Laman

TAFSİR SURAT AL BAYYINAH (Bagian 2)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 06 Jumadal Ūla 1439 H / 23 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al-Bayyinah
📖 Tafsir Surat Al-Bayyinah (Bagian 2)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H1002
~~~~~~~~~~~~~~~

*TAFSİR SURAT AL BAYYINAH (Bagian 2)*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
الحمد لله على إحسانه، وشكر الله على توفقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله واهده لا شرك له تعظيم بشأنه, وأشهد أن محمد عبده ورسوله دائلا رضوانه, اللهم صلى عليه وعلى آله وصحبه وإخوانه

Alhamdulillāh kita akan bahas tafsir surat Al .Bayyinah.

Kita mencoba menafsirkan surat ini berdasarkan penjelasan para ulamā.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman di awal surat ini:

لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّىٰ تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ

Secara bahasa (leterlek bahasa Arab) artinya:

_Tidaklah orang-orang kāfir dari ahlul kitāb dan kaum musyirikin akan terlepas (melepaskan diri) sampai (kecuali) datang petunjuk (penjelasan) kepada mereka._

Dari sini ada beberapa tafsiran dari kalangan ahli tafsir sebagaimana disebutkan oleh Al Imām Qurthubi dan yang lainnya (rahimahumullāh) dalam kitāb-kitāb tafsir mereka.

⑴ Di antaranya pendapat yang menyatakan bahwasanya orang-orang ahlul kitāb dan kaum musyrikin, mereka mengatakan:

"Kami tidak akan melepaskan diri kami dari kesyirikan kami sampai datang petunjuk/bukti/penjelasan."

⑵ Tafsiran yang lain menyatakan bahwa maksudnya orang-orang Yahūdi (ahlul kitāb) Nashrāni dan juga orang-orang musyikin mereka tidak akan meninggalkan sifat-sifat pujian mereka kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sampai Nabi datang.

Sebelumnya mereka semua memuji Nabi. Orang-orang Yahūdi memuji Nabi karena mereka tahu akan datang nabi terakhir dan mereka memuji nabi sebagaimana nabi dipuji dalam kitāb Taurāt.

Orang-orang musyrikin, mereka memuji Nabi karena mereka mengenal Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memiliki sifat ash shadiq al amin (jujur dan terpercaya).

Sebagaimana disebutkan dalam hadīts, bagaimana tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pertama kali mengiklankan bahwa beliau adalah seorang nabi, tatkala itu Nabi mengumpulkan orang-orang musyrikin di kota Mekkah kemudian beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) mengatakan:

أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا تَخْرُجُ مِنْ سَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ ، أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ ؟ " قَالُوا : مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا

_"Wahai kaumku, seandainya aku kabarkan bahwasanya di balik gunung ini ada musuh yang akan datang menyerang, apakah kalian akan membenarkan perkataanku?"_

_Maka serentak orang-orang musyrikin mengatakan:_

_"(Wahai Muhammad,) kami tidak pernah mengetahui engkau berdusta meskipun sedikit."_

(HR Bukhari nomor 495 dan Muslim nomor 208)

Dalah riwayat yang lain:

مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ إِلاَّ صِدْقً

_"Kami tidak mengetahui dari engkau kecuali kebenaran."_

Jadi, mereka (orang-orang musyrikin) memuji Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Kapan mereka berubah?

Kapan orang-orang Yahūdi yang dahulunya memuji Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam kemudian berubah menjelek-jelekan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ?

Kapan orang-orang musyrikin yang tadinya memuji Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam akhirnya mencela Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam?

==> Mereka berubah tatkala Nabi (shallallāhu 'alayhi wa sallam) mengatakan bahwa beliau adalah seorang nabi, tatkala beliau mengatakan, "Saya seorang nabi," maka semuanya mengingkari.

Paman Nabi (Abū Lahab) yang pertama kali mengingkari, dia mengatakan:

تَبًّا لَكَ سَائِرَ الْيَوْمِ، أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا

_"Celaka engkau (wahai Muhammad) seluruh harimu celaka bagimu. Apakah engkau mengumpulkan kami karena ingin mengabarkan bahwa engkau seorang nabi?"_

Maka turunlah firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ.

Jadi di antara tafsiran ayat ini bahwasanya orang-orang musyrikin dari ahlul kitāb dan orang-orang kāfir dari ahlul kitāb dan musyrikin mereka terus akan memuji Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan mereka tidak akan meninggalkan pujian tersebut sampai datang Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Begitu Nabi datang dan mengatakan bahwa dirinya adalah seorang nabi, baru mereka mencela.

Intinya mereka menuntut petunjuk/bukti untuk berimān kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Perhatikan ayat ini!

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ

_Tidaklah orang-orang kāfir dari kalangan ahlul kitāb dan kaum musyrikin (jadi ahlul kitāb kāfir kaum musyrikin juga kāfir)._

Di ayat selanjutnya Allāh mengatakan:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِين

_Sesungguhnya orang-orang kāfir dari kalangan ahlul kitāb dan kalangan musyrikin."_

Ini dalīl bahwasanya:

√ Seluruh ahlul kitāb adalah kāfir.
√ Seluruh musyrikin adalah kāfir.

→ Ahlul kitāb (Yahūdi dan Nashrāni) keduanya dikatakan kāfir oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dua-duanya dinyatakan masuk neraka Jahannam oleh Allāh dan Rasūl-Nya.

→ Kaum musyrikin juga dinyatakan kāfir oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kaum musyrikin di zaman Nabi  shallallāhu 'alayhi wa sallam ada dua model:

⑴ Penyembah berhala.
⑵ Penyembah api (orang-orang Majusi/orang-orang Persia).

Kalau di zaman kita orang musyrikin itu banyak, baik dari agama Budha, Hindu, Sintho, Khong huchu, semuanya musyrikin karena semua menyembah makhluk, menjadikan makhluk sebagai tuhan.

√ Apakah makhluk tersebut adalah  jinn sebagaimana orang-orang Hindu yang menyembah dewa-dewa (jinn).

√ Apakah makhluk tersebut manusia sebagaimana orang Budha.

√ Ataukah makhluk tersebut wali ataukah nabi sebagaimana orang Nashrāni

⇒ Intinya yang menyembah makhluk adalah musyrik.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan orang kāfir ada dua model, yaitu:

⑴ Ahlul kitāb.
⑵ Kaum Musyrikin.

Apakah ahlul kitāb orang musyrikin juga? Yahūdi dan Nashrāni musyrik atau tidak?

Mereka (Yahūdi dan Nashrāni) adalah musyrik, yang paling musyrik adalah Nashrāni.

Kemusyrikan orang-orang Nashrāni jelas, di antaranya:

√ Mereka menyatakan Allāh adalah satu dari yang tiga.
√ Mereka menyatakan bahwa Īsā adalah anak Allāh.

Orang Yahūdi juga melakukan kesyirikan, di antaranya:

√ Mereka mengatakan 'Uzayr adalah anak Allāh:

  وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ الله

(QS At Tawbah: 30)

√ Mereka menyamakan Allāh dengan makhluk, mereka mengatakan tangan Allāh terbelenggu:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ الله مَغْلُولَةٌ

(QS Al Māidah: 64)

√ Mereka mengatakan Allāh miskin dan kami kaya:

إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ

(QS Al 'Imrān: 181)

Orang Yahūdi sangat mudah mencela Allāh, mereka menyatakan bahwa Allāh menciptakan langit dan bumi dalam waktu 6 (enam) masa, kemudian Allāh istirahat pada hari ke-7 (hari sabtu), sehingga mereka menyucikan hari sabtu. Dan Allāh bantah dalam Al Qur'ān:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ

_"Sungguh kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam waktu enam hari dan kami tidak ditimpa keletihan."_

(QS Qāf: 38)

Mereka menghitung hari ada tujuh dan Allāh menciptakan langit dan bumi hanya 6 hari, satu harinya untuk istirahat, sehingga mereka menyatakan Allāh istirahat.

Dan mereka menyamakan Allāh dengan makhluk.

Contohnya dalam kitāb Injīl yang ada sekarang ini. Antum bisa buka di awal kitāb penciptaan, bagaimana mereka menyatakan bahwa Allāh sedih. Tatkala Allāh menciptakan manusia ternyata manusia kāfir kepada Allāh (musyrik) maka Allāh pun menyesal (kata mereka).

Subhānallāh, bagaimana Allāh menyesal dengan apa yang Allāh lakukan?

Kalau orang menyesal itu bila dia tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan, tapi Allāh tahu apa yang terjadi ke depan, Allāh tahu masa depan, lalu bagaimana Allāh menyesal ?

Kata mereka, Allāh menyesal dan Allāh menangis kemudian Allāh marah kemudian Allāh menurunkan banjir untuk menghancurkan mereka semua kecuali Nabi Nūh dan pengikutnya.

Jadi kenapa Allāh turunkan banjir kepada umat nabi Nūh? 

Karena (menurut mereka) Allāh menyesal dan Allāh menangis.

Dan bila antum membuka kitāb Taurāt antum akan dapati bagaimana orang-orang Yahūdi, mereka begitu menghina Allāh dan menghina para anbiyyā.

√ Ada yang bilang nabi berzina dengan putrinya.
√ Ada yang bilang nabi minum khamr.
√ Ada yang bilang nabi Fulān begini, nabi Fulān begini.

Oleh karenanya wajar bila mereka begitu, kenapa mereka mencela Allāh dan para anbiyya?

Sebagian ulamā menyatakan bahwa ini dalam rangka mereka melegalkan kerusakan yang mereka lakukan.

Orang Yahūdi, mereka rusak, sehingga untuk melegalkan apa yang mereka lakukan mereka mengatakan:

"Nabi saja ada yang minum bir (khamr), nabi saja ada yang mabuk, nabi saja ada yang berzina dengan putrinya, Allāh saja sedih, jadi kami wajar saja bila seperti ini."

Dan di antara hobi mereka adalah membunuh para anbiyyā. Kalau para nabi saja dibunuh, apalagi orang-orang Palestine.

Wallāhu Ta'āla A'lam bishawab, wabillāhi taufīq.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------

TAFSİR SURAT AL BAYYINAH (BAGIAN 1)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 05 Jumadal Ūla 1439 H / 22 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al-Bayyinah
📖 Tafsir Surat Al-Bayyinah (Bagian 1)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H1001
~~~~~~~~~~~~~~~

