Laman

Tampilkan postingan dengan label matan Abu Syuja' (Kitab Zakat). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label matan Abu Syuja' (Kitab Zakat). Tampilkan semua postingan

ZAKATUL KHILTHAH

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 15 Rabi’ul Akhir 1439 H / 02 Januari 2018 M
👤 Ustadz Fauzan S.T., M.A.
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 83 | Zakat Khilthah
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H083
〰〰〰〰〰〰〰

*ZAKATUL KHILTHAH*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para shahābat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada halaqah yang ke-83, kita masih melanjutkan pelajaran tentang zakāt dan ada pembahasan yang dibahas oleh para ulamā yaitu: زكاة الخلطة (zakātul khilthah) pada zakāt kambing.

Apa yang dimaksud dengan zakātul khilthah?

Al khilthah adalah al khalaf yaitu bercampur, bersama-sama.

Maksudnya adalah apabila ada dua orang memiliki harta zakāt dan dia mengabungkan zakātnya. Jadi dua orang atau lebih menggabungkan zakātnya, maka ini disebut dengan zakāt al khilthah (zakāt yang tercampur harta zakātnya /bersama-sama) maka tatkala bersama-sama zakātnya adalah zakāt harta yang seperti milik satu orang.

(( والخليطان يزكيان زكاة الواحد بسبع شرائط: إذا كان المراح واحدا والمسرح واحدا والمرعى واحدا والفحل واحدا والمشرب واحدا والحالب واحدا وموضع الحلب واحدا))

Penulis rahimahullāh menyebutkan:

((والخليطان يزكيان زكاة الواحد))

_"Dan dua orang atau lebih yang memiliki harta zakāt dan mencampurkan zakātnya, kemudian mereka menzakātkan harta yang tercampur tersebut seperti zakāt milik satu orang, aturannya seperti aturan satu orang."_

Hadīts ini berdasarkan hadīts Annas, beliau mengatakan:

أنَّ أبا بكر رَضِيَ اللهُ عنه، كتب له الفريضةُ التي فرَضَ رسولُ الله صلَّى الله عليه وسلَّم 

_"Bahwasanya Abū Bakar radhiyallāhu ta'āla 'anhu mengirimkan (menuliskan surat)  kepada beliau kewajiban yang mana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam wajibkan."_

ولا يجمع بين متفرق ولا يفرق بين مجتمع خشية الصدقة

_"Dan tidak boleh mengabungkan antara harta zakāt yang terpisah dan tidak boleh menggabungkan harta zakāt yang terpisah menjadi satu dalam rangka untuk mengakali shadaqah."_

⇒ Zakāt shadaqah di sini adalah zakāt maka yang terpisah dicampurkan atau yang tercampur dipisahkan.

و ما كان من خليطين فإنهما يتراجعان بينهما بالسوية

_"Adapun yang memang harta zakāt itu tercampur, maka kembali zakātnya kepada kedua orang tersebut dan secara sama."_

⇒ Jadi dihitung zakāt wahid (zakāt dari satu orang) kemudian dikembalikan kepada pemiliknya masing-masing.

بسبع شرائط

_Dengan 7 (tujuh)  syarat:_

Disana ada beberapa syarat tambahan yang lain dari syarat-syarat yang ada, (على كل حال) bahwasanya didalam syarat ini juga ada sebagian khilāf para ulamā.

Di antara syarat  yang disebutkan oleh penulis rahimahullāh:

إذا كان المراح واحدا

_⑴ Apabila tempat tinggalnya (kandangnya) satu._

والمسرح واحدا

_⑵ Tempat munculnya atau tempat melepasnya satu._

والمرعى واحدا

_⑶ Tempat menggembalanya satu._

والفحل واحدا

_⑷ Pejantannya satu._

والمشرب واحدا

_⑸ Tempat minumnya satu (bersama)_

والحالب واحدا
_⑹ Pemerah susunya satu._

وموضع الحلب واحدا

_⑺ Tempat pemerahnya satu._

Jadi disyaratkan pada khilthah ini, bahwasanya memang benar-benar bercampur mulai dari kandangnya dan lain sebagainya.

Kalau tidak memenuhi syarat maka tidak disebut sebagai harta tercampur atau zakāt al khulthah.

Disana disebutkan bahwa syarat,: الحالب واحدا atau orang yang memerah susunya satu orang, ini adalah dhaif dalam madzhab yang shahīh tidak disyaratkan sama-sama mengambil susunya. Yang disyaratkan sama-sama adalah pengembalanya yang satu.

Maka ini masuk ke dalam zakātul khulthah.

Demikian yang bisa disampaikan pada halaqah yang ke-83 ini, dan in syā Allāh kita lanjutkan pada halaqah berikutnya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________

Zakat Ternak Kambing

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 14 Rabi’ul Akhir 1439 H / 01 Januari 2018 M
👤 Ustadz Fauzan S.T., M.A.
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 82 | Zakat Ternak Kambing
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H082
〰〰〰〰〰〰〰

*ZAKĀT TERNAK KAMBING*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para shahābat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla di manapun anda berada.

Pada halaqah yang ke-82, kita akan melanjutkan pelajaran tentang zakāt.

Dan kita sudah masuki pada zakāt الغنم Al Ghanam (zakāt tentang kambing). Apabila seseorang memiliki hewan piaraan kambing (peternakan kambing) maka di sana ada zakāt dan ada aturan zakātnya.

Berkata penulis rahimahullāh:

(( وأول نصاب الغنم أربعون وفيها شاة جذعة من الضأن أو ثنية من المعز))

_Nishāb yang pertama mulai dikenakan zakāt tatkala mencapai 40 ekor, maka dikeluarkan satu ekor kambing جذعة (jadza'ah) dari jenis الضأن (dha'n) atau dikeluarkan satu ekor kambing jenis al ma'iz (المعز)._

⇒ Kambing jadza'ah(جذعة) adalah kambing yang berumur satu tahun dan masuk dua tahun.

⇒ Kambing ma'iz (المعز) adalah kambing yang berumur dua tahun masuk ketiga tahun.

Hal ini berdasarkan hadīts Suwaid bin Ghaflah radhiyallāhu ta'āla 'anhu, beliau berkata:

حديث سويد بن غفلة : سمعت مصدق النبي صلى الله عليه وسلم يقول : { إنما حقنا في الجذع من الضأن ، والثنية من المعز } (أحمد وأبو داود والنسائي)

_Kata beliau (Suwaid bin Ghaflah):_

_"Bahwasanya saya mendengar orang yang ditugaskan untuk mengambil zakāt oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, berkata bahwasanya haq kami (yaitu) hak untuk dikeluarkan zakāt dari الضأن adalah جذعة atau الثنية.”_

(Hadīts riwayat Ahmad, Abū Dāwūd, An Nassā'i)

Berapa jumlah zakāt apabila hewan ternak tersebut jumlahnya bertambah?

