Laman

Mendidik Anak di Bulan Ramadhan

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 09 Ramadhan 1436 H/26 Juni 2015 M
🌙 Materi Tematik Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

~ MENDIDIK ANAK DI BULAN RAMADHĀN ~

Bulan Ramadhān merupakan furshah (kesempatan emas) untuk mendidik anak mengajarkan ibadah puasa dan kita dianjurkan untuk mendidik anak-anak agar terbiasa beribadah sejak dini.

Dalam shalat, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ أَبْنَاءَ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ

"Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat semenjak 7 tahun dan pukullah mereka jika mereka tidak mau shalat setelah mereka berumur 10 tahun." (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Irwā'u Ghalīl, no. 247)

Ini perintah dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk memerintah anak kita untuk shalat.

Kita tahu bahwasanya seorang anak yang berumur 7 tahun atau 10 tahun belum baligh, belum wajib untuk shalat, akan tetapi orangtua diperintahkan untuk mendidik mereka.

Artinya bahwa jika orangtua membiarkan anak-anaknya tidak shalat pada umur 10 tahun maka orangtua yang berdosa, orangtua yang salah jika sehingga anaknya setelah besar tidak shalat karena saat anaknya masih kecil orangtua tidak perhatian dan tidak memerintahkan shalat.

Perintah ini diperintahkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ditujukan kepada orangtua.

Demikian juga ibadah puasa, kita hendaknya melatih anak-anak untuk melaksanakan ibadah puasa semenjak mereka kecil. Oleh karenanya disebutkan dalam atsar dari Rabī' Bintu Muawwidz radhiyallāhu 'anhā mengatakan:

كنا نصوم ونصوِّم صبياننا، ونجعل لهم اللعبة من العهن 

Kami dahulu para shahābat berpuasa dan kami memerintahkan anak-anak untuk berpuasa. Kami buatkan mainan bagi mereka mainan yang terbuat dari kain wol." (kalau salah seorang anak menangis maka kami berikan mainan tersebut sampai mereka lupa/lalai sehingga datang waktu berbuka puasa). (HR. Bukhari)

Jadi, mereka para salaf dahulu melatih anak-anak mereka untuk melaksanakan ibadah puasa sejak kecil.

Ini adalah atsar yang sangat agung yang menjelaskan bagaimana perhatian para ulama salaf, selain mereka berpuasa juga mereka melatih anak-anak mereka untuk melaksanakan ibadah puasa, bahkan mereka berusaha membantu dengan membuat mainan untuk anak-anak.

Oleh karenanya kitapun demikian, melatih anak-anak dan mengajak anak-anak untuk berpartisipasi melakukan ibadah yang sangat agung yaitu ibadah puasa. Sejak kecil kita latih mereka meskipun mereka tidak mampu, misal baru berumur 5 tahun, mungkin mereka tidak mampu untuk puasa sehari penuh, maka kita melatih mereka untuk berpuasa misal setengah hari, yang penting mereka merasakan bahwasanya mereka juga ikut melaksanakan ibadah puasa.

Dan kalau mereka sudah melaksanakan ibadah puasa, maka kita berikan hadiah, kita tunjukkan rasa gembira kita dengan mengatakan:

"Ayah bangga kepadamu, kamu sudah bisa puasa."

Kita motivasi dia untuk bisa terus melakukan puasa karena tidak semua anak mampu untuk puasa sehari penuh, maka kita buat sistem puasa setengah hari untuk melatih mereka. Kemudian kita menyuruh mereka sekolah dan kita suruh puasa dari pagi sampai siang, lalu kalau sudah pulang sekolah baru buka puasa. Ini salah satu bentuk puasa. Atau sebaliknya, disekolah boleh makan dan minum sedangkan dirumah tidak boleh makan dan minum agar berbuka bersama orangtua.

Ini kita mengajari kepada anak tentang pentingnya bersabar menunggu ifthar, pentingnya pengorbanan. Kita jelaskan kepada anak-anak tentang:
• keutamaan puasa
• pahala-pahala besar yang tanpa batas yang Allāh sediakan bagi orang yang berpuasa
• adanya pintu surga yang bernama "Rayyan"
• bagaimana orang yang berpuasa akan bergembira tatkala bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla

Sehingga mereka termotivasi sejak kecil untuk melaksanakan ibadah puasa.

