Laman

FIQIH RAMADHAN BAGIAN 03 DARI 07


🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 13 Sya'ban 1438 H / 10 Mei 2017 M
👤 Ustadz Abu Ihsan Al-Maidany, MA
📗 Materi Tematik: Fiqih Ramadhān (Bagian 3 dari 7)
⬆ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AI-FiqihRamadhan-03
⬆ Sumber: https://youtu.be/KsGQADMs50k
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

*FIQIH RAMADHĀN BAGIAN 03 DARI 07*


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Alhamdulillāhiladzī bini'matihi tatimmushshālihāt.

Kemudian perkara berikutnya adalah perkara-perkara yang dapat merusak ibadah puasa kita. Yang dapat merusak bukan berarti membatalkan.

Yang membatalkan puasa, seperti; makan, minum, berjima' (bersetubuh dengan istri disiang hari), dan beberapa pembatal-pembatal puasa.

Di sana ada perkara-perkara yang dianggap sebagian orang itu boleh tapi sebenarnya itu semua dapat merusak ibadah puasanya.

Diantaranya, adalah:


*⑴ Tidak menahan lisannya dari dusta, ghībah dan namimah.*

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan di dalam hadītsnya.

Dari Abū Hurairah, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلُ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ عَزَّوَجَلَّ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

_"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta sewaktu berpuasa maka Allāh tidak menerima puasanya meskipun dia telah meninggalkan makan dan minumnya."_

(Hadīts Riwayat Bukhāri 4/99)

⇒Ini merupakan ancaman bagi orang yang berpuasa.

Sama seperti orang yang shalāt diancam juga:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ* الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

_"Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dalam shalatnya."_

(QS Al Mā'ūn: 4-5)

Bukan karena tidak shalāt atau batal shalātnya, akan tetapi karena mereka lalai didalam shalātnya.

Demikian pula orang yang berpuasa, Allāh ancam mereka. Bukan karena mereka tidak berpuasa tetapi mereka melakukan hal-hal yang tercela saat beribadah (saat berpuasa).

Sama seperti orang yang shalāt tetapi hatinya lalai, anggota tubuhnya tidak khusyu', pikirannya entah kemana. Terkadang diapun tidak tahu apa yang dia baca. Orang ini shalāt (shalāt badannya) tetapi tidak shalāt hatinya, tidak shalāt jiwanya, tidak shalāt ruhnya.

Demikian juga orang yang berpuasa, banyak orang berpuasa akan tetapi hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالْعَطَشُ

_"Beberapa banyak orang-orang yang berpuasa tapi hanya mendapatkan lapar dan dahaga dari ibadah puasanya."_

(Hadīts Riwayata  Ibnu Mājah 1/539, Darimi 2/211, Ahmad 2/441,373, Baihaqi 4/270 dari jalan Said Al-Maqbari dari Abū Hurairah. Sanadnya shahīh)

Tentunya kita tidak ingin, ibadah puasa kita itu seperti ini, yaitu kita tidak dapat apa-apa kecuali lapar dan dahaga.

Demikian juga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan.

Dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ فَقَطْ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ وَجَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ

_"Puasa itu bukan hanya menahan diri dari makan dan minum namun juga menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji."_

(Hadīts Riwayat Ibnu Khuzaimah 1996, Al Hakim 1/430-431, sanadnya shahīh)

Jadi lisān dari perkataan dan perbuatan keji. Maka ibadah puasa itu harus bisa menjadi ajang latihan untuk memanage lisān kita, menahan dan mengekang lisān kita. Ini adalah anggota tubuh yang sulit untuk dikekang, sulit untuk dikendalikan.

Saya yakin, setiap orang pasti sedikit dari kata-katanya itu yang betul-betul dia pikirkan. Kebanyakan kata-kata yang keluar dari lisān kita itu adalah kata-kata yang tidak kita saring, tidak kita pikirkan sebelum kita mengeluarkannya.

Padahal kita tahu bahwasanya:

 مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

_"Tidak ada satu hurufpun yang keluar dari lisān kita melainkan semua tercatat."_

==> tercatat oleh malāikat-malāikat yang mengawas lagi mencatat.

Seperti itulah memang, lidah tidak bertulang, sangat elastis. Itulah hikmah penciptaan lisān ini tidak bertulang karena kalau bertulang susah untuk digerakan.

Sadarkah kita bahwa banyak nikmat hidup itu karena kita punya lisān.

Tapi lisān ini bisa menjadi sumber malapetaka, apabila tidak digunakan semestinya.

Maka pada bulan puasa itu, lisān kita latih untuk menahan selera dari berbagai macam kelezatan makanan dan minuman dan dilatih juga untuk tidak bicara kecuali yang baik.