Berkata penulis rahimahullāh:

(( وفي مائة وإحدى وعشرين شاتان))

_"Dan apabila mencapai 121 maka zakāt nya adalah 2 (dua) ekor kambing."_

(( وفي مائتين وواحدة ثلاث شياة))

_"Dan apabila mencapai 201 ekor maka zakātnya adalah 3 (tiga) ekor kambing."_

(( وفي أربعمائة أربع شياة))

_"Dan bila sudah mencapai 400 ekor maka zakātnya adalah 4 (empat) ekor kambing."_

((ثم في كل مائة شاة))

_"Kemudian setelah itu setiap kelipatan 100 ekor zakātnya adalah satu ekor kambing."_

Jadi ukurannya atau kadarnya:

⑴  Mulai  40 sampai 120 ⇒ satu ekor kambing.
⑵ Mulai 121 sampai 200 ⇒ dua ekor kambing.
⑶ Mulai 201 sampai 399 ⇒ tiga ekor kambing.
⑷ Mulai 400 ke atas ⇒ Setiap kelipatan 100 adalah satu ekor kambing.

Hal ini berdasarkan kitāb yang ditulis oleh Abū Bakar radhiyallāhu ta'āla 'anhu tentang zakāt.

Kata beliau (Abū Bakar radhiyallāhu ta'āla 'anhu):

وَفِى صَدَقَةِ الْغَنَمِ فِى سَائِمَتِهَا إِذَا كَانَتْ أَرْبَعِينَ إِلَى عِشْرِينَ وَمِائَةٍ شَاةٌ، فَإِذَا زَادَتْ عَلَى عِشْرِينَ وَمِائَةٍ إِلَى مِائَتَيْنِ شَاتَانِ، فَإِذَا زَادَتْ عَلَى مِائَتَيْنِ إِلَى ثَلاَثِمِائَةٍ فَفِيهَا ثَلاَثٌ، فَإِذَا زَادَتْ عَلَى ثَلاَثِمِائَةٍ فَفِى كُلِّ مِائَةٍ شَاةٌ، فَإِذَا كَانَتْ سَائِمَةُ الرَّجُلِ نَاقِصَةً مِنْ أَرْبَعِينَ شَاةً وَاحِدَةً فَلَيْسَ فِيهَا صَدَقَةٌ، إِلاَّ أَنْ يَشَاءَ رَبُّهَا

_“Adapun zakāt kambing maka antara 40 sampai 120 adalah satu ekor kambing, kalau lebih dari 120 (yaitu) 121 sampai 200 ekor maka dua ekor kambing, kalau bertambah dari 200 sampai 300 maka tiga ekor kambing, maka apabila bertambah diatas 300 sampai 400 maka setiap kelipatan 100 adalah satu ekor kambing._

_Maka kata beliau bila kambing-kambing tersebut kurang dari 40 ekor (walaupun kurang satu) maka tidak ada zakāt bagi kambing-kambing tersebut kecuali apabila pemiliknya menghendaki untuk tetap mengeluarkan maka itu adalah keutamaan dari dia."_

Demikian yang bisa disampaikan pada halaqah yang ke-82 ini, dan in syā Allāh kita lanjutkan pada halaqah berikutnya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه  وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________

ZAKAT HARTA BERHARGA DAN SYARATNYA

ZAKAT HARTA BERHARGA DAN SYARATNYA

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 24 Muharam 1439 H / 14 Oktober 2017 M
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 78 | Zakat Harta Berharga Dan Syaratnya
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H078
〰〰〰〰〰〰〰

*ZAKAT HARTA BERHARGA DAN SYARATNYA*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para shahābat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita memasuki pada halaqah ke-78 dan kita masuk kepada jenis yang kedua yaitu jenis الأثمان atau harta berharga.

Yang dimaksud dengan الأثمان disini disebutkan oleh penulis rahimahullāh:

((وأما الأثمان فشيئان: الذهب والفضة))

_(("Yang dimaksud dengan harta yang berharga yang dizakāti adalah dua jenis yaitu emas dan perak."))_

Maka selain jenis emas dan perak maka dia tidak dizakāti walaupun mungkin lebih mahal.

Seperti:

√ Berlian apabila menjadi perhiasan dan dipakai maka dia tidak dizakāti karena bukan termasuk emas dan perak.

Akan tetapi bila berlian tersebut dijualbelikan maka dia masuk ke dalam bab عروض التجارة atau barang perdagangan.

Hal ini berdasarkan dalīl firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

_"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (mengumpulkannya) dan dia tidak menginfaqkannya di jalan Allāh (tidak menzakātinya) maka berikanlah kabar kepada mereka dengan adzab yang pedih."_

Oleh karena itu emas dan perak wajib hukumnya untuk dizakāti.

Bagaimana dengan uang yang beredar dan dimiliki oleh kaum muslimin sekarang yaitu uang kertas?

Apa hukumnya uang kertas?

Apakah uang kertas wajib dizakāti atau tidak?

Di sana ada ulamā yang mengatakan tidak ada zakātnya namun namun yang rājih, sebagaimana yang dirājihkan oleh Syaikh Bin Baz dan juga fatwa Lajnah Daimah begitu juga oleh Syaikh Muhammad Shālih Al Utsaimin, merājihkan bahwasanya harta yang berupa uang kertas itu dizakāti.

Dimana pada zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam emas dan perak adalah sebagai mata uang.

⇒Perak merupakan mata uang yang diambil dari orang-orang Persia.

⇒Emas atau Dinar merupakan mata uang yang diambil dari orang-orang Roem.

Maka keduanya sebagai mata uang sehingga mata uang yang berlaku sekarang walaupun dia berupa kertas hukumnya sebagai hukum emas dan perak, sehingga nisabnya pun akan dikadarkan (disesuaikan) dengan nisab emas ataupun perak.

Diantara dalīlnya adalah:

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

فَهَاتُوا صَدَقَةَ الرِّقَةِ مِنْ كُلِّ أَرْبَعِينَ دِرْهَمًا دِرْهَمًا

_"Mata datangkanlah atau bayarkanlah zakāt riqah (nama dari mata uang perak), dari setiap 40 Dirham maka zakātnya adalah 1 Dirham."_

(Hadīts Riwayat Abū Dāwūd, Imām Tirmidzi 620 dari Ali bin Abi Thālib Radhiyallāhu Ta'āla 'anhu)

Ini menunjukan bahwasanya pada uang kertas ada zakāt, dan zakātnya menyesuaikan dengan nisab emas ataupun perak.