Seandainya anak-anak tersebut setelah besar menjadi anak yang shālih, rajin shalat, rajin puasa, toh yang mendapat keuntungan orangtua sendiri.

Itulah harta terindah dan terbaik yang dimiliki orangtua yaitu anak shālih karena anak shālih tersebut akan memberi manfaat kepada orangtua jika dia telah meninggal dunia.

Oleh karena itu saya mengharap kepada orangtua sekalian untuk mengajak anak-anak, melatih mereka untuk mengerjakan ibadah puasa yang agung ini.

Jika mereka mampu berpuasa 1 hari penuh maka inilah yang terbaik, melatih mereka bersabar, kita beri hadiah. Namun jika mereka tidak mampu puasa seharian penuh maka kita latih mereka untuk berpuasa setengah hari atau beberapa jam.
_______________

Soal
Amalan baik anak akan sampai kepada orangtua walaupun orangtuanya sudah meninggal, lalu bagaimana dengan amalan buruk seorang anak, apakah hal itu sama yaitu akan sampai kepada orangtua?

Jawab
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى (38) وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى (39)

"Ketahuilah seorang tidak akan menanggung dosa oranglain. Dan tidak ada bagi seorang hamba kecuali apa yang dia usahakan." (An-Najm 38-39)

Orangtua yang sudah berusaha mendidik anaknya dengan semaksimal mungkin, mendidiknya sejak kecil, memberikan pengarahan kepada anak tersebut, kemudian anak tersebut menjadi anak nakal, maka ini diluar kemampuan orangtua tersebut.

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ 

"Bertaqwalah kalian kepada Allāh semampu kalian." (At-Taghābun 16)

Yang penting orangtua sudah berusaha dan yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla nilai adalah usaha, jika si anak nakal maka orangtua tidak ikut memikul dosanya.

Kita tahu sebagian para Nabi, anak-anak mereka anak yang badung, contohnya seperti Nabi Nūh 'alayhissalām yang senantiasa mendakwahi anaknya, bahkan kita tahu Nabi Nūh 'alayhissalām berdakwah selama 950 tahun.

إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلاً وَنَهَاراً 

"Aku mendakwahi kaumku siang dan malam." (Nūh 5)

Dan tentunya perhatian Nabi Nūh kepada keluarganya lebih daripada kaumnya, akan tetapi lebih dari 950 tahun Nabi Nūh berdakwah, ternyata istrinya adalah kafir.

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَاِمْرَأَةَ لُوطٍ  

"Allāh memberikan permisalan kepada orang kafir tentang kafirnya istri Nabi Nūh dan kafirnya istrinya Nabi Lūth." (At-Tahrīm10)

Demikian juga anak Nabi Nūh adalah anak yang kafir, bahkan Nabi Nūh mendakwahi terus anaknya sampai dititik penghabisan yaitu tatkala banjir besar tetapi anaknya masih membangkang dan akhirnya meninggal dalam keadaan kafir.
Tentunya, kita tahu, setelah Nabi Nūh berdakwah sekian lama, kekafiran seorang anak tidak akan memberi kemadharatan kepada sang ayah.

Demikian juga kita, tatkala kita sudah berusaha dan mengarahkan anak-anak kita, mendidik dan menjelaskan mana yang boleh mana yang tidak boleh, mana yang halal mana yang haram kemudian kita motivasi mereka untuk melakukan kebaikan tetapi lantas si anak masih badung dan nakal, maka ini diluar kemampuan kita.

Yang jadi masalah kalau ayahnya ikut memotivasi sang anak untuk nakal, misal menyediakan sarana-sarana yang diharamkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla;
• menonton film-film yang tidak benar
• membiasakan anak-anak untuk tidak shalat
• membiasakan anak untuk berhura-hura
• membebaskan anak bermain dengan siapa saja tanpa diperdulikan

Ini model pendidikan yang ngawur jika kemudian si anak menjadi nakal maka benar, dosanya akan mengalir kepada ayah dan ibunya, kenapa?