Ketika kita ingin mencaci seseorang, membalas cacian seseorang, kita sadar kita  sedang berpuasa.

Nabi mengatakan:

فَإِنْ شَابَكَ أِحَدٌ أَوْ جَهَلَ عَلَيْكَ فَقُلْ : إِنّي صَا ئِمٌ، إِنِّي صَاءِمٌ

_Jika ada orang yang memakimu atau berbuat jāhil terhadapmu, katakanlah, "Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa."_

(Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah 1996, Al Hakim 1/430-431, sanadnya SHAHIH)

Ibnu Hajar Asqalani mengatakan:

_Perkataan Nabi "َقُلْ " (katakanlah), ini bukan hanya perkataan hati tetapi perkataan lisān supaya didengar dengan telingga, supaya kita sadar dan menyadarkan diri kita bahwa kita sedang berpuasa._

Demikian, ikhwāniy fīdīn ma'āsyiral muslimin.

Jadi kita katakan:

 إِنِّي صَائِمٌ, إِنِّي صَائِمٌ

Tujuannya adalah untuk menyabarkan diri kita, untuk menenangkan jiwa dan hati kita yang terkadang ingin marah.

Tergelincirnya kita dalam cacian, makian, kata-kata yang tidak senonoh (keji) karena ingin membalas.

Tanpa ada sebab mungkin kita tidak akan mencaci orang lain, kecuali orang yang sakit jiwa, tidak ada sebab mencaci orang lain.

Kadang-kadang kita ingin mencaci orang lain karena orang lain itu berbuat jāhil atau memaki kita, barulah kita balas.

Maka ketika kita berpuasa, kita dilatih untuk menahan diri, mengendalikan lisān kita.


*⑵ Melakukan perbuatan yang sia-sia, perbuatan jāhil, usil, bercanda yang melewati batas.*

Maka ketika kita berpuasa berlatihlah untuk mengurangi hal-hal yang memang pada dasarnya mungkin mubah tapi bedanya dengan perkara yang makruh dan harām itu hanya benang tipis. Sedikit saja kita bisa tergelincir kepada yang makruh bahkan yang harām.

Misalnya:

Bercanda perkara-perkara jāhil, perkara-perkara yang sia-sia.

Oleh karena itu hendaknya kita menjaga diri selama bulan Ramadhān, karena bulan Ramadhān merupakan bulan latihan.


*⑶ Dosa mata.*

Mata merupakan panah iblīs, tergantung kemana kita panahkan (tembakan) anak panah kita, itulah sasarannya.

Ghaddul bashar (menundukan pandangan) sangatlah berat apalagi di zaman sekarang. Ketika kita keluar melihat ke bawah salah, ke kanan salah ke kiri salah.

Memang pandangan pertama tidak apa-apa, tapi yang kedua, ketiga dan seterusnya ini yang jadi masalah.

Maka di dalam bulan Ramadhān itu kita melatih diri terutama dalam hal ghaddul bashar (menjaga pandangan kita).

Maka salah satu solusinya adalah di bulan Ramadhān jangan terlalu banyak keluar rumah (keluyuran), kita harus membatasi diri karena kita sedang berpuasa.

Mudah-mudahan lepas bulan Ramadhān kita juga dapat mempertahankan hal positif tersebut, karena bulan Ramadhān adalah bulan untuk mengupgrade keimānan kita.

Kalau tidak terupgrade juga di bulan Ramadhān, mungkinkah kita mengupgradenya, menaikan kwalitas imān kita di bulan-bulan lainnya?

Padahal kita tahu di bulan-bulan yang lain kita lepas kontrol karena ada saja alasan untuk melakukan hal-hal tersebut. Namun di bulan Ramadhān minimal kita ada muncul rasa malu kita, rasa malu kita naik.

Seperti kita datang ke majelis 'ilmu. Di majelis 'ilmu naik imān kita seolah-olah surga dan neraka ada di hadapan mata kita. Wajar!

Karena kalau di tempat ini (majelis 'ilmu) tidak naik imān kita maka itu terlalu.

Begitu kita keluar majelis 'ilmu lupa lagi.

Itulah salah satu alasan kita dituntut terus menuntut ilmu walaupun materinya berulang-ulang karena kita menuntut ilmu saja banyak yang lupa dan ini sering terjadi.

Ikhwāniy fīdīn ma'āsyiral muslimin rahimani wa rahimakumullāh.

Jadi di bulan Ramadhān ini adalah bulan dimana kita menaikan (meningkatkan) kualitas imān kita.


سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_________________________
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi *Donatur Rutin Program Dakwah & Sosial Cinta Sedekah*

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
4. Operasional Dakwah & Kegiatan Sosial

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------