_• Standard nisab yang digunakan pada zakāt uang kertas._

Apa nisabnya atau kadar zakatnya?

⇒Apakah mengikuti nisab emas yaitu 20 Dinar atau 85 gram emas murni?

Atau,

⇒Apakah mengikuti nisab perak yaitu 200 Dirham atau 595 gram perak murni?

Disini para ulamāpun khilaf.

√ Ada yang mengatakan bahwa mengambil nisab perak karena dia adalah ihtiyāt sebagai kehati-hatian.

Apabila seorang mengambil nisab perak maka nisab emaspun akan termasuk di dalamnya, karena nisab perak secara nilai lebih rendah daripada nisab emas.

Namun para ulamā yang merājihkan bahwa nisab yang digunakan adalah nisab emas diantara alasan mereka adalah:

⑴ Nilai perak itu berubah-berubah sejak zaman Nabi sampai sekarang sehingga perbedaannya sangat besar sekali.

Jika kita nisabkan dengan nisab perak maka kira-kira adalah dua juta sekian, maka seorang memiliki uang sekitar dua juta sekian atau tiga juta maka dia wajib untuk membayar zakāt.

Nisab emas sekitar 46 juta sekian, kita katakan 47-48 juta, maka perbedaannya sangat jauh sekali.

Jadi nisab nilai perak berubah-ubah sejak zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sampai sekarang. Sehingga bisa dikatakan bahwasanya nilai perak tidaklah stabil sedangkan nilai emas stabil.

⑵ Apabila nisab tersebut disetarakan dengan nisab emas maka dia akan mendekati nisab yang lainnya, seperti nisab pada unta, nisab pada sapi dan nisab pada kambing (akan setara) berbeda apabila nisab yang digunakan adalah nisab perak ini akan berbeda jauh sekali.

Oleh karena itu pendapat yang lebih rājih adalah pendapat yang kedua sebagaimana dirājihkan oleh sebagian ulamā.

Dan juga di dalam Kitāb Al Fiqih Aldilatuhu karya Syaikh Wahbah Azzuhaini merājihkan pendapat ini, bahwa standarnya adalah standar emas.

Dan juga alasan yang lain bahwa disebutkan, "Dan diambil dari orang kaya mereka."

Dan standar terbawah orang kaya adalah standar yang disebutkan dalam nisab. Dan nisab emas hampir sama dengan nisab yang lainnya. Tidak melihat nisab perak, karena nisab perak jatuh secara drastis dan ini tidak bisa dikatakan seorang yang memiliki standar nisab perak dikatakan sebagai orang kaya.

Dan melihat juga pada pelonjakan kehidupan atau standar biaya hidup yang ada maka tidak mungkin untuk digunakan nisab perak di dalam menghitung zakāt uang kertas.

◆ Kemudian, bagaimana cara menghitung dari uang kertas tersebut?

⇒Kita akan melihat dari nisab emas, nisab emas adalah 85 gram dan kita hitung berapa nilai emas murni yang berlaku.

Misalnya:

Nisab emas murni satu gramnya adalah Rp. 550.000 maka nisab emas:

85 gram x Rp. 550.000 = Rp. 46.750.000

Apabila seseorang memiliki uang senilai Rp. 46.750.000 maka sudah wajib untuk dikenai zakāt dan zakātnya adalah 2.5 % dari nilai uang yang dia miliki.

⇒Apabila seseorang memiliki uang 100 juta maka sudah terkena nisab dan harus membayar zakāt 2.5% dari 100 juta.

⇒Apabila seseorang memiliki uang 50 juta maka maka dia juga sudah terkena zakāt.

Akan tetapi bila seseorang memiliki harta hanya 40 juta maka dia tidak terkena zakāt karena belum mencapai nisab dari zakāt tersebut.

◆ Bolehkah kita mengeluarkan zakāt sebelum waktunya?

Disebutkan oleh jumhūr ulamā membolehkan seseorang membayar zakāt sebelum datang waktu.

Karena wajibnya adalah satu haul yaitu satu tahun hijriyyah, apabila dimajukan sebelum sampai  1 tahun hijriyyah maka diperbolehkan dan ini adalah "menyegerakan kebaikan".

Berdasarkan salah satu riwayat yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thālib bahwasanya 'Abbās bin Muththalib beliau bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang menyegerakan zakāt, maka diberikan rukhsah oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan hadīts ini diriwayatkan oleh Imām Abū Dāwūd dan Imām At Tirmidzi juga Imām Ibnu Mājah.

Berkata penulis rahimahullāh:

((وشرائط وجوب الزكاة فيها خمسة أشياء: الإسلام والحرية والملك التام والنصاب والحول))

_((Dan syarat wajibnya zakāt ada 5 (lima) macam: Islam, Merdeka, Memiliki secara sempurna, nisab zakat, Haul))._

Sebagaimana yang disebutkan di dalam zakāt المواشي, bedanya di dalam zakāt المواشي  ada tambahan yaitu sāimah.

Adapun di sini hanya 5 (lima) saja, yaitu:

⑴ Islām
⑵ Merdeka
⑶ Memiliki secara sempurna
⑷ Nisab zakāt (Perak 200 Dirham dan emas 20 Dinnar /85 gram emas)
⑸ Haul (telah melewati satu tahun hijriyyah)

Maka apabila sudah menjawab 5 syarat ini wajib seseorang untuk berzakāt dengan zakāt dari emas dan perak yang dia miliki atau zakāt dari uang kertas yang dia miliki.

Demikian yang bisa disampaikan pada halaqah kali ini, In syā Allāh kita akan lanjutkan pada halaqah berikutnya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________

◆ Yuk.... Ikut Saham Akhirat
Pembelian Rumah U/ Markaz Dakwah dan Studio Bimbingan Islām

| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islām
Konfirmasi Transfer Via WA/SMS & Informasi ;  0811-280-0606 (BIAS CENTER 06)
----------------------------------

JENIS DAN SYARAT HEWAN TERNAK YANG WAJIB DIZAKATI

JENIS DAN SYARAT HEWAN TERNAK YANG WAJIB DIZAKATI

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 23 Muharam 1439 H / 13 Oktober 2017 M
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 77 | Jenis Dan Syarat Hewan Ternak Yang Wajib Dizakati
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H077
〰〰〰〰〰〰〰

*JENIS DAN SYARAT HEWAN TERNAK YANG WAJIB DIZAKATI*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para shahābat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lanjutkan pada pembahasan tentang zakāt dan sudah dibahas sebelumnya 5 (lima) jenis yang wajib dizakāti diantaranya:

_⑴ Hewan ternak (المواشي)_
_⑵ Barang berharga (الأثمان)_
_⑶ Pertanian (الزُروع)_
_⑷ Buah-buahan (الثمار)_
_⑸ Barang-barang perdagangan (عروض التجارة)_

Lima jenis ini wajib dizakāti.

