kembali, jangan kita biarkan pikiran kita terbawa oleh Syaithān.

Dan ini termasuk orang yang سَاهُونَ, menurut pendapat sebagian ulama.

Yang benar ayat ini turun tentang orang-orang munāfiq, bukan tentang kaum muslimin. Tetapi barang siapa yang memiliki kelalaian dari shalāt maka dia akan mendapatkan bagian cercaan dalam ayat ini.

Kalau sempurna kelalaian dia maka sempurna seperti orang munafiq. Dan semakin sedikit kelalaiannya maka makin sedikit dia mendapat cercaan dari ayat ini.

Demikian wabillāhi taufīq

الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته 

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
------------------------------------------

Tafsir Surat Al Ma'un bagian 01

Tafsir Surat Al Ma'un bagian 01

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 09 Rabiul Akhir 1439 H / 27 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Quraisy, Al Mā'ūn dan Al Kautsar (Bagian 03)
📖 Tafsir Surat Al Mā'ūn bagian 01
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0303
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Kita lanjutkan dari tafsir Juz'amma, kita akan membahas surat Al Mā'ūn.

Surat ini dikhilafkan oleh para ulamā apakah dia surat makkiyyah atau madaniyyah.

Dari konteks pembicaraan yang dibahas oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam surat Al Mā'ūn:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ# فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

_"Tahukah engkau tentang orang yang mendustakan agama?"_

Konteks pembicaraan ini cocoknya turun di Mekkah, tentang orang-orang musyrikin yang mereka mendustakan agama dan hari kebangkitan.

Dari sini jumhūr ulamā mengatakan bahwa surat ini adalah surat makkiyyah.

Sedangkan sebagian ulamā mengatakan surat ini surat madaniyyah, kenapa?

Karena topiknya dalam surat ini, Allāh menyebutkan orang-orang munāfiq.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

_"Orang-orang yang shalāt namun mereka riyā."_

Dan orang-orang munāfiq tidak ada di Mekkah. Orang-orang munāfiq baru muncul di kota Madīnah, sehingga surat ini surat madaniyyah karena turunnya di Madīnah.

Sebagian ulamā juga mengatakan, setengahnya turun di Mekkah dan setengahnya turun di Madīnah.

Wallāhu Ta'āla A'lam bishawab, apakah dia makkiyyah atau madaniyyah tidak menjadi masalah, yang penting kita membahas tentang isinya.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman tentang surat ini:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ

_"Tahukah engkau tentang orang yang mendustakan agama?"_

Ad dien adalam bahasa Arab artinya al jaza, sebagaimana pepatah mengatakan:

"Sebagaimana engkau berbuat engkau akan dibalas."

Sebagimana perkataan para ulamā:

الجزاء من جنسالعمل

_"Balasan sesuai dengan jenis perbuatan."_

√ Seseorang berbuat baik kepada manusia maka Allāh akan berbuat baik kepadanya.
√ Seseorang yang meringankan beban orang lain, Allāh akan ringankan beban dia didunia dan ākhirat.
√ Seseorang yang membahagiakan orang lain Allāh akan bahagiakan dirinya.

Ini sudah otomatis, al jazaa min jinsil amal.

Diantara nama-nama hari kiamat adalah ad dīn, hari pembalasan (yaumul dīn).

Surat ini, topiknya bercerita tentang bagaimana orang yang mendustakan agama dan akhirnya akan menimbulkan akhlaq yang sangat buruk. Bermula dari pendustaan terhadap agama dan hari akhirat.

Oleh karenanya, keimanan terhadap hari akhirat merupakan perkara yang sangat penting.

Barangsiapa yang yakin akan ada hari pembalasan, barangsiapa yang yakin ada hari persidangan dimana dia akan dibangkitkan oleh Allāh, maka dia akan berbuat sebaik baiknya di dunia ini.

Tapi barangsiapa yang tidak yakin dengan hari kebangkitan, tidak yakin adanya hari persidangan, tidak yakin adanya hari pembalasan atau ragu dengan hari tersebut, maka dia akan berani melakukan kemaksiatan.

Dia berani berzina, berani mencuri, berani melakukan macam-macam, kenapa?

Karena dia tidak yakin atau ragu dengan hari kebangkitan, sehingga dia berani melakukan kemaksiatan.

Oleh karenanya, orang yang imannya kuat kepada hari akhirat, maka akan tampak dari perilakunya.

Di sini Allāh menyebutkan tentang sikap orang yang tidak beriman kepada hari pembalasan dimana perilakunya yang sangat buruk.

Kata Allāh:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ

_"Tahukah engkau tentang orang yang mendustakan agama (hari pembalasan)?"_

فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

_"Itulah orang yang menghardik anak yatim."_
 
Kata يَدُعُّ dari artinya mendorong.

Kata Allāh orang yang mendustakan hari pembalasan (hari akhirat) adalah orang yang mendorong anak yatim. Dia tidak peduli menyakiti anak yatim. Dia tidak tahu bahwasanya anak yatim adalah anak yang butuh perhatian.

Kita tahu bahwasanya yatim dalam istilah syariat adalah orang yang ayah meninggal dan dia belum bāligh.

Kalau sudah bāligh tidak bisa dikatakan yatim.

Sebaliknya kata para ulamā, kalau hewan dikatakan hewan yatim kalau induknya  (ibunya) meninggal, kenapa?

Karena yang merawat hewan tersebut adalah induknya.

Oleh karenanya, hewan dikatakan yatim kalau ibunya (induknya) meninggal.

Tetapi kalau manusia dikatakan yatim kalau bapaknya yang meninggal, karena bapaknya yang mengurus dan mencarikan nafkah dan sampai usia bāligh.

Kalau sudah bāligh, sudah dewasa, maka dia bukan yatim lagi. Dia bisa bergerak, dan dia sudah bisa berusaha.

Seperti istilah mualaf, al mualaf artinya orang yang di dekati hatinya. Diistilahkan juga buat orang yang baru masuk Islām, imannya belum kokoh. Maka kita perlu memberi bantuan, kita beri zakat supaya imannya kokoh.

Mualaf ini artinya bukan orang yang masuk Islām secara mutlak, tapi yang baru masuk Islām, baru setahun dua tahun atau beberapa bulan.

Sedangkan orang yang sudah bertahun-tahun masuk Islām tidak bisa dikatakan seorang mualaf.

Kalau semua orang yang berpindah agama lain masuk agama Islām dikatakan mualaf maka seluruh shahābat adalah mualaf, dulu mereka musyrikun kemudian masuk Islām.