Karena ayah dan ibunya ikut andil dalam menyesatkan sang anak, sehingga dosanya ikut mengalir kepada orangtua. Sebagaimana siapa yang Memberikan petunjuk kepada kebaikan kemudian dilaksanakan maka dia akan mendapatkan pahala, demikian juga siapa yang memberi petunjuk kepada kesesatan kepada oranglain kemudian dilakukan oleh orang tersebut maka dosanya juga akan mengalir kepada yang memberi petunjuk kepadanya.

Wallāhu Ta'āla a'lam bishshawāb.
_______________

Soal
Bagaimana halnya dengan orangtua yang fasiq, apakah amalan shālih anak dapat membantu orangtua dalam kuburnya padahal selama hidupnya orangtua ini fasiq?

Jawab
Jika kondisi orangtua pasif dan cuek terhadap pendidikan anak bahkan tahu-tahu anak ditaqdirkan Allāh menjadi anak yang shālih maka kita katakan bahwasanya yang jelas do'a sang anak tetap bermanfaat bagi orangtua meskipun mereka tidak berusaha untuk mendidik sang anak.

Karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ 

"Allāh mengeluarkan yang hidup dari yang mati." (Ar-Rūm 19)

Kita dapati sebagian orangtua yang kafir ternyata anak-anaknya shālih bahkan orangtuanya musyrik, anaknya da'i, ini sering terjadi.

Lihatlah bagaimana Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām, ayahnya musyrik ternyata anaknya seorang Nabi, ayahnya tidak pernah mendidik sang anak untuk berjalan menuju tauhid tetapi Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang memberikan hidayah kepada Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām, bahkan Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām akhirnya berusaha mendakwahi ayahnya.

"Wahai ayah, kenapa engkau menyembah berhala yang tidak bisa melihat dan tidak bisa memberi kemanfaatan kepada engkau sama sekali?"

Ketika Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām terus mendakwahi ayahnya maka ayahnya pun marah kemudian mengusir Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām.

Dari sini kita lihat terkadang seorang ayahnya kafir ternyata anaknya seorang muslim bahkan seorang da'i atau seorang Nabi seperti Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām.

Jika ternyata kedua orangtua pasif tidak pernah memberi pengarahan dan anaknya menjadi anak yang shālih maka memang sulit kita katakan seluruh amalan shālih anak akan mengalir kepada kedua orangtuanya karena tidak ada andil yang dilakukan orangtuanya.

Akan tetapi jika anak shālih tersebut mendo'akan kedua orangtuanya maka jelas ini bermanfaat, anugerah yang Allāh berikan kepada kedua orangtua meskipun kedua orangtua tidak andil atau pasif, ternyata sang anak mendapatkan hidayah menjadi seorang da'i dan senantiasa berdo'a maka do'a tersebut akan bermanfaat bagi kedua orangtuanya.

Oleh karenanya sangat diharapkan kepada kedua orangtua untuk ada usaha meskipun sedikit supaya apa yang dilakukan sang anak kemudian mengalir kepada dia.

Contoh usaha seperti memasukkan anak ke sekolah agama, ini salah satu bentuk usaha.

Usaha lain, misal si anak sekolah umum maka saat sore dimasukkan ke dalam TPA, ini juga salah satu bentuk usaha.

Yang kita tidak tahu mana sebab yang dengan tiba-tiba sebab tersebut ternyata sang anak menjadi anak yang shālih di kemudian hari. Jika dia ada usaha maka bisa jadi amalan shālih anak tersebut akan mengalir kepada orangtua.

Allāhu Ta'āla a'lam bishshawāb.

Sumber :

👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📺 Sumber: https://youtu.be/amOgLep4hOs
___________________________
🍃 Program Cinta Ramadhan~Yayasan Cinta Sedekah :
1. Tebar Paket Ifthar & Sahur Ramadhan
2. Program I'tikaf Ramadhan
3. Bingkisan Lebaran u/ Yatim & Dhu'afa
4. Tebar Al-Quran Nasional

📦 Donasi Cinta Ramadhan
| Bank Muamalat Cabang Cikeas
| No.Rek 3310004579
| Kode Bank 147
| Konfirmasi donasi, sms ke 0878 8145 8000 dengan format:
Nama#Domisili#Jumlah Transfer#Donasi Untuk Program