Dan disini dilanjutkan oleh penulis, beliau mulai membahas.

Berkata penulis rahimahullāh:

((فأما المواشي فتجب الزكاة في ثلاثة أجناس منها))

_((Adapun hewan ternak (kata beliau) maka dia wajib pada 3 (tiga) jenis diantaranya))_

Maka di sini, di dalam madzhab Syāfi'i, mereka memandang selain 3 (tiga) jenis tersebut maka tidak dizakāti.

Disana ada sebagian ulamā menyebutkan bahwa kuda termasuk hewan yang dizakāti.

Adapun pendapat Syāfi'iyah bahwa yang wajib dizakāti hanyalah 3 (tiga) jenis saja, kecuali apabila memang disiapkan sebagai barang perdagangan maka wajib dizakāti bukan dari jenis hewan ternak ( المواشي) akan tetapi masuk ke dalam barang-barang perdagangan (عروض التجارة).

Kata beliau,

3 (tiga) jenis tersebut adalah:

((وهي: الإبل والبقر والغنم))

_((⑴ Unta dan berbagai macam jenisnya ⑵ Sapi dan berbagai macam jenisnya ⑶ Kambing dan berbagai jenisnya))_

Tiga jenis di atas wajib dizakāti. Dan tiga jenis tersebut apabila disiapkan untuk diperdagangkan maka dia masuk di dalam zakāt perdagangan (عروض التجارة) bukan pada zakat hewan ternak (المواشي).

Masuk di dalam zakāt hewan ternak (المواشي) apabila diinginkan selain untuk barang perdagangan, misalnya:

√ Yang diinginkan untuk diambil susunya
√ Yang diinginkan untuk diambil dagingnya
√ Yang diinginkan untuk diambil bulunya dan sebagainya.

Maka dia masuk ke dalam zakāt hewan ternak (المواشي).

((وشرائط وجوبها ستة أشياء: الإسلام والحرية والملك التام والنصاب والحول والسوم))

_((Dan syarat wajibnya untuk dizakāti ada 6 (enam) macam: Islam, merdeka, memiliki harta tersebut dengan sempurna, kadar tertentu pada sebuah harta, al haul, digembalakan secara bebas))_

_⑴ Al Islām (الإسلام)_

Dalīlnya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا

_"Dan ambilah dari harta-harta mereka shadaqah (zakāt) yang membersihkan mereka dan mensucikan mereka dengan zakāt tersebut."_

(QS At Taubah: 103)

Orang-orang kāfir, mereka tidak dibersihkan dan tidak disucikan. Oleh karena itu kewajiban zakāt hanya untuk orang muslim. 

Begitu juga dalam hadīts Ibnu 'Abbās radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, manakala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengutus Mu'ādz bin Jabbal ke Yaman diperintahkan untuk berdakwah.

Tatkala mereka telah bersyahādat dan tatkala mereka telah shalāt. Maka kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً فِي أَمْوَالِهِمْ، تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ

_"Maka ajarkanlah kepada mereka bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla mewajibkan kepada mereka untuk menunaikan shadaqah (zakāt) di dalam harta mereka, yang diambil dari orang yang kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada para faqīr mereka."_

(Hadīts Riwayat Bukhāri nomor 1395)

⇒Ini menunjukkan bahwasanya zakāt diambil dari orang Islām.

_⑵ Merdeka (الحرية)_

Merdeka bukan seorang budak, karena budak tidak wajib zakāt. Dan budak tidak memiliki harta, harta budak adalah milik Sayyid (Tuannya). Maka zakāt wajib bagi seorang yang merdeka.

Dan ini dinukilkan oleh Imām Nawawi sebagai ijma'. Begitu juga dikatakan oleh Ibnu Rusyd di dalam kitābnya.

_⑶ Memiliki harta tersebut secara sempurna (الملك التام)_

Artinya, seseorang memiliki harta di tangannya dan dia bisa menginfāqkan atau menggunakan harta tersebut sesuai dengan keinginannya dan untuk kemaslahatan dia.

Maka ini yang disebut sebagai harta yang dimiliki secara sempurna, bukan harta yang dimiliki secara tidak sempurna.

Misalnya:

Apabila seseorang hanya memiliki intifa' saja, bisa memanfaatkan tetapi tidak bisa memiliki secara fisik maka ini tidak memiliki secara sempurna.

Contohnya:

√ Seorang yang menyewa maka dia tidak memiliki secara sempurna.
√ Seseorang memiliki sesuatu tetapi tidak bisa merasakan manfaatnya.

Misalnya lagi:

⇒Harta yang hilang atau
⇒Harta yang tidak diketahui di mana
⇒Piutang yang tidak bisa diambil atau sulit diambil.

Disana ada khilaf para ulamā.

Misalnya:

√ Terkait dengan harta hutang apakah wajib dizakāti atau tidak?
√ Harta piutang di sana ada perinciannya, kapan harus dizakāti dan bagaimana cara
zakātnya, ada rinciannya dikalangan para ulamā.

Intinya, di antara syarat harta tersebut dizakāti adalah seseorang memiliki harta tersebut secara sempurna baik secara fisik (mampu untuk menggunakannya sesuai dengan keinginannya dan juga untuk  kemaslahatan dirinya), maka wajib dizakāti.

_⑷ Kadar tertentu pada sebuah harta (النصاب)_

Yaitu kadar tertentu pada sebuah harta ataupun hewan ternak yang wajib untuk dizakāti, apabila kurang dari kadar tersebut maka tidak dizakāti.

_⑸ Al Haul (الحول)_

Telah mencapai satu tahun dari kalender hijriyyah. Apabila harta sudah mencapai nisab dan juga haul maka wajib untuk dizakāti.