Ini adalah istilah yang keliru namun sudah menjadi istilah umum, bahwa semua yang masuk Islām (baru masuk atau sudah lama masuk Islām) tetap dikatakan mualaf. Ini contoh kekeliruan dalam istilah.

Diantara sifat-sifat jāhilīyah adalah mereka meremehkan orang-orang yang lemah sepert anak yatim dan para wanita.

Di zaman jāhilīyah para wanita tidak diberikan warisan, tidak dihargai, begitu pula anak yatim. Anak yatim pada zaman jāhilīyah tidak dihargai, kenapa?

Karena tidak ada yang melindungi mereka. Apabila mereka (anak yatim) memiliki harta yang banyak akan di ambil, digunakan secara dzalim.

Oleh karenanya, Allāh menyebutkan tentang hal ini, bahwasanya orang yang tidak beriman dengan hari kebangkitan (hari pembalasan), maka mereka mendorong anak yatim, sikapnya kasar, membentak, menghardik, mendorong anak yatim, mendzalimi anak yatim, kenapa?

Karena mereka tidak beriman dengan hari pembalasan.

Dan diantara sifatnya:

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

_"Tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin."_

Bakhil (pelit), di tidak yakin bahwasanya apa yang dia berikan akan dibalas oleh Allāh di dunia dan ākhirat.

Oleh karenanya  dalam hadīts, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

وَلاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالإِيمَانُ فِى قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا

_"Tidak akan berkumpul dalam hati seorang mu'min selamanya, antara keimanan dengan pelit (tidak mungkin berkumpul)."_

(Hadīts riwayat An Nasāi di shahīh kan oleh Syaikh Al Albāniy rahimahullāh dalam kitāb Shahīh Al Jami’, no. 7616 )

Kalau seseorang pelit berarti imannya kepada hari pembalasan kurang. Dia pelit mengeluarkan uang, berat, seakan-akan uang tersebut hilang tidak akan kembali. Berbeda dengan orang yang beriman dengan hari akhir dia akan mengeluarkan (tidak pelit) dan yakin Allāh akan mengembalikan di ākhirat dengan berlipat ganda.

Oleh karenanya orang ini:

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

_"Dia tidak pernah motivasi untuk memberi makan kepada fakir miskin."_

Dia tidak pernah memotivasi dirinya untuk memberi makan fakir miskin, apalagi memotivasi orang lain. Ini adalah contoh orang-orang yang bakhil.

Yang lebih parah, orang bakhil dan mengajak orang lain bakhil.

Demikian juga dengan para pelaku maksiat, para pelaku maksiat ingin mencari teman.

Apabila mereka suka melakukan kemaksiatan mereka akan mengajak orang lain agar seperti dia. Supaya tidak dia saja yang dicela, mereka mencari teman. Sehingga apabila sudah banyak temannya, mereka akan mencela orang baik, itulah kegiatan mereka.

Demikianlah apa yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, In syā Allāh besok kita lanjutkan.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
------------------------------------------

Tafsir Surat Al Masad Bagian 3

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 13 Rabi’ul Awwal 1439 H / 01 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al Kāfirūn, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 07)
📖 Tafsir Surat Al Lahab bagian 03
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0207
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita lanjutkan dari tafsir Juz'amma surat Al Masad,

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

Allāh mengatakan:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

_"Celaka kedua tangan Abū Lahab, dan benar dia celaka."_

مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ

_"Tidaklah berfaedah kepadanya, harta bendanya dan apa yang dia usahakan."_

⇛ Dalam sebagian riwayat menyatakan bahwa Abū Lahab mengatakan:

"Kalau saya masuk neraka, saya akan tebus neraka dengan harta dan anak-anak."

Maka turunlah ayat ini:

مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ

_"Tidak ada faedahnya di akhirat kelak harta, anak-anak, kabilah, jabatan, pangkat, kedudukan, penghormatan manusia, semuanya tidak bermanfaat di ākhirat."_

⇛Yang bermanfaat hanyalah amal shālih.

Sekarang kita punya harta bertumpuk-tumpuk, punya harta segunung, tidak ada faedahnya. Kita meninggalpun tidak membawa harta, bagaimana harta tersebut bisa bermanfaat bagi kita?

Tidak ada manfaatnya.

Apalagi di Arab Saudi, seorang kaya raya ketika meninggal tidak ada yang dia bawa. Bahkan tidak ada uang yang dikeluarkan karena kain kafan pun dia gratis, penyelengaraan jenazahpun gratis. Tidak ada uang yang dia keluarkan untuk kemashalatan dia saat meninggal. Tidak ada, demuanya gratis.

Harta tidak ada yang bermanfaat bagi dia sama sekali.

Oleh karenanya kita harus yakin, Allāh mengatakan:

مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ

_"Tidak akan berfaedah hartanya dan anak-anak."_

Kita punya anak 100 pun tidak akan bisa menolong kita di ākhirat. Kita punya harta sebanyak apapun, kita punya anak buah sebanyak apapun, kita punya pegawai sebanyak apapun, kita punya jabatan setinggi apapun, tidak bermanfaat bagi kita. Di ākhirat tidak ada jabatan, cuma 2 model, yaitu :

⑴ Penghuni Neraka
⑵ Penghuni Surga

⇛Itu adalah jabatan, kondisi, di ākhirat.

Kata Allāh:

مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ

_"Tidak akan berfaedah baginya, harta bendanya dan apa yang dia usahakan."_

⇛ Kata para ulamā, "mākasab" disini adalah anak-anaknya.

Anaknya tidak bisa menolong dia.

سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

_"Dia akan dimasukkan kedalam api neraka yang bergejolak."_

⇛ Jadi Abū Lahab dimasukan kedalam "lahab". Lahab artinya menyala-nyala.

⇛ Dia bergelar Abū Lahab, akan dimasukan kedalam api yang "lahab" (menyala-nyala). Dimasukan dan di panggang oleh api yang menyala-nyala tersebut.

Subhānallāh, ini diantara surat yang isinya adalah mukjizat.

⇛Allāh mengabarkannya diawal dakwah Nabi dan surat ini turun diawal dakwah Nabi.

Allāh mengatakan bahwa Abū Lahab ini akan masuk kedalam neraka Jahannam. Ini menunjukan bahwa Abū Lahab tidak bakalan menjadi muslim, tidak akan masuk Islām.