*TAFSİR SURAT AL BAYYINAH (BAGIAN 1)*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
الحمد لله على إحسانه، وشكر الله على توفقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله واهده لا شرك له تعظيم بشأنه, وأشهد أن محمد عبده ورسوله دائلا رضوانه, اللهم صلى عليه وعلى آله وصحبه وإخوانه

Alhamdulillāh, kita akan bahas tafsir surat Al Bayyinah.

Surat ini dikenal dengan beberapa nama, di antaranya:

⑴ Surat Al Bayyinah
⑵ Surat Al Qayyimah
⑶ Surat Munfakkīn
⑷ Surat Alhul Kitāb
⑸ Surat Lam Yakunilladzīna Kafarū

⇒ Datang dari suatu hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam  memberi nama surat ini dengan surat Lam Yakunilladzīna Kafarū.

Oleh karenanya dalam satu hadīts yang shahīh, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam  memanggil Ubay bin Ka'ab kemudian Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ {لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا} . قَالَ وَسَمَّانِي قَالَ " نَعَمْ ". فَبَكَى.

_"(Yā Ubay,) sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan aku membacakan surat Lam Yakunilladzīna Kafarū kepada engkau."_

_Maka Ubay bin Ka'ab radhiyallāhu Ta'āla 'anhu berkata:_

_"Apakah Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebut namaku, di sisimu wahai Rasūlullāh?"_

_Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:_

_"Na'am (Allāh menyebut namamu)."_

_Maka Ubay bin Ka'ab pun menangis._

(HR Bukhari nomor 3525 versi Fathul Bari nomor 3809)

Ubay bin Ka'ab pun menangis tatkala mengetahui bahwasanya Allāh menyebut nama Ubay bin Ka'ab radhiyallāhu Ta'āla 'anhu.

⇒Ini suatu kemuliaan Ikhwān, bagaimana Rabbul'ālamīn pencipta alam semesta ini mengkhususkan penyebutan nama Ubay bin Ka'ab radhiyallāhu Ta'āla 'anhu di sisi Nabi  shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dalam hadīts ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan, "Allāh memerintahkan aku untuk membacakan engkau surat Lam Yakun (surat Lam Yakunilladzīna Kafarū)." Karenanya para ulamā menyebutkan nama surat ini ada sekitar lima atau lebih.

Para ulamā khilaf tentang surat ini, apakah dia surat Makkiyyah atau Madaniyyah. Dan sering saya ulang bahwasanya surat Makkiyyah adalah surat yang diturunkan tatkala Nabi  shallallāhu 'alayhi wa sallam di Mekkah sebelum beliau berhijrah ke kota Madīnah. Dan tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam  berhijrah ke kota Madīnah maka suratnya disebut dengan surat Madaniyyah.

⇒Sebagian kecil ulamā menyatakan bahwasanya surat Al Bayyinah ini adalah surat Makiyyah, namun jumhūr ulamā menyatakan bahwasanya surat Lam Yakunilladzīna Kafarū (Al Bayyinah) adalah surat Madaniyyah.

Kenapa?

Karena dalam surat ini Allāh berbicara tentang ahlul Kitāb dan kita tahu bahwasanya Nabi  shallallāhu 'alayhi wa sallam tidaklah berinteraksi dengan ahlul kitāb (orang-orang Yahūdi) kecuali tatkala beliau di kota Madīnah.