Dalīlnya sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam  yang diriwayatkan oleh Abū Dāwūd nomor 1573.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

لَيْسَ فِي مَالٍ زَكَاةٌ حَتَّى يَحُولَ عَلَيْهِ الْحَوْلُ

_"Tidak ada zakāt dari sebuah harta sampai dia mencapai atau melewati satu haul (satu tahun kalender hijriyyah."_

_⑹ Digembalakan secara bebas (السوم)_

Ini khusus kepada zakāt hewan ternak (المواشي) .

Digembalakan secara bebas artinya apabila hewan ternak tersebut digembalakan di tempat gembalaan yang tidak ditumbuhkan (ditanam) oleh orang tersebut atau tidak disengaja (tidak ada biayanya) maka wajib dizakāti.

Adapun hewan ternak yang diternakkan dengan cara diberikan pakan maka dia tidak dizakāti dan disebutkan di antara dalīlnya adalah hadīts Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Hadīts dari Annas bin Mālik yang menceritakan tentang surat yang ditulis oleh Abū Bakar radhiyallāhu Ta'āla 'anhu dan ini hukumnya adalah marfu'.

Artinya apa yang ditulis beliau adalah dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, kata beliau (Abū Bakar radhiyallāhu 'anhu) dalam suratnya :

Beliau bersabda:

وَفِي صَدَقَةِ اَلْغَنَمِ سَائِمَتِهَا إِذَا كَانَتْ أَرْبَعِينَ إِلَى عِشْرِينَ وَمِائَةِ شَاةٍ

_"Adapun di dalam kambing yang digembalakan atau diternakkan tanpa diberikan pakan secara khusus. Apabila telah mencapai 40 ekor sampai 120 ekor maka wajib dikenai zakāt satu ekor kambing."_

(Bulūghul Marām, zakat, 493)

Mafhum dari kalimat ini, apabila hewan ternak tersebut bukan digembalakan secara bebas, maka dia tidak dikenai zakāt.

Inilah yang bisa disampaikan pada halaqah kali ini, In syā Allāh kita akan lanjutkan pada halaqah berikutnya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________

◆ Yuk.... Ikut Saham Akhirat
Pembelian Rumah U/ Markaz Dakwah dan Studio Bimbingan Islām

| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islām
Konfirmasi Transfer Via WA/SMS & Informasi ;  0811-280-0606 (BIAS CENTER 06)
----------------------------------

JENIS HARTA YANG WAJIB DIZAKATI

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 22 Muharam 1439 H / 12 Oktober 2017 M
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 76 | Jenis Harta Yang Wajib Dizakati
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H076
〰〰〰〰〰〰〰

*JENIS HARTA YANG WAJIB DIZAKATI*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para sahabat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh  Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita masuki pada halaqah yang ke-76 dan kali ini kita masuk pada bab tentang "Fiqih Masalah Zakāt" yang sebelumnya kita telah sebutkan tentang keutamaan zakāt dan juga ancaman bagi orang-orang yang meninggalkan zakāt.

Pada halaqah kali ini, kita akan sebutkan secara sekilas tentang syarat-syarat yang terkait dengan zakāt.

Syarat yang terkait dengan zakāt ada 2 (dua) hal, yaitu:

⑴ Syarat yang terkait dengan orang yang menunaikan zakāt.
⑵ Syarat yang terkait dengan harta itu sendiri.

_*Syarat yang terkait dengan orang yang menunaikan zakāt.*_

⑴ Islām

Seorang yang beragama Islām wajib untuk berzakāt adapun orang kāfir maka tidak diterima zakātnya.

Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً (التوبة : ١٠٣)

Dhamir هم (mereka) disini menunjukan kepada kaum Muslimin.

Dan juga hadīts dari Ibnu Abbās yang menjelaskan tentang perintah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam kepada Mu'ādz bin Jabbal tatkala Mu'ādz bin Jabbal dikirim ke Yaman.

فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً فِي أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ وَتُرَدُّ فِي فُقَرَائِهِمْ

_"Apabila mereka mentaati engkau pada masalah itu (yaitu tentang syahādat 'Lā ilāha illallāh kemudian menunaikan shalāt), maka kemudian ajarkanlah kepada mereka bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla mewajibkan kepada mereka untuk menunaikan zakāt, yang diambil dari orang yang kaya diantara mereka dan dikembalikan kepada para faqīr mereka."_

(Hadīts Riwayat Abu Daud nomor 1584)

⑵ Al Hurriyyah

Maksudnya orang yang memiliki harta tersebut adalah orang yang bebas, bukan budak.

Adapun budak maka tidak ada zakāt baginya atau tidak diwajibkan baginya untuk menunaikan zakāt.

⑶ 'Aqal atau Bāligh

Disini para ulamā khilaf apakah disyaratkan 'aqal atau bāligh.

Jumhūr ulamā madzhab mengatakan bahwa tidak disyaratkan bāligh atau 'aqal.

Selama dia Islām (Muslim) dan dia hurr (bukan seorang budak) maka wajib baginya untuk menunaikan zakāt apabila telah terpenuhi syaratnya.

Karena di dalam hadīts disebutkan:

تُؤْخَذُ مِنْ اَغْنِيَائِهِمْ

_"Diambil dari orang-orang kaya diantara mereka (artinya orang yang memiliki harta)."_

Begitu juga di dalam ayat Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ

_"Ambillah dari harta mereka."_

(QS At Taubah: 103)

Ini menunjukan tidak disyaratkan 'aqal ataupun bāligh.

_*Syarat yang terkait dengan harta itu sendiri*_

⑴ Bahwasanya harta yang dizakāti adalah harta yang memang wajib untuk dizakāti.

In syā Allāh nanti akan kita jelaskan, jenis-jenis harta yang memang wajib untuk dizakāti. Karena di sana ada harta yang tidak wajib untuk dizakāti.

⑵ Memiliki harta tersebut secara sempurna

Karena di sana ada khilaf diantara para ulamā tentang harta yang merupakan hasil hutang, apakah dizakāti atau tidak!

⑶ Telah mencapai haul

Haul ini artinya telah berputar selama satu tahun (selama satu tahun harta tersebut dimiliki).

⑷ Telah mencapai nishab

Karena untuk harta yang wajib dizakāti ada nishab tertentu yang ditentukan oleh syari'at.

▪Kemudian, kita lanjutkan pada kitāb mualif di dalam matan Abū Syujā.