Tentang Fir'aun saja Allāh mengatakan kepada Nabi Musa:

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (٤٣) فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ (٤٤)

_"Pergilah kalian berdua kepada Fir'aun. Sesungguhnya dia telah melakukan hal yang melampaui batas, sampaikanlah kepada dia dengan perkataan yang lembut, semoga dia takut dan dia sadar"_

(QS Thāha: 43-44)

Allāh tidak mengabarkan kepada Nabi Musa bahwa Fir'aun akan masuk neraka Jahannam tapi Allāh mengatakan pergilah kepada Fir'aun, dakwahilah dia dengan perkataan yang lembut siapa tahu dia sadar.

Allāh tidak mengabarkan hal yang ghaib ini. Sehingga:

√ Masih ada kesempatan untuk Fir'aun sadar.

√ Allāh tidak mengabarkan bahwasanya dia (Fir'aun) akan di neraka Jahannam.

Berbeda dengan Abū Lahab, Allāh mengatakan di awal dakwah Nabi, kata Allāh:

سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

_"Ini Abū Lahab akan masuk neraka Jahannam."_

Oleh karenanya Abū Lahab tidak mungkin masuk Islām.

Dan benar terbukti. Seandainya Abū Lahab masuk Islām maka bathillah pernyataan Allāh disini karena ternyata Abū Lahab tidak masuk Islām. Ini mukjizat, ternyata Abū Lahab meninggal dalam keadaan kāfir dan tidak pernah masuk Islām.

Dan ini sama seperti Allāh mengatakan:

وَلا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ

_"Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri."_

(QS Al Jumu'ah: 7)

Allāh mengatakan kepada orang-orang Yahudi yang menyatakan bahwasanya kalaupun mereka masuk Neraka maka cuma sebentar dan mereka menyatakan bahwa mereka adalah umat terbaik.

Allāh menyatakan, bahwasanya kalau mereka mau masuk surga, maka mintalah kematian dan mereka, kata Allāh, tidak akan meminta kematian selamanya.

Oleh karenanya tidak dikenal satu orang Yahudipun di zaman Nabi yang kemudian mengatakan, saya ingin mati karena kami, orang Yahudi, pasti masuk surga, tidak ada!

Sehingga ini menunjukan bahwa mereka ragu dengan pernyataan mereka bahwasanya mereka masuk akan surga.

Karena kalau mereka yakin mereka akan masuk surga, maka kata Allāh, "Silahkan minta mati."

Dan ini sama dengan orang-orang Nasrani.

Orang-orang Nasrani juga memiliki pemikiran yang tidak logis. Mereka punya aqidah bahwasanya dosa-dosa mereka sudah ditebus oleh Yesus kristus atau Īsā.

Yesus kristus atau Īsā diutus untuk menebus dosa-dosa mereka sehingga mereka sudah bersih dari dosa-dosa dan mereka pasti masuk surga sehingga sering mereka mengejek orang-orang Islām.

Mereka mengatakan, "Agama kamu tidak menjamin surga, agama kami menjamin surga."

Kenapa?

Karena Yesus sudah diutus kemudian telah menebus dosa-dosa mereka.

Kita katakan, "Kalau kalian yakin masuk surga, ya sudah bunuh diri saja. Untuk apa hidup di dunia lama lama, sedangkan kamu tahu bahwa di surga kenikmatan sangat enak dan lezat, tidak bisa dibandingkan dengan dunia. Lalu  untuk apa kalian berlama-lama di dunia?"

Tapi ini tidak pernah dilakukan oleh orang-orang Nasrani.

Beda dengan Islām, Islām mengajarkan bahwasanya seseorang tidak tahu bagaimana akhir hayatnya, maka dia berusaha terus beramal shālih. Semakin tinggi amal shalihnya semakin tinggi surganya. Dan dia tidak pernah merasa aman dari dosa-dosanya.

Setelah itu Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan:

وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ

_"Dan begitu pula istrinya membawa kayu bakar."_

Tentang masalah ini ada beberapa pendapat dikalangan ahli tafsir.

⇛ Istri Abū Lahab (ummu Jamil), suami istri ini kompak. Ummu Jamil sering mencela Nabi dhallallāhu 'alayhi wa sallam.

Sebagaimana disebutkan, tatkala turun surat Adh Dhuha dia mengatakan, "Kenapa Muhammad, apakah temanmu meninggalkan engkau, sudah beberapa hari tidak kelihatan?"

Dia mencela Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian pula disini disebutkan:

⇛Dia mengangkat kayu bakar.

Ada yang mengatakan bahwasanya ummu Jamil (istrinya Abū Lahab) suka melakukan namimah dan kayu bakar adalah untuk menyalakan permusuhan.

Jadi suaminya (Abū Lahab), tatkala Nabi ceramah dia pun ikut ceramah. Begitupula istrinya, dia selalu mengobarkan namimah agar masyarakat memusuhi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ini pendapat bahwa istrinya sering kelakukan namimah mengadu domba.

Pendapat yang lain mengatakan:

⇛ Ummu Jamil, dia membawa kayu bakar dan duri-duri lalu di letakan di jalan Nabi di malam hari dengan tujuan agar Nabi menginjak duri-duri tersebut.

Ada juga yang mengatakan bahwa cerita  inu tentang ākhirat.

⇛ Di ākhirat nanti suaminya di bakar dan dia membawa kayu bakar untuk membakar suaminya atau dia membantu proses dibakar suaminya.

Wallāhu Ta'āla a'lam bi shawab, intinya istrinya ikut serta dalam kelakukan suaminya yang menentang dakwah.

Kata Allāh:

فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ

_"Dan di lehernya ada tali dari sabut."_

"Masad" ada yang mengatakan:

√ Sabut atau semacam tumbuhan yang dibuat semacam kalung.

√ Ada juga yang mengatakan besi.

Jadi Allāh akan mengalungkan dia dengan kalung dari api neraka Jahannam, apakah api neraka tersebut berupa kayu yang terbakar ataukah besi yang di bakar oleh Allāh yang melekat pada dadanya.

Disebutkan karena Ummu Jamil punya kalung yang mahal dan dia mengatakan saya akan menginfaqkan kalung ini untuk memusuhi dakwah Muhammad. Oleh karenanya balasannya Allāh memberikan dia kalung yang merupakan api neraka Jahannam yang akan menyiksa dia di ākhirat kelak.

Kemanapun dia pergi kalung panas tersebut menyertai dia, dan ini merupakan adzab yang pedih yang Allāh berikan kepada Abū Lahab dan istrinya.

Ini lah tafsir ringkas yang bisa kita sampaikan pada kesempatan hari ini dari surat Al Masad.