Tatkala Nabi di Mekkah, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam hanya berinteraksi dengan orang-orang musyrikin, kaum Quraisy, orang-orang Jāhilīyyah (penyembah berhala). Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam belum berinteraksi dengan ahlul kitāb dari kalangan Yahūdi maupun Nashrāni.

Kapan Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam berinteraksi dengan Yahūdi? 

Nabi berinteraksi dengan Yahūdi tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pergi ke kota Madīnah. Ternyata di kota Madīnah sudah ada suku Al Anshār yaitu suku Aus dan suku Khazraj (tinggal di sana), yang sebelumnya mereka beribadah kepada berhala.

Dan ada orang-orang Yahūdi yaitu Bani Nadhir, Bani Quraidzah dan Bani Qainuqa (3 kabilah), tiga suku tersebut tinggal di kota Madīnah.

⇒ Kenapa orang-orang Yahūdi tinggal di kota Madīnah?

Karena mereka telah mendapatkan kabar di dalam kitāb Taurāt bahwasanya akan diutus seorang nabi terakhir dan tempat hijrah nabi tersebut adalah di suatu tempat yang banyak kebun kurmanya.

Sehingga mereka mencari tempat tersebut (kota Madīnah) karena kota Madīnah terkenal dengan kebun kurma. Sehingga mereka menetap di kota Madīnah, beranak pinak di kota Madīnah untuk menunggu kedatangan nabi terakhir yang mereka nanti-nantikan.

Karena mereka tahu akan datang seorang nabi yang berhijrah dan menetap di kota Madīnah dan mereka benar-benar mengetahui siapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Hal ini menggambarkan bagaimana orang-orang Yahūdi, begitu mengenal sifat-sifat nabi. Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ

_"Dan orang-orang yang diberikan kitāb (orang-orang Yahūdi) mereka mengetahui Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagaimana mereka mengetahui anak-anak mereka."_

(QS Al Baqarah: 146)

Kita kalau mempunyai anak mengerti bagaimana sifat-sifat anak kita, bagaimana perawakannya, bagaimana ciri-cirinya. Allāh menggambarkan orang Yahūdi mengetahui sifat-sifat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagaimana mereka mengetahui anak-anak mereka.

Hanya saja mereka menduga bahwasanya nabi terakhir yang akan diutus adalah dari kalangan Bani Isrāil, sebagaimana kebiasaan nabi-nabi sebelumnya.

Kita tahu bahwasanya seluruh nabi setelah Nabi Ibrāhim 'alayhissalām maka seluruhnya adalah keturunan Bani Isrāil.

Dari Nabi Ibrāhim memiliki anak yaitu  Nabi Ismāil dan Nabi Ishāq. Nabi Ismāil tidak memiliki keturunan yang menjadi nabi kecuali Nabi Muhammad  shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Adapun Nabi Ishāq memiliki keturunan yang bernama Nabi Ya'qub. Nabi Ya'qub inilah yang disebut Isrāil dan seluruh anak-anak Nabi Ya'qub namanya Bani Isrāil.

Kemudian Nabi Ya'qub memiliki anak 12 orang di antaranya Nabi Yūsuf 'alayhissalām. Kemudian dari 12 anak tersebut turun temurun 12 kabilah, sampai akhirnya munculah para anbiyyā baik Nabi Hārun, Nabi Mūsā, Nabi Dāwūd, Nabi Sulaimān, Nabi Ayub, Nabi Daniel dan Nabi 'Īsā.

Setelah Nabi 'Īsā mereka menantikan kedatangan nabi yang terakhir, yang mereka tahu bahwasanya nabi terakhir tersebut akan mendatangkan kejayaan dan kemenangan. Dan mereka menyangka nabi tersebut dari kalangan Bani Isrāil.

Ternyata nabi tersebut dari bangsa Arab sehingga merekapun kāfir kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla  menyebutkan bagaimana orang-orang Yahūdi sesumbar di hadapan kaum Anshār di kota Madīnah.

Karena berlainan suku (suku Arab dengan suku Yahūdi) terkadang terjadi ketidakcocokan di antara mereka. Mereka sama-sama tinggal di kota Madīnah. Orang-orang Yahūdi adalah pendatang, mereka terkadang sering terjadi ketidakcocokan dengan orang-orang dari kaum Anshār.

Sehingga tatkala terjadi pertikaian atau peperangan kecil-kecilan, orang-orang Yahūdi sering sesumbar mengatakan:

"Wahai kaum Anshar akan diutus nabi terakhir dan kami akan bersama nabi tersebut menghabisi kalian."