*((تجب الزكاة في خمسة اشياء، وهي: المواشي، والأثمان، والزُروع، والثمار، وعُروض التجارة))*

_*((Wajib untuk dizakāti pada 5 (lima) jenis harta.*_

_*Diantaranya:*_

_*⑴ Hewan ternak (المواشي)*_

==> Ini berdasarkan hadīts yang diriwayatkan oleh Abū Dzarr radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

والذي نفسي بيده أو والذي لا إله غيره أو كما حلف ما من رجل تكون له إبل أو بقر أو غنم لا يؤدي حقها إلا أتي بها يوم القيامة أعظم ما تكون وأسمنه تطؤه بأخفافها وتنطحه بقرونها كلما جازت أخراها ردت عليه أولاها حتى يقضى بين الناس

_"Demi jiwaku yang ada ditanganNya, Demi Allāh Subhānahu wa Ta'āla Yang tidak ada ilah selain Allāh (atau sebagaimana yang beliau senantiasa bersumpah), tidak ada seorangpun dari laki-laki (tidak ada seorangpun yang dia memiliki) unta, sapi atau kambing yang dia tidak menunaikan haknya (yaitu) tidak menunaikan zakātnya,  maka akan didatangkan pada hari kiamat dalam keadaan yang besar (bentuknya akan besar dan menjadi gemuk) kemudian akan menginjak-injak dengan kakinya dan juga akan ditanduk dengan tanduknya._

_Apabila sudah selesai yang terakhir maka akan dikembalikan yang awal untuk disiksa lagi pemilik hewan ternak tersebut yang tidak menunaikan zakāt, sampai diputuskan diantara manusia pada hari kiamat nanti."_

(Hadīts Riwayat Imām yang lima kecuali Abū Dāwūd)

_*⑵ Barang berharga (والأثمان)*_

==> Yang dimaksud atsmān (الأثمان) disini adalah emas dan Perak.

Sebagaimana sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ ثُمَّ تَلَا ( لَا يَحْسِبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ ) الْآيَةَ

_Barangsiapa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berikan harta kemudian dia tidak tunaikan zakātnya maka pada hari kiamat nanti harta tersebut akan dijadikan harta tersebut seperti ular jantan yang Aqra' (yang tidak memiliki rambut, dikarenakan banyak nya racun yang ular itu miliki)._

_Dia memiliki dua taring dan dua busa dimulutnya dikarenakan banyaknya racun yang dia miliki, dan akan dikalungkan dilehernya pada hari kiamat._

_Kemudian ular tersebut memegang atau mengigit tangan para pemilik harta yang tidak berzakāt tersebut, dengan kedua sudut mulutnya (dicengkram oleh rahangnya) kemudian ular itu berkata:_

_"Saya adalah hartamu, saya adalah simpananmu."_

_Kemudian Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam membaca ayat 180 surat Ali 'Imrān:_

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

_"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allāh berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka._

_Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat."_

(Hadīts Riwayat Imām lima kecuali Abū Dāwūd)

Dan juga berdasarkan hadīts Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا:

_Tidak satu hari pun di mana pada pagi harinya seorang hamba ada padanya melainkan dua Malāikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata:_

اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا

_"Yā Allāh, berikanlah ganti bagi orang yang berinfāq."_

_Dan yang lainnya berkata:_

اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

_"Yā Allāh, hancurkanlah (harta) orang yang bakhil (tidak mau menginfāqkan harta)."_

(Hadīts Riwayat Imām Bukhāri dan Muslim, An Nasāi)

Ini menunjukan bahwa harta-harta berharga termasuk emas dan perak wajib untuk dizakāti.

_*⑶ Tanam-tanaman (الزُروع)*_

==> Berdasarkan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِه

_"Dan tunaikanlah zakātnya pada saat memanen."_

(QS Al An'ām: 141)

_*⑷ Buah-buahan (الثمار) :*_

==> Sebagai mana dalīl ayat tersebut masuk didalamnya (tanam-tanaman atau buah-buahan/pertanian)

_*⑸ Barang-barang perdagangan (عُروض التجارة).*_

==>Berdasarkan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ

_"Wahai orang-orang yang berimān, nafkahkanlah (berikanlah zakāt) dari hasil usahamu yang baik-baik."_

(QS Al Baqarah: 267)

Berdasarkan hadīts dari Samurah bin Jundub:

كَانَ يَأْمُرُنَا (صلى الله عليه وسلم ) أَنْ نُخْرِجَ الصَّدَقَةَ مِنَ الَّذِي نُعِدُّ لِلْبَيْعِ

_"Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memerintahkan kami untuk mengeluarkan shaqadah (zakāt) dari harta-harta yang kami persiapkan untuk perdagangan."_

(Hadīts Riwayat Abū Dāwūd dengan sanad yang layin).

Ini merupakan lima jenis harta yang wajib untuk dizakāti, yang In syā Allāh  nanti akan kita jelaskan satu persatu.

Demikan.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________

◆ Yuk.... Ikut Saham Akhirat
Pembelian Rumah U/ Markaz Dakwah dan Studio Bimbingan Islām

| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islām
Konfirmasi Transfer Via WA/SMS & Informasi ;  0811-280-0606 (BIAS CENTER 06)
----------------------------------

PERINGATAN-PERINGATAN DARI ALLAH DAN RASULNYA PADA ORANG-ORANG YANG MENINGGALKAN ZAKAT

PERINGATAN-PERINGATAN DARI ALLAH DAN RASULNYA PADA ORANG-ORANG YANG MENINGGALKAN ZAKAT

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 21 Muharam 1439 H / 11 Oktober 2017 M
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 75 | Peringatan-Peringatan Dari Allāh dan RasūlNya Pada Orang-Orang Yang Meninggalkan Zakat
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H075
〰〰〰〰〰〰〰

*PERINGATAN-PERINGATAN DARI ALLĀH DAN RASŪLNYA PADA ORANG-ORANG YANG MENINGGALKAN ZAKĀT*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para sahabat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Memasuki halaqah yang ke-75 ini kita akan membahas tentang "Peringatan-peringatan dari Allāh dan Rasūl-Nya pada orang-orang yang meninggalkan zakāt, melupakan zakāt dan tidak menunaikan hak dari hartanya".

Di dalam syari'at ada peringatan yang sangat keras dan sangat tegas terhadap orang-orang yang meninggalkan atau menolak untuk membayar zakāt, bahkan sampai memberikan status orang yang meninggalkan atau menolak zakāt tersebut yaitu keluar dari Islām.

Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ* الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ

_"Dan celakalah bagi orang yang musyrik, (yaitu) yang tidak menunaikan zakāt dan mereka kufur terhadap hari akhirat."_

(QS Fushshilat: 6-7)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menggandengkan kesyirikan dengan kekufuran yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakātnya.