Demikian wabillāhi taufiq.

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------

Tafsir Surat Al Masad Bagian 2

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 12 Rabi’ul Awwal 1439 H / 30 November 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al Kāfirūn, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 06)
📖 Tafsir Surat Al Lahab bagian 02
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0206
~~~~~~~

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lanjutkan dari tafsir Juz'amma surat Al Masad,

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ.

Kata Allāh:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

_"Binasalah kedua tangan Abū Lahab."_

Kata "watabb" (dan binasalah) kenapa diulangi?

تَبَّتْ dan وَتَبَّ

Kenapa diulangi "celaka" dan "celaka" ?

⇛ Kata para ulamā, ini penekanan bahwa dia sungguh sangat celaka.

√ Ada yang mengatakan تَبَّتْ yang pertama adalah do'a (maksudnya), "Semoga celaka engkau wahai Abū Lahab."

√ Kemudian kata Allāh وَتَبَّ "dan dia benar-benar celaka".

⇛ Jadi yang pertama do'a dan yang kedua pengkabaran, "Semoga engkau celaka wahai Abū Lahab," dan ternyata dia benar-benar celaka.

Abū Lahab ini luar biasa permusuhannya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Subhānallāh.

Kalau kita lihat paman-paman Nabi, bermacam-macam sifat dan karakternya.

Ada Abū Lahab, Abū Thalib, dan Hamzah bin Abdul Mutthalib, semuanya anak-anak Abdul Muthalib dan saudara kandung ayah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam (Abdullāh bin Abdul Mutthalib).

⇛ Abū Lahab memerangi (memusuhi) Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

⇛ Abū Thalib membela dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tetapi meninggal dalam keadaan kāfir, musyrik.

⇛ Hamzah bin Abdul Mutthalib yang membela Nabi sejak awal dan meninggal dalam perang Uhud.

⇛ Abbās bin Abdul Mutthalib paman Nabi yang masuk Islām belakangan.

Seperti kita tahu bahwa dulu orang-orang musyrikin Arab berhaji dan berumrah karena mereka beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, disamping mereka melakukan kesyirikan.

Kalau mereka datang ke Mina, kesempatan bagi berbagai macam kabilah dari Jazirah Arab, dari Yaman dan dari mana-mana, datang untuk melaksanakan ibadah haji, maka datanglah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, mendatangi kabilah tersebut satu persatu. Nabi mendakwahkan Islām kepada mereka.

⇛ Nabi mendakwahi tauhīd, Nabi menyuruh mereka untuk meninggalkan kesyirikan.

Abū Lahab adalah paman Nabi yang paling memusuhi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Bahkan disebutkan dalam riwayat, tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berdakwah di Mina, setiap kali Nabi selesai berdakwah,  munculah Abu Lahab.

Abū Lahab mengatakan:

↝Jangan kalian dengar orang ini (maksudnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam), orang ini gila.

↝ Jangan kalian dengar orang ini, karena orang ini keluar dari adat nenek moyangnya.

↝ Jangan kalian dengarkan orang ini, dia adalah pendusta.

Padahal Nabi adalah keponakannya Abū Lahab. Ini yang bicara pamannya sendiri (Abū Lahab) dan ini merupakan pemandangan yang sangat buruk.

Seorang berdakwah tapi dimusuhi oleh keluarga terdekatnya yaitu pamannya sendiri.

Kalau seandainya saya berdakwah terus yang memusuhi saya orang lain, bukan kerabat saya, orang masih bilang ini orang hasad (dengki). Tetapi kalau yang memusuhi saya adalah saudara bapak saya maka akan timbul dalam firasat orang, ini orang tidak beres paman saja memusuhi.

Dan Abū Lahab waktu memprovokasi kabilah-kabilah Arab untuk menolak dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, dia cerdas, dia menyebutkan satu istilah dia (Abū Lahab) tidak mengatakan Nabi penyihir, Nabi dukun, tapi dia mengatakan bahwa Nabi adalah "Orang yang keluar dari adat nenek moyang".

Karena Abū Lahab tahu bahwasanya keluar dari tradisi adalah perkara yang susah, orang yang keluar dari tradisi pasti di cela.

Oleh karenanya tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mendakwahi tauhīd apa kata orang-orang musyrikin?

إنا وجدنا آباءنا على أمة، وإنا على آثارهم مقتدون

_"Kami mendapati nenek moyang kami berada di atas tradisi ini (tradisi kesyirikan) dan kami hanya ingin mengikuti tradisi nenek moyang."_

Oleh karenanya, agar orang-orang tetap di atas agama mereka dan meninggalkan dakwah Nabi, maka dia mengatakan:

"Hadza shabiq  (Muhammad orang yang keluar dari tradisi kita) jangan dengarkan dia."

Sehingga orang tidak mau masuk Islām.

Tatkala Nabi dicela oleh pamannya Nabi pergi beranjak ke kabilah berikutnya. Nabi berdakwah kembali menyampaikan tauhīd mengingatkan orang-orang dari kesyirikan.

Abū Lahab datang lagi mengikuti terus Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam selagi. Nabi berdakwah Abū Lahab mencela Nabi lagi.

Setiap Nabi berpindah kepada kabilah lain Abū Lahab selalu mengikuti Nabi tapi Nabi tidak pernah terpengaruh dengan Abū Lahab.

Menurut para ulamā memang tidak semua cercaan dan celaan harus digubris (ditanggapi). Kalau ada mashlahatnya dibantah kalau tidak, tidak perlu.

Oleh karenanya tatkala Nabi berbicara Abū Lahab pun berbicara, Nabi tidak membantah akan tetapi Nabi meninggalkan mereka dan pindah ke Kabilah yang lain.

Ini menunjukan bagaimana jengkelnya Abū Lahab kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, yang seharusnya dia (Abū Lahab) mendukung karena Nabi adalah keponakannya.

⇛ Lihat Abū Thalib, Abū Thalib mendukung keponakannya.

Secara logika kalau keponakannya ini menjadi orang yang top orang yang ternama (pemimpin) dia juga beruntung karena dia pamannya. Tetapi Abū Lahab, karena kesyirikannya, dia tidak mau dengan dakwah tauhīd sehingga keponakannya pun dia perangi.

Padahal paman-paman Nabi yang lain semuanya senang dengan dakwah Nabi.

Lihat !

√ Abū Thalib meskipun dia syirik dia tetap membela Nabi.
√ Hamzah membela Nabi.
√ Abbās membela Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Hanya Abū Lahab yang aneh sendiri, dia membenci dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

⇛ Nama Abū Lahab adalah Abdul Uzzā bin Abdul Mutthalib tetapi Allāh tidak menyebutkan namanya disini karena namanya isinya kesyirikan.

Kalau Fir'aun Allāh sebut namanya Fir'aun karena Fir'aun namanya tidak mengandung kesyirikan.

Tapi Abdul Uzzā (hambanya berhala Uzzā) nama yang mengandung kesyirikan. Oleh karenanya Allāh tidak menyebutkan Abdul Uzzā dalam Al Qurān tapi Allāh sebutkan gelarnya Abū Lahab.

⇛Dinamakan Abū Lahab karena wajahnya agak merah-merah, ada yang mengatakan wajahnya bersinar, tampan.