Sehingga Allāh sebutkan:

وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ

_Mereka sebelumnya sesumbar untuk mendapatkan kemenangan atas kaum Anshār  (menyatakan: Kami akan bersama nabi terakhir menyerang kalian wahai kaum Anshār). Tetapi tatkala telah datang kebenarannya mereka kāfir kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam (karena hasad ternyata nabinya bukan dari bani Isrāil)._

(QS Al Baqarah: 89)

Karenanya ketika Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam datang ke kota Madīnah orang-orang Anshār mengatakan mari kita berimān kepada Muhammad sebelum orang-orang Yahūdi berimān kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ternyata perkaranya terbalik, justru kaum Anshār yang berimān kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan kaum Anshār yang bersama Nabi mengusir orang-orang Yahūdi dan memerangi orang-orang Yahūdi.

Tadinya mereka mengatakan mereka yang akan menghabisi kaum Anshār ternyata Allāh balik. Justru mereka kāfir kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam dan kaum Anshār berimān kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk menyerang orang-orang Yahūdi di kemudian hari.

Inilah kenapa dikatakan bahwasanya surat Al Bayyinah adalah surat Madaniyyah karena tidak diturunkan oleh Allāh kecuali di kota Madīnah tatkala timbul interaksi antara Nabi Muhammad  shallallāhu 'alayhi wa sallam  dengan orang Yahūdi.

Demikian saja, Wallāhu Ta'āla A'lam bishawab.

Wabillāhi taufīq.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
--------------------------

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 6 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 6 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 03 Jumadal Ūla 1439 H /20 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 06 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0229
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 6 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada kesempatan kali ini kita akan menyebutkan bentuk-bentuk syirik-syirik kecil. Telah saya sebutkan di antara bentuk syirik-syirik kecil dalam bentuk lafal, seperti bersumpah dengan nama selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Contoh syirik lafal:

√ Mengatakan, "Karena Allāh dan karena engkau."

√ Mengatakan, "Kalau bukan karena fulān, maka kita sudah kecolongan."

√ Mengatakan, "Hujan turun karena bintang ini."

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِىْ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَ أَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَ كَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالكَوْكَبِ

_"Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang berimān kepada-Ku dan ada yang kāfir."_

_"Siapa yang mengatakan, 'Muthirnā bi fadhlillāhi wa rahmatih' (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allāh), maka dialah yang berimān kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang."_

_"Sedangkan yang mengatakan 'Muthirnā binau'i kadzā wa kadzā '(Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepada-Ku dan beriman pada bintang-bintang."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 846 dan Muslim nomor 71)

Ini merupakan syirik lafal, namun dihukumi oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam atau dihukumi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebagai kesyirikan karena menyandarkan sebab rahmat Allāh kepada bintang.

Sekarang kita akan membahas tentang bentuk-bentuk kesyirikan yang lain, yang berkaitan dengan aqidah.

Diantara syirik ashghar (syirik kecil) adalah bertathayyur. Bertathayyur artinya mengkait-kaitan nasib sial dengan apa yang dia lihat atau apa yang dia dengar dengan nama-nama, benda-benda atau apapun yang berkaitan dengan alam semesta ini dengan kesialan. Di dalam syari'at disebut tathayyur.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ

_"Thiyarah itu adalah kesyirik."_

Tathayyur diambil kata thāir yaitu burung. Orang-orang jāhilīyyah dahulu, kalau mereka hendak safar mereka pergi ke burung tertentu yang sudah mereka kenal.

Kalau burung itu mereka usir, ternyata burungnya terbang ke kanan maka mereka melanjutka safar mereka, berarti ini tanda nasib baik. Tetapi apabila burung tersebut diusir dan terbang ke kiri mereka membatalkan safar mereka.

Berarti mereka mengkaitkan nasib sial dengan terbangnya burung kearah kiri, ini merupakan kesyirikan. Ini sudah ada sejak zaman dahulu bahkan sejak zaman kaum Nabi Mūsā 'alayhissallām.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan bagaimana kaum nabi Mūsā 'alayhissallām:

فَإِذَا جَآءَتْهُمُ ٱلْحَسَنَةُ قَالُوا۟ لَنَا هَـٰذِهِۦ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌۭ يَطَّيَّرُوا۟ بِمُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓ ۗ أَلَآ إِنَّمَا طَـٰٓئِرُهُمْ عِندَ ٱللَّهِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

_Apabila datang kepada mereka (kaum nabi Mūsā) kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Mūsā dan orang-orang yang besertanya._

_Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allāh, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."_

(QS Al Arāf: 131)

Yang menentukan kebaikan dan keburukan adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Barangsiapa yang mengkaitkan keburukan dengan hal-hal yang ada di dunia karena sebab Si Fulān, karena sebab burung, karena sebab ada ular yang lewat, karena ada burung hantu di rumah, maka dia telah terjerumus ke dalam kesyirikan. Namun ini merupakan syirik ashghar karena dia menjadikan sesuatu yang bukan sebab dijadikan sebab kesialan.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 5 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 5 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 02 Jumadal Ūla 1439 H /19 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 05 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0228
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 5 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ada beberapa perkara yang merupakan syirik ashghar (شرك الأصغر) dan dia hanya sekedar lafal, tetapi dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, karena lafal tersebut mengandung makna kesyirikan meskipun pengucapnya tidak berbuat kesyirikan.