Para sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla 

• Yang Pertama | Pada hari kiamat  Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan mengalungkan harta yang tidak dikeluarkan zakātnya di leher pemiliknya, menjadi beban bagi dia di akhirat nanti.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

_"Janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allāh berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka._

_Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allāh-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allāh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."_

(QS Al 'Imrān: 180)

Di sini, orang yang bakhil menyangka, dengan mengumpulkan hartanya itu bermanfaat bagi dia, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Hafizh Ibnu Katsīr rahimahullāh dalam Tafsirnya.

Mereka menyangka bahwasanya dengan kebakhilan tersebut, dengan mengumpulkan harta tersebut, terus-menerus ditabung tanpa menginfāqkan (sedekah), itu baik bagi mereka, padahal itu membahayakan mereka sendiri.

Membahayakan di dunia dan juga di akhirat nanti.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla  telah menyebutkan bahwa harta yang mereka bakhilkan tersebut akan dikalungkan dileher mereka pada hari kiamat dan menjadi beban buat mereka, menjadi sesuatu yang membebani diri mereka sendiri.

Inilah siksaan bagi orang-orang yang bakhil terhadap harta yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada dia. 

• Yang Kedua | Orang yang tidak mengeluarkan zakātnya tidak menginfāqkan hartanya di jalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka dia akan diadzab oleh hartanya tersebut.

Disana banyak hadīts-hadīts yang menunjukan tentang hal itu, diantaranya Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan menjadikan hartanya menjadi seekor ular jantan yang beracun dan akan mengigit pemiliknya serta memakannya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ ثُمَّ تَلَا ( لَا يَحْسِبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ ) الْآيَةَ

_Dari Abu Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu berkata, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:_

_"Barangsiapa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan harta, kemudian dia tidak tunaikan zakātnya, maka pada hari kiamat nanti harta tersebut akan dijadikan harta tersebut seperti ular jantan yang Aqra' (yang tidak memiliki rambut), dikarenakan banyaknya racun yang ular itu miliki._

_Dia memiliki dua taring dan dua busa dimulutnya dikarenakan banyaknya racun yang dia miliki dan akan dikalungkan dilehernya pada hari kiamat, kemudian ular tersebut memegang atau mengigit tangan para pemilik harta yang tidak berzakāt tersebut, dengan kedua sudut mulutnya (dicengkram oleh rahangnya) kemudian ular itu berkata:_

_"Saya adalah hartamu, saya adalah simpananmu."_

_Kemudian Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam membaca ayat:_

_"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil menyangka itu baik bagi mereka...(surat Al 'Imrān: 180)."_

(Hadīts Riwayat Bukhāri nomor 1403)

Di dalam riwayat yang lain Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

وَلَا صَاحِبِ كَنْزٍ لَا يَفْعَلُ فِيهِ حَقَّهُ إِلَّا جَاءَ كَنْزُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ يَتْبَعُهُ فَاتِحًا فَاهُ فَإِذَا أَتَاهُ فَرَّ مِنْهُ فَيُنَادِيهِ خُذْ كَنْزَكَ الَّذِي خَبَأْتَهُ فَأَنَا عَنْهُ غَنِيٌّ فَإِذَا رَأَى أَنْ لَا بُدَّ مِنْهُ سَلَكَ يَدَهُ فِي فِيهِ فَيَقْضَمُهَا قَضْمَ الْفَحْلِ

_Dan tidak ada seorangpun pemilik harta yang dia tidak menunaikan haknya (tidak menunaikan zakātnya), kecuali harta tersebut akan datang pada hari kiamat menjadi seekor ular jantan yang aqra' (penuh dengan bisa) dan akan selalu mengikutinya dengan membuka mulutnya, apabila ular tersebut datang maka pemilik harta simpanan itu lari darinya._

_Lalu ular itu memanggilnya:_

_"Ambillah harta simpananmu yang telah engkau sembunyikan! Aku tidak membutuhkannya."_

_Maka ketika pemilik harta itu melihat, bahwa dia tidak dapat menghindar darinya, dia memasukkan tangannya ke dalam mulut ular tersebut. Maka ular itu memakannya sebagaimana onta jantan memakan makanannya.”_

(Hadīts Riwayat Muslim nomor 988)

Dan di dalam hadīts yang lain, yang menunjukan bahwasanya orang-orang yang menyimpan hartanya (emas dan perak) maka emas atau peraknya itu akan menjadi lempengan-lempengan yang dipanaskan di neraka.

مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلَّا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحَ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ

_Tidaklah pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya (yaitu zakāt), kecuali jika telah terjadi hari kiamat (emas dan perak) dijadikan lempengan-lempengan di neraka, kemudian dipanaskan di dalam neraka Jahannam, lalu dibakarlah dahinya, lambungnya dan punggungnya._

_Setiap lempengan itu dingin, dikembalikan (dipanaskan di dalam Jahannam) untuk (menyiksa)nya. (Itu dilakukan pada hari kiamat), yang satu hari ukurannya 50 ribu tahun, sehingga diputuskan (hukuman) di antara seluruh hamba. Kemudian dia akan melihat (atau akan diperlihatkan) jalannya, apakah menuju surga atau menuju neraka."_

(Hadīts Riwayat Muslim nomor 9887 dari shahābat Abu Hurairah Radhiyallāhu 'anhu)

Para sahabat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Begitu juga pemilik hewan-hewan ternak yang tidak menunaikan zakātnya disebutkan dalam hadīts, maka orang tersebut akan ditanduk, akan diinjak-injak oleh hewan ternaknya sampai yang terakhir kemudian diulang-ulang terus demikian, sampai diputuskan diantara hambanya.

Ini adalah siksaaan yang berat bagi pemilik harta yang tidak berzakāt.

Oleh karena itu hendaklah kita menunaikan zakāt dan menginfāqkan harta yang Allāh berikan kepada kita.

• Yang Ketiga | Tubuh orang yang tidak mengeluarkan zakāt akan dipanggang di dalam neraka Jahannam dengan hartanya sendiri.

وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ، يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ

_Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allāh, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih._

_Pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam neraka Jahannam, lalu dibakarnya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:_

_“Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan.”_

(QS At Tawbah: 34-35)

Begitu juga di dalam hadīts yang tadi sudah disebutkan, bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan menjadikan emas dan perak menjadi lempengan yang dipanaskan kemudian dijadikan sebagai setrika untuk mereka. Di mana satu hari ukurannya adalah 50 ribu tahun.

• Yang Keempat | Pemerintah Muslim berhak mengambil secara paksa zakāt dan dengan denda mengambil separuh hartanya.

Jadi zakātnya diambil dan separuh hartanya diambil sebagai denda bagi orang-orang yang menolak membayar zakāt.