Namun sebagian ulamā seperti Al Qurthubi dan diantara ahli tafsir mengatakan, seharusnya kalau wajah seseorang bersinar dikatakan Abū Nur, orang yang bercahaya wajahnya. Tetapi Allāh mentakdirkan orang-orang tidak mengelari Abū Lahab dengan Abū Nur (Abū Cahaya) tetapi Abū Lahab (Abū menyala).

⇛ Walau wajahnya bersinar tetapi di gelari oleh orang-orang dengan sebutan orang yang memiliki wajah yang menyala-nyala. Dan ternyata akan dimasukan dalam api yang menyala-nyala.

Demikian, wabillāhi taufiq

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------

Tafsir Surat Al Masad

Tafsir Surat Al Masad

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 11 Rabi’ul Awwal 1439 H / 29 November 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al Kāfirūn, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 05)
📖 Tafsir Surat Al Lahab bagian 01
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0205
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Kita lanjutkan dari tafsir Juz'amma surat Al Masad,

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

Surat ini, dengan kesepakatan para ulamā, merupakan surat Makkiyyah.

Maksudnya surat yang turun diawal tatkala dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di Mekkah yang ditentang oleh pamannya Abū Lahab dan juga istri pamannya Ummu Jamil.

Satu keluarga yang jahat yang menentang dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah seorang yang dikenal al amin (orang yang jujur), shādiqul amin (orang yang jujur dan terpercaya) dan ini dikenal oleh orang-orang musyrikin.

Seperti pernah saya sampaikan, diantara pengakuan mereka terhadap keamanahan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, mereka menyimpan barang-barang berharga mereka kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam karena mereka tahu Muhammad adalah seorang yang amanah.

⇛ Kalau mereka punya harta yang berharga mereka simpan (titipkan) kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk di jaga oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bahkan proses penyimpanan barang berharga ini berlanjut meskipun Nabi sudah menyatakan kalau beliau adalah seorang Nabi.

⇛ Ini perkara yang sangat menakjubkan dari akhlaq Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Orang-orang musyrikin, sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi mereka menitipkan barang-barang berharga. Kemudian tatkala Nabi berumur 40 tahun Nabi menyatakan sebagai seorang Nabi maka mereka (seluruhnya) memusuhi Nabi.

Mereka mengatakan bahwa:

√ Nabi pendusta.
√ Nabi orang gila (majenun).
√ Nabi adalah syair (penyair gila).
√ Nabi masyhuran (disihir).
√ Nabi dukun.

Seluruh tuduhan-tuduhan buruk mereka lontarkan kepada Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Namun anehnya mereka tetap menyimpan barang-barang berharga mereka kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

⇛ Jadi lisan mereka mencela Nabi, tapi barang-barang berharga mereka tetap disimpan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

⇛ Seandainya mereka jujur dalam tuduhan mereka bahwasanya Muhammad adalah seorang pendusta maka mereka tidak akan menyimpan barang-barang berharga kepada Nabi.

⇛ Dan proses penyimpanan barang-barang berharga ini terus berlanjut sampai Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam hijrah ke kota Madīnah.

Tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berhijrah dari kota Mekkah menuju ke kota Madīnah, di rumah beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) masih ada barang-barang berharga titipan orang-orang kāfir Quraishy, dan bisa saja Nabi marah dan membawa barang-barang berharga tersebut lari, tetapi tidak beliau lalukan karena beliau adalah orang yang amanah, orang yang tidak pernah dusta sama sekali.

⇛ Sebelum menjadi Nabi tidak pernah berdusta apalagi setelah menjadi Nabi (shallallāhu 'alayhi wa sallam).

Tatkala Nabi berhijrah Nabi menugaskan Ali bin Abi Thalib radhiyallāhu Ta'āla 'anhu selama 3 hari 3 malam untuk mengembalikan barang-barang berharga tersebut.

Ini menakjubkan sekali, bagaimana orang-orang musyrikin Arab menyatakan Nabi pendusta, namun mereka tetap menyimpan barang-barang berharga mereka kepada Nabi, mengapa?

Karena Nabi dikenal sebagai orang yang amanah.

⇛ Diantara bukti bahwasanya Nabi dikenal sebagai orang-orang yang amanah adalah tatkala terjadi perselisihan antara pembesar-pembesar kāfir Quraishy, tatkala mereka membangun Ka'bah (Ketika itu umur Nabi 35 tahun Ka'bah mengalami kerusakan). Sehingga orang-orang kāfir Quraishy mengadakan musyawarah berniat untuk memperbaiki Ka'bah .

Akhirnya mereka memilih agar Ka'bah dihancurkan, diganti dengan batu yang baru karena umur Ka'bah sudah tua dan merekapun bekerja sama untuk menghancurkan Ka'bah kemudian mereka membangun Ka'bah dengan batu-batu yang baru.

Setelah mereka selesai membangun Ka'bah tinggal hajar aswad yang belum di letakan pada posisinya terjadilah khilaf diantara orang-orang Quraishy tatkala itu, mereka tahu bahwasanya hajar aswad adalah batu yang mulia dan masing-masing kabilah ingin merekalah yang meletakan hajar aswad pada tempatnya.

Mereka tahu bahwasanya kabilah yang mulialah yang berhak untuk meletakan hajar aswad pada tempatnya, sehingga terjadilah khilaf diantara kabilah-kabilah tersebut.

⇛ Bahkan sebagian riwayat menyebutkan khilaf ini berlanjut sampai tiga hari tiga malam atau beberapa hari. Sampai akhirnya mereka bersumpah dengan darah tatkala itu bahwasanya kita akan nekad menumpahkan darah kita yang penting kabilah kita yang meletakan hajar aswad pada tempatnya.

Tatkala khilaf mereka semakin keras tiba-tiba ada yang memiliki ide, untuk menunggu orang yang pertama kali masuk ke masjid Harām dan menyerahkan masalah tersebut (peletakan hajar aswad) kepada orang tersebut, dan menerima apa yang orang tersebut putuskan.

Tatkala mereka sedang menanti, tiba-tiba masuklah Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam dari babus shafa, sebagaimana diriwayatkan oleh Imām Ahmad dalam Musnadnya dengan sanad yang hasan.

Maka tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam masuk serentak mereka berkata:

أَتَانَا الأمِيْن - رضينا بالأمين

_"Telah datang kepada kita orang yang amanah, kami ridha dengan yang amanah."_

Mereka ternyata mengenal Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam. Tatkala itu Nabi belum menjadi Nabi (masih berumur 35 tahun).

Mereka sepakat Muhammad adalah orang yang amanah dan ridhā dengan keputusan Muhammad. Maka datanglah Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam memberi ide kepada mereka.