Contohnya:

Perkataan Ibnu 'Abbās radhiyallāhu ta'āla 'anhu tatkala menafsirkan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًۭا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

_"Janganlah kalian menjadikan bagi Allāh tandingan-tandingan, padahal kalian mengetahui."_

(QS Al Baqarah : 22)

Kata Ibnu 'Abbās:

Di antara bentuk menjadikan tandingan bagi Allāh seseorang mengatakan:

لول كالبة هذه لأتانا اللصوص

_"Kalau bukan karena anjing ini, maka pencuri sudah masuk rumah."_

Karena anjing ini menggonggong akhirnya pencuri tidak jadi masuk rumah.

Subhānallāh.

Orang yang mengucapkan ini, dia tahu bahwasanya semua ditakdirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Allāh menjadikan anjing itu menggonggong. Tetapi tatkala lafal tersebut mengesankan kepada kesyirikan, seakan-akan yang menyebabkan keselamatan adalah anjing itu (dan betul-betul anjing itu yang menyebabkan), tetapi Allāh tidak ingin seperti ini.

Seseorang harus sadar bahwasanya yang menyebabkan semuanya adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala seseorang mengucapakan, "Kalau bukan karena anjing ini, maka pencuri akan masuk ke dalam rumah," maka dihukumi sebagai bentuk kesyirikan.

Ini hanya sekedar lafal, pengucapnya tidak berniat meyakini bahwanya penolongnya adalah anjing itu. Ini banyak dilakukan oleh saudara-saudara kita.

"Waduh kalau bukan karena ini."

"Waduh kalau bukan karena itu."

"Waduh kalau bukan karena om saya."

"Waduh kalau bukan karena Pak Bupati."

Ini sering diucapkan, dan ini merupakan. syirik dalam lafal dan dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Contohnya:

Seseorang yang bersumpah dengan nama selain nama Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Misalnya:

"Demi Ka'bah," atau "Demi amanah."

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ حَلَفَ بِالْأَمَانَةِ

_"Bukan dari bagian kami orang yang bersumpah dengan amanah."_

(Hadīts riwayat Ahmad nomor 21902)

لَا تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ

_‌"Janganlah kalian bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 6157)

مَنْ كَانَ حَالِفًا فَلْيَحْلِفْ بِاللَّهِ أَوْ لِيَصْمُتْ

_"Barangsiapa yang bersumpah, maka bersumpahlah dengan nama Allāh atau hendaknya ia diam."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 6646)

Seorang yang bersumpah dengan mengatakan:

"Demi amanah."

"Demi nenek moyangku."

"Demi negeriku," dan yang lainnya.

Dia tidak menjadikan nenek moyangnya sebagai Tuhan, hanya sekedar penghormatan kepada mereka, akan tetapi syari'at tidak memperbolehkan lafal seperti ini, karena lafal ini adalah lafal yang mengarah kepada kesyirikan.

Dan seluruh lafal-lafal yang mengandung kesyirikan dilarang oleh syari'at dan ini termasuk ke dalam syirik ashghar.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ

_"Barangsiapa bersumpah atas nama selain Allāh, maka ia telah kāfir atau berbuat syirik."_

(Hadīts riwayat Abu Daud nomor 3251)

Bagaimana lagi dengan kesyirikan-kesyirikan yang berkaitan dengan amalan dan keyakinan-keyakinan.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 4 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 4 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 01 Jumadal Ūla 1439 H /18 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 04 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0227
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 4 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lihat, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengharāmkan banyak perkara terhadap kaum muslimin agar terjauh dari orang-orang musyrikin, baik dalam perkara ibadah maupun perkara adat.

Contoh perkara ibadah:

⇒ Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang kita meniru gaya-gaya ibadah orang-orang musyrikin.

Sampai Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh para shahābat shalāt menggunakan sandal-sandal (sepatu-sepatu) mereka, karena orang-orang Yahūdi tatkala mereka shalāt mereka tidak menggunakan sandal dan sepatu (di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam).

Dalam soal ibadah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh para shahābat menyelisihi orang-orang Yahūdi.

Bahkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang kita untuk mengerjakan shalāt setelah shalāt 'ashar dan shalāt shubuh, karena pada waktu itu penyembah matahari (orang-orang Majusi) sedang beribadah kepada matahari. Puncak ibadah mereka tatkala matahari tenggelam dan matahari terbit.

Tidak hanya dilarang meniru bentuk ibadahnya, waktu ibadahnya pun kita dilarang meniru adat. Kita umatnya diminta jauh-jauh dari bentuk kesyirikan, jangan sampai menyamai orang-orang musyirikan.

Perkara adatpun Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang kita menyerupai (tasyabbuh) dengan mereka.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

_“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”_

(Hadīts riwayat Ahmad 2: 50 dan Abū Dāwūd nomor  4031. Syaikhul Islām dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadīts ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albāniy mengatakan bahwa hadīts ini shahīh sebagaimana dalam Irwa’ul Ghalil nomor1269)

Contohnya dalam perkara jenggot, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ

_"Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majūsi."_

(Hadīts riwayat Muslim nomor 626)

Dan banyak hadīts-hadīts yang seperti ini.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh kita menyelisihi orang-orang musyrikin, karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak ingin kita dekat kepada kesyirikan.

Bahkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyunnahkan kita membunuh cicak.

Kenapa kita disunnahkan membunuh cicak?

Karena cicak adalah hewan yang meniup apinya Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām (bapaknya tauhīd).

Tatkala itu Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām sedang dimusuhi oleh orang-orang musyrikin ternyata ada cicak yang ikut membantu orang-orang musyrikin meniup api (menyalakan api) untuk membakar nabi Ibrāhīm 'alayhissallām.

Orang mungkin mengatakan, "Apa salah cicak?"

Nabi ingin menghidupkan kebencian (peperangan) terhadap orang-orang musyrikin, bahwasanya orang yang bertauhīd harus berbeda dengan orang-orang musyrikin, tidak boleh sama. Tauhīd harus istimewa tidak boleh sama dengan orang-orang musyrikin.

Terlebih lagi yang berkaitan dengan syirik langsung, sampai-sampai kita lihat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menghukumi lafal-lafal yang mengarah kepada kesyirikan dengan kesyirikan (dihukumi dengan kesyirikan).

Ada beberapa perkara yang merupakan syirik ashghar (شرك الأصغر) dan dia hanya sekedar lafal, tetapi dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam karena lafal tersebut mengandung makna kesyirikan meskipun pengucapnya tidak berbuat kesyirikan.

Contohnya:

Tatkala ada seseorang berkata kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
ما شاء الله وشئت

"Māsyā Allāhu wasyi'ta"

_"Karena kehendak Allāh dan kehendakmu."_

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pun marah, Nabi mengatakan:

 أجعلتني لله نداً

_"Apakah kamu menjadikan aku tandingan bagi Allāh?"_

Katakanlah:

قل ما شاء الله وحده 

_"Hanya karena kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

Atau katakan:

ما شاء الله ثم شئت

_"Karena kehendak Allāh kemudian karena kehendakmu."_

Shahābat yang mengatakan, "Karena kehendak Allāh dan kehendakmu wahai Rasūlullāh," sama sekali tidak ada kesyirikan dalam hatinya, dia tidak mungkin menggandengkan Nabi dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tetapi lafalnya mengandung makna kesyirikan.

Seandainya dia meyakini Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyertai Allāh dalam mengatur alam semesta, maka dia musyrik (kāfir). Para shahābat tidak demikian, akan tetapi sekedar lafal yang menyatakan:

ما شاء الله وشئت

_"Karena kehendak Allāh dan kehendak engkau wahai Rasūlullāh."_

Ini sekedar lafal tapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam marah, karena lafal tersebut mengandung makna kesyirikan meskipun pelakunya sama sekali tidak punya i'tikad kesyirikan (tidak ada niat syirik sama sekali), namun dilarang.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 3 DARI 12)

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 3 DARI 12)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 29 Rabi’ul Akhir 1439 H /17 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 03 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0226
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULUHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 3 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Perbedaan syirik akbar (الشرك الأكبر) dengan syirik asghar (الشرك الاصغر), adalah:

⑶ Sebagian ulamā (ada khilāf diantara para ulamā) mengatakan bahwasanya di antara perbedaan antara syirik akbar (الشرك الأكبر) dengan syirik asghar (الشرك الاصغر) adalah syirik akbar tidak akan diampuni.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ

_"Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu."_

(QS An Nissā': 48)

Adapun syirik kecil sebagian ulamā mengatakan termasuk ke dalam kehendak Allāh, bisa diampuni bisa juga tidak sebagaimana dosa-dosa yang lain.

Pada poin ketiga ini ada khilāf, sebagian ulama seperti Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah. Banyak perkataan-perkataan beliau yang mengisyaratkan bahwasanya beliau berpendapat syirik kecilpun tidak akan diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Adapun murid beliau Ibnu Qayyim rahimahullāh cenderung kepada pendapat bahwasanya syirik kecil bisa diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Mereka yang mengatakan syirik kecil tidak akan diampuni oleh Allāh mereka berdalīl dengan keumuman firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ

_"Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa kesyirikan."_

Disini Allāh menyebutkan syirik secara umum, sehingga mencakup syirik besar dan juga syirik kecil.

Dan yang dimaksud oleh para ulamā syirik kecil tidak akan diampuni bukan berarti orang yang melakukan syirik kecil akan masuk ke dalam neraka Jahanam kekal di dalamnya selama-lamanya (bukan seperti ini maksudnya).

Maksudnya syirik kecil jika tidak diampuni artinya pelakunya harus ditimbang ke dalam timbangan keburukan, kemudian dibandingkan dengan kebaikan-kebaikan yang dimiliki oleh hamba tersebut.

Artinya tidak diampuni bukan berarti orang yang melakukan syirik asghar kemudian kekal di dalam neraka jahanam, tidak! tetapi dia harus diletakkan dalam timbangan amal keburukan.

Namun pendapat yang lebih rajīh, Wallāhu a'lam bishawāb, adalah pendapat yang menyatakan syirik kecil di bawah kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sebagaimana dosa-dosa yang lain.

Jika Allāh berkehendak untuk mengampuni maka Allāh ampuni atau jika Allāh berkehendak untuk tidak mengampuni maka Allāh tidak akan ampuni dan akan diletakkan ke dalam  timbangan keburukan.

Kenapa?

Karena banyak ayat-ayat dalam Al Qur'ān yang menyebutkan syirik secara umum tetapi maksudnya syirik akbar.

Contohnya seperti firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍۢ

_"Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat kesyirikan kepada Allāh maka Allāh harāmkan surga baginya dan tempat kembalinya neraka Jahanam dan tidak ada penolong baginya."_

(QS Al Mā'idah: 72)

Disini Allāh mengatakan:

"Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat kesyirikan."

Maksudnya syirik akbar bukan syirik kecil. Karena Allāh mengatakan, "Allāh harāmkan surga baginya."

Yaitu, tidak mungkin masuk surga selamanya. Padahal lafalnya umum.

Contoh lain firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

 لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ

_"Jika engkau berbuat kesyirikan maka akan gugur seluruh amalanmu."_

(QS Az Zummar: 65)

Maksudnya kesyirikan disini adalah adalah syirik akbar padahal lafalnya umum, dengan ijmā' ulamā maksudnya syirik akbar.

Demikian pula firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ

_"Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa kesyirikan."_

Maksudnya syirik akbar.

Meskipun dinyatakan dengan nama syirik kecil, bukan berarti dia merupakan dosa yang ringan, dia termasuk dari dosa besar. Walaupun dia disebut dengan syirik kecil tapi dia termasuk dari keumuman kesyirikan dan termasuk dari dosa besar dan bisa mengancam pelakunya terjerumus dalam neraka jahannam.

Bukankah telah kita sampaikan pada pertemuan yang lalu tentang tiga orang yang diadzāb oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla  karena riyā'.

√ Yang berjihād karena riyā'.
√ Yang bershadaqah karena riyā'.
√ Yang menjadi ustadz ('alim) karena riyā'.

Dimasukan ke dalam neraka jahannam.

Oleh karenanya syirik ashghar meskipun dikatakan syirik kecil dia termasuk dosa besar.

Barangsiapa yang memperhatikan bagaimana perhatian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam terhadap tauhīd, maka dia akan sadar bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ingin menjauhkan umatnya dari segala bentuk kesyirikan, sejauh-jauhnya.

Oleh karenanya
Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām berdo'a:

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

_"Yā Rabb, jauhkan aku dan anak-anakku dari penyembahan berhala."_

(QS Ibrāhīm: 35)

"Jauhkan aku dari penyembahan berhala, jauhkan aku dan anak-anakku dari kesyirikan." Artinya Nabi Ibrāhīm dan anak-anaknya jauh, bukan hanya sekedar tidak melakukan kesyirikan, tetapi Nabi Ibrāhīm berdo'a agar dijauhkan, dijauhkan sejauh-jauhnya dari segala bentuk kesyirikan. Bukan sekedar jangan membuat kami terjerumus ke dalam kesyirikan, tidak!

Bukan hanya tidak terjerumus bahkan jauh dari kesyirikan dan ini do'anya Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengharāmkan banyak perkara terhadap kaum muslimin agar terjauh dari orang-orang musyrikin, baik dalam perkara ibadah maupun perkara adat.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________