Ini adalah hukum di dalam Islām

• Yang Kelima | Bahwasanya orang yang menolak membayar zakāt maka dihukumi sebagai orang kāfir, orang murtad.

Orang yang menolak membayar zakāt maka dihukumi sebagai orang kāfir (murtad) karena mereka mendustakan Allāh dan Rasūl-Nya.

Dan ini juga yang diberlakukan oleh Abū Bakar radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, beliau memerangi orang-orang yang tidak menunaikan zakātnya.

Demikian yang bisa disampaikan.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________

◆ Yuk.... Ikut Saham Akhirat
Pembelian Rumah U/ Markaz Dakwah dan Studio Bimbingan Islām

| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islām
Konfirmasi Transfer Via WA/SMS & Informasi ;  0811-280-0606 (BIAS CENTER 06)
----------------------------------

HUKUM DAN KEUTAMAAN ZAKAT

HUKUM DAN KEUTAMAAN ZAKAT

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 20 Muharam 1439 H / 10 Oktober 2017 M
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 74 | Hukum Dan Keutamaan Zakat
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H074
〰〰〰〰〰〰〰

*HUKUM DAN KEUTAMAAN ZAKAT*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para shahābat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, alhamdulillāh, pada halaqah kali ini kita masuk pada bab yang baru yaitu tentang "Zakāt".

Sebelum kita membaca matan Abū Syujā', ada beberapa hal yang ingin disampaikan.

*1. Hukum membayar zakāt*

Sebagaimana kita ketahui bahwasanya membayar zakāt adalah salah satu rukun Islām.

Dan zakāt merupakan rukun yang penting, oleh karena itu Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ

_"Dan dirikanlah shalāt dan tunaikan zakāt."_

(QS An Nūr: 56 dan QS Al Muzzamil: 20)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menggandengkan antara shalāt, rukun yang sangat penting, dengan zakāt.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّمُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

_"Islām dibangun di atas 5 perkara (5 rukun), bersyahadāt bahwasanya tidak ada ilah selain Allāh dan bahwasanya Muhammad adalah Rasūlullāh, menegakkan shalāt dan menunaikan zakāt, kemudian haji dan berpuasa Ramadhān."_

(Hadīts Riwayat Imam Bukhāri nomor 8 dan Muslim nomor 16)

Hadīts ini menunjukan bahwasanya menunaikan zakāt adalah salah satu pondasi (rukun) dari Islām seseorang.

Apabila seseorang meninggalkan zakāt dan dia mengetahui tentang kewajibannya, artinya dia mengingkari maka dia telah keluar dari Islām.

Sebagaimana Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu Tabāraka Ta'āla 'anhu, beliau memerangi orang yang menolak untuk membayar zakāt.

*2. Keutamaan membayar zaḵāt*

Di sana banyak sekali disebutkan oleh para ulamā, tentang keutamaan-keutamaan orang yang membayar zakāt.

Zakāt memiliki keutamaan yang sangat penting sekali. Dan dia memiliki atsar (pengaruh) di dalam sosial kemasyarakatan dan pengaruh dalam diri seseorang.

Diantara keutamaan-keutamaannya:

*_-1- Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan wasi'at tentang zakāt kepada para shahābatnya tatkala beliau mengutus shahābatnya untuk berdakwah ke negeri Yaman._*

Tatkala beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) mengutus Mu'ādz bin Jabbal ke Yaman, beliau mengatakan:

إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً فِي أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ

_Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum dari ahli kitab, maka hendaklah engkau perintahkan untuk menyeru kepada syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa anna Muhammadar Rasûlullâh._

_Apabila mereka telah mentaatimu dalam hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh Azza wa Jalla mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam._

_Jika mereka telah mentaati hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang faqīr diantara mereka."_

(Hadīts Riwayat Imām Tirmidzi nomor 625, hadīts ini hasan shahīh)

Beliau mengatakan:

"Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum dari ahli kitāb."

Maka kemudian diperintahkan untuk:

⑴ Menyeru kepada syahadāt 'Lā ilāha illallāh wa anna Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam (Muhammad adalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam).

⑵ Diseru kepada shalāt 5 waktu sehari semalam.

Apabila mereka telah masuk Islām dan menunaikan shalāt maka diperintah kepada mereka untuk:

⑶ Menunaikan zakāt

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Ajarakanlah kepada mereka bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla mewajibkan di atas harta mereka shadaqah (zakāt) yang diambil dari orang kaya diantara mereka kemudian dikembalikan kepada orang faqīr diantara mereka."

*_-2- Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan zakāt sebagai pembersih bagi harta._*

Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

_"Ambillah dari harta-harta mereka shadaqah (zakāt) yang membersihkan dan mensucikan mereka dengan zakāt tersebut, dan do'akanlah mereka, karena sesungguhnya do'amu itu membuat mereka lebih tenang dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha Mendengar dan Maha Mengetahui."_

(QS At Tawbah: 103)

*_-3- Zakāt membangun ukhuwāh (persaudaraan)._*

Seorang yang berzakāt maka, maka status dia adalah saudara kita sebagai seorang Muslim.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ 

_"Apabila mereka bertaubat kemudian mereka menegakan shalāt dan menunaikan zakāt, maka dia adalah saudara kalian di dalam agama."_

(QS At Tawbah: 11)

Artinya berlaku pada mereka hukum-hukum saudara sebagai saudara Muslim, maka tidak boleh diambil hartanya tanpa hak dan lain sebagainya.

Jadi pemahaman ayat tersebut:

"Sesungguhnya orang-orang yang mufsidīn (merusak) dimuka bumi, kemudian meninggalkan shalāt dan menolak untuk membayar zakāt maka tidak ada ukhuwāh bagi mereka."

*_-4- Zakāt memasukan seseorang yang membayarnya (menunaikan) zakāt tersebut ke dalam surga yang abadi._*

Sebagaimana hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, bahwasanya seorang 'A'rabi datang kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan dia berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ . قَالَ " تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوبَةَ وَتُؤَدِّي الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ " . قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا شَيْئًا أَبَدًا وَلاَ أَنْقُصُ مِنْهُ . فَلَمَّا وَلَّى قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم " مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا

_"Wahai Rasūlullāh, tunjukanlah kepadaku satu amalan yang apabila saya mengamalkanya (mengerjakannya) saya masuk surga?"_

_Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:_

_"Sembahlah Allāh dan janganlah kamu berbuat syirik sedikitpun dan tunaikanlah shalāt yang diwajibkan, tunaikanlah zakāt yang diwajibkan