⇛ Ide yang diberikan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pun disetujui, ini jugs menunjukan cerdasnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Lalu Nabi mengelar selendang/kain, kemudian Nabi meletakan hajar aswad ditengah-tengah kain tersebut. Lalu Nabi memerintahkan kepada semua kabilah untuk memegang ujung kain tersebut, jadi hajar aswad tersebut diangkat bersama-sama dan para kabilah itu setuju.

Jadi mereka para kabilah rata dan mulia karena sama-sama mengangkat hajar aswad.

Setelah hajar aswad itu sampai pada tempatnya lalu Nabi meletakan hajar sswad tersebut. Jadi yang mulia adalah nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, namun mereka ridhā dengan keputusan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

⇛ Intinya, saya ingin sampaikan bahwa Nabi dikenal sebagai orang yang terpercaya.

⇛ Dari kejadian ini seakan-akan Allāh menyiapkan/ mengingatkan kembali kepada mereka bahwasanya Muhammad adalah orang yang amanah:

"Apakah kalian lupa dengan kejadian 5 tahun lalu tatkala kalian hampir menumpahkan darah kalian, kemudian kalian ridhā dengan keputusan orang yang amanah?"

"Sekarang, 5 tahun berikutnya, kalian mengatakan Muhammad pendusta."

Ini suatu yang mustahil tapi mereka lakukan.

Oleh karenanya tatkala Nabi berusia 40 tahun Nabi mulai melaksanakan dakwa dengab syirriah, kemudian terang-terangan.

Kemudian suatu hari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengumpulkan orang-orang musyrikin.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memanggil seluruh kabilah, mereka dikumpulkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam seakan-akan telah terjadi suatu yang berbahaya.

Kemudian datanglah semua suku Quraishy tatkala itu.

Kalau ada yang tidak bisa datang mereka mengutus orang, diantaranya paman Nabi Abū Lahab.

Maka berkumpulah orang-orang musyrikin.

Setelah itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

"Wahai kaumku, kalau aku kabarkan kepada kalian bahwasanya ada pasukan berkuda dibalik gunung ini dan ingin menyerang kalian, apa kalian membenarkan perkataanku ini?"

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala itu naik di Jabal Shafa dihadapan beliau orang-orang kāfir Quraishy, pembesar-pembesar kāfir Quraishy.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

"Wahai kaumku, kalau aku kabarkan kepada kalian ada musuh yang datang tiba-tiba dibelakang kalian, apakah kalian akan membenarkan aku?"

Maka serempak mereka berkata:

"Kami tidak pernah tahu engkau pernah berdusta sama sekali wahai Muhammad dan kami tidak tahu dari engkau kecuali kejujuran."

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam cerdas, sebelum beliau mengabarkan sesuatu yang ghaib (tentang Islam), beliau ingatkan kepada mereka dengan mengatakan, kalau beliau menyampaikan ada kabar  tentang adanya musuh dibelakang gunung (yang mereka tidak melihat/ghaib), mereka percaya atau tidak.

Dan mereka semua mengatakan percaya.

⇛ Ini juga masalah yang ghaib, tapi ghaib yang nisby, karena mereka tidak melihat musuh dibelakang gunung sedangkan Nabi melihat.

Kemudian, kata Nabi:

فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٌ شَدِيدٍ

_"Kalau begitu saya ingatkan kepada kalian, saya adalah pemberi peringatan kepada kalian sebelum datang adzab yang pedih."_

⇛ Artinya hendaknya kalian bertauhīd sebelum datang adzab yang pedih.

Maka mereka kaget dengan pernyataan Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, tidak ada yang berbicara tatkala itu.

Tiba-tiba muncul paman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yaitu Abū Lahab (saudara kandung bapaknya) maka dia (Abū Lahab) mengatakan:

تَبًّا لَكَ أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا

_"Celaka engkau (wahai Muhamma), apakah karena ini engkau mengumpulkan kami?"_

(HR Bukhari nomor 4427, versi Fathul Bari nomor 4801)

Karena saat itu Rasūlullāh benar-benar mengumpulkan mereka.

Maka turunlah firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla yaitu surat Al Masad.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman :

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

_"Binasalah kedua tangan Abū Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa."_

Wallāhu A'lam, sebagian ulamā mengatakan kenapa dikatakan kedua tangan Abū Lahab.

▪Sebagian ulama mengatakan, mungkin ketika Abu Lahab memaki dan mencela Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, dia menunjuk-nunjuk dengan kedua tangannya. Sehingga kedua tangannya yang pertama kali disebut oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

▪Sebagian ulama mengatakan karena kedua tangan merupakan perwakilan dari segala sesuatu. Apabila seseorang hendak melakukan sesuatu, maka dia menggunakan kedua tangannya.

⏺Intinya, celaka Abu Lahab, kedua tangannya dan seluruh tubuhnya..

Demikin, Wabillāhi taufiq.

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------

Surat Al Kafirun, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 04)

Surat Al Kafirun, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 04)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 10 Rabi’ul Awwal 1439 H / 28 November 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al Kāfirūn, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 04)
📖 Tafsir Surat An Nashr bagian 02
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0204
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita lanjutkan dari tafsir Juz'amma surat An Nashr.

Surat ini dikenal dengan nama lain yaitu surat Al Taudi' (surat perpisahan).

Kenapa?

⇛ Karena setelah turun surat ini maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak lama kemudian datang ajalnya.

Oleh karenanya banyak ulamā menyatakan surat yang terakhir turun secara lengkap adalah surat An Nashr.

Memang ada ayat-ayat yang terakhir turun seperti ayat:

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ

_"Takutlah kalian kepada hari dimana kalian akan dikembalikan kepada Allāh."_

(Qs. Al Baqarah :281)

⇛ Ini termasuk ayat yang terakhir turun.

Kemudian, ada juga yang mengatakan ayat yang terakhir turun adalah:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

_"Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian bagi kalian dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu."_

(QS Al Māidah : 3)

⇛Tatkala ayat ini turun, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sedang berhaji (tatkala wukuf di padang Arafah).

Ini ayat-ayat yang terakhir turun, tetapi surat yang lengkap terakhir turun adalah surat An Nashr,

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ

Oleh karenanya nama lain dari surat An Nashr adalah surat Al Taudi' yaitu surat perpisahan, karena surat ini menunjukan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam akan meninggal dunia.

Dalam satu riwayat, tatkala Umar bin Khattab radhiyallāhu Ta'āla 'anhu mengumpulkan ahlul Badr (para shahābat senior), kemudian Umar bin Khattab radhiyallāhu Ta'āla 'anhu juga mengajak Ibnu Abbās radhiyallāhu Ta'āla 'anhuma untuk masuk dalam musyawarah (rapat) tersebut.

Sebagian shahābat agak heran tatkala melihat Umar membawa Ibnu Abbās.

Kenapa?

Karena Ibnu Abbās masih shahābat kecil (masih muda umurnya) sementara shahābat-shahābat lain juga memiliki anak yang hebat sebagaimana Ibnu Abbās.

Akan tetapi:

√ Ibnu Abbās memiliki kelebihan,
√ Ibnu Abbās seorang yang alim,
√ Ibnu Abbās memiliki perhatian khusus tentang tafsir Al Qurān.

Sehingga dikatakan mufasirnya para shahābat.

Tatkala dikumpulkan para shahābat senior bersama Ibnu Abbās, maka Umar bertanya kepada para shahābat senior, bagaimana menurut kalian tentang surat ini:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًافَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

Maka mereka menafsirkan dengan tafsiran yang dzahir, kata mereka artinya :

√ Allāh memberikan anugerah (kemenangan) kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
√ Allāh memberikan pertolongan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Setelah itu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk bertasbih dan beristighfār.

⇛ Ini dzahir dari surat An Nashr.

Kemudian Umar bertanya kepada Ibnu Abbās, "Bagaimana menurut engkau wahai Ibnu Abbās tentang surat ini?"

Maka Ibnu Abbās mengatakan, "Surat ini menunjukan bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam akan meninggal dunia."

Kenapa bisa demikian?

Karena ayat ini menunjukan Islām telah jaya.

Buktinya apa?

وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا

√ Telah datang kemenangan
√ Telah datang pertolongan
√ Dan engkau melihat seluruh orang akan berbondong-bondong masuk Islām.

→ Kalau seluruh orang sedang berbondong-bondong masuk Islām berarti tugas Nabi sudah selesai.

→ Kalau tugas Nabi sudah selesai berarti Nabi akan meninggal dunia.

⇛ Ini merupakan pandangan yang tajam dari Ibnu Abbās radhiyallāhu Ta'āla 'anhuma dan benar.

Oleh karenanya setelah turun surat ini kemudian tidak lama Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam meninggal dunia.

Yang menakjubkan, di akhir surat ini Allāh mengatakan :

وَاسْتَغْفِرْه

_"(Wahai Muhammad,) mintalah ampunan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

Apakah Nabi berbuat kesalahan?

Setelah Nabi berdakwah selama 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madīnah, apakah Nabi berbuat kesalahan sehingga diperintahkan untuk beristighfār?

Jawabannya :

Ini menunjukan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tetap mengakui bagaimanapun dia beribadah kepada Allāh tidak akan bisa menyamai keagungan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Seseorang, kalau shalāt, bagaimana pun shalātnya, bagaimanapun khusyuknya tidak akan setara dengan keagungan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

• Allāh sungguh sangat agung.
• Allāh sungguh sangat mulia.

Apa yang kita lakukan, ibadah yang kita lakukan tidak bisa menyamai anugerah yang Allāh berikan kepada kita.

Kemudian, hal ini juga menunjukan bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak ujub dan tidak bangga dengan apa yang telah dia lakukan.

Bayangkan!

23 tahun Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berdakwah semua yang dilakukan karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

• Beliau diusir dari kaumnya.
• Beliau hendak dibunuh oleh kaumnya.
• Beliau sampai menahan rasa lapar, hinaan dan cacian.

Setiap langkah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, setiap nafas Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, semua karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian setelah 23 tahun dakwah beliau berhasil akan tetapi beliau tidak pernah angkuh dan ujub.

Karenanya di akhir hayat beliau, beliau banyak beristighfār kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Beliau akui bahwasanya bagaimanapun apa yang beliau lakukan pasti ada kekurangannya.

Oleh karenanya kita dapati setiap selesai shalāt dzikir yang pertama diucapkan oleh seorang hamba adalah Istighfār 3 (tiga) kali,

اَسْتَغْفِرُ اَلله - اَسْتَغْفِرُ اَلله - اَسْتَغْفِرُ اَلله

Karena seorang hamba sadar bagaimanapun dia shalāt tidak akan sempurna shalātnya. Dia tidak akan bisa melaksanakan perintah Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan sempurna.

Oleh karenanya, kekurangan tadi di tutup dengan I?istighfār kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kalau Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang shalātnya luar biasa khusyuk, diperintahkan untuk beristighfār bagaimana dengan kita-kita yang shalātnya penuh dengan kekurangan?

Kalau Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang dakwahnya 23 tahun, seluruhnya karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan berhasil dakwah beliau yang kita rasakan keberhasilannya hingga sekarang, diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk Istighfār, bagaimana dengan para da'i yang lain, yang terkadang dakwahnya belum tentu ikhlas, terkadang dakwahnya belum tentu benar?

Kalau dakwahnya benarpun dia  harus beristighfār kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala beliau masuk ke kota Mekkah untuk menaklukan kota Mekkah, beliau (disebutkan) masuk dengan mengendarai kendaraannya dalam keadaan tawādhū. Beliau menundukan wajah beliau. Beliau tidak masuk ke kota Mekkah dengan keangkuhan, dengan penuh kegagahan dengan menyatakan, "Wahai penduduk Mekkah, saya telah datang kalian telah mengusir saya 8 tahun lalu sekarang saya akan menundukan kalian," sama sekali tidak diucapkan oleh Nabi.

Bahkan Nabi berjalan dengan penuh tawādhū (dengan penuh kerendahan). Sampai-sampai disebutkan dagu beliau hampir mengenai pelana tunggangan beliau, karena beliau  tahu bahwasanya seluruhnya karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tidak ada ujub dalam diri beliau, tidak ada merasa bahwasanya beliau punya peran (andil), semuanya diatur oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan ini merupakan contoh bagi kita terutama para da'i, agar tidak pernah ujub, bangga dengan keberhasilan dakwahnya.

Lihat ! Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam 23 tahun berdakwah diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk beristighfār.

Setelah turun surat ini Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memperbanyak Istighfār.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ

Beliau membaca doa ini tatkala ruku dan sujud.

Ini diantara dzikir sujud dan ruku yang bisa dibaca bagi orang yang sedang shalāt.

Demikianlah yang bisa disampaikan pada kesempatan kali ini, In syā Allāh kita lanjutkan dengan tafsir surat yang lain.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------

Surat Al Kafirun, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 03)

Surat Al Kafirun, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 03)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 09 Rabi’ul Awwal 1439 H / 27 November 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al Kāfirūn, An Nashr Dan Al Lahab (Bagian 03)
📖 Tafsir Surat An Nashr bagian 01
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0203
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Kita melanjutkan dengan tafsir surat An Nashr.

√ Surat ini adalah surat Madaniyyah, artinya diturunkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla setelah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berhijrah ke kota Madīnah.

√ Surat ini menjelaskan tentang kemenangan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam Fathu Mekkah.

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam shalāt 8 (delapan) raka'at di waktu dhuha sebagai bentuk syukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman di awal surat ini:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ

_"Jika telah datang pertolongan Allāh dan kemenangan."_

⇛ "Al fath" di sini sebagaimana penjelasan Ibnu Katsīr rahimahullāh, bahwa seluruh ulamā ('ijmā') yang dimaksud dengan fath di sini adalah Fathu Mekkah.

Fathu Mekkah yaitu saat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menaklukan Mekkah, setelah 8 tahun beliau terusir dari kota Mekkah.

Kita tahu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berdakwah di kota Mekkah selama 13 tahun. Siang dan malam beliau berdakwah akan tetapi orang-orang musyrikin Arab tidak menerima dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Akhirnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diusir. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam harus berhijrah:

√ Meninggalkan Mekkah kota yang sangat dicintainya,
√ Meninggalkan tanah kampung halamannya,
√ Meninggalkan banyak nostalgia yang ada di kota Mekkah (rumah istrinya Khadījah, anak-anaknya dilahirkan di Mekkah).

Dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mencintai kota Mekkah. Beliau rindu untuk selalu bisa beribadah di masjidil Harām dihadapan Ka'bah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Akan tetapi karena kezhaliman kesombongan dan keangkuhan orang-orang musyrikin, mereka ingin membunuh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bahkan mereka membuat sayembara bahwa barang siapa yang bisa membunuh Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam dan Abū Bakar, akan mendapatkan ganjaran sekian dan sekian ratusan ekor unta.

Akhirnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersama Abū Bakar keluar (berhijrah) meninggalkan kota Mekkah yang dicintainya.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam setelah terusir lama dari kota Mekkah.

Akhirnya 8 tahun kemudian, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam kembali menaklukan kota Mekkah, masuk dengan rahmat dan karunia dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Yang dikenal dengan Fathu Mekkah.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan dalam ayat ini:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ

_"Jika telah datang pertolongan Allāh dan kemenangan."_

وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا

_"Dan engkau melihat orang-orang masuk dalam agama Allāh, berkelompok-kelompok (berbondong-bondong)._"

⇛ Jadi disebutkan oleh para ahli tafsir, banyak kabilah-kabilah Arab yang menanti kemenangan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengalahkan orang-orang kāfir Quraishy.

Mereka mengatakan, "Kalau Muhammad berhasil mengalahkan kaumnya orang-orang kāfir Quraishy maka dia adalah seorang Nabi (ini bukti dia seorang Nabi)."

Dan ternyata benar akhirnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menaklukan kota Mekkah, akhirnya tatkala itu banyak kabilah-kabilah Arab masuk Islām dan membenarkan Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagai Nabi.

Setelah itu kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

_"Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha penerima taubat."_

Dan ini menakjubkan para hadirin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla, setelah menjelaskan tentang nikmat dan karunia kemenangan yang Allāh berikan kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka:

√ Allāh menyuruh Nabi untuk bertasbih dengan memuji Allāh, dan
√ Allāh menyuruh Nabi untuk beristighfār kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ

"Fasabbih" artinya :

√ Sucikanlah Allāh Subhānahu wa Ta'āla dari segala bentuk kekurangan.
√ Sucikanlah Allāh Subhānahu wa Ta'āla dari segala bentuk kesyirikan.

"Bihamdi" artinya :

Disertai dengan pengagungan dan pujian.

⇛"Alhamdu" dalam bahasa Arab artinya memuji, menyanjung disertai dengan pengagungan dan kecintaan.

Beda dengan "al madzhu".

⇛Al madzhu artinya juga pujian dan sanjungan, tetapi kalau al madzhu, pujian (madzah), itu tidak mesti disertai dengan pengangungan dan kecintaan.

Contohnya:

→ Saya memuji bangunan. Saya mengatakan, "Bangunan ini indah," tidak berarti saya mencintai atau mengagungkan bangunan tersebut.

→ Saya mengatakan (misalnya), "Tembok ini, tembok yang bagus," bukan berarti saya mencintai tembok tersebut, bukan berarti saya mengagungkan tembok tersebut.

Tetapi kalau al hamdu, alhamdulillāh (saya memuji Allāh), maka disertai dengan pengagungan dan kecintaan.

Allāh mengatakan:

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ

_"Dan sucikanlah Allāh Subhānahu wa Ta'āla disertai dengan sanjungan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

Jadi, selain mensucikan Allāh dari segala bentuk kesyirikan, mensucikan Allāh dari segala bentuk kekurangan, sertakanlah dalam pensucian tersebut pujian-pujian terhadap Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وَاسْتَغْفِرْهُ

_"Dan mintalah ampunan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

Setelah turun surat ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sering membaca dalam ruku dan sujudnya:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ

Karena Allāh mengatakan:

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertasbih dan beristighfār dalam ruku dan sujudnya untuk mengamalkan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla (surat ini).

Kemudian Allāh mengatakan:

إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

_"Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha penerima taubat."_

Demikian, wabillāhi taufiq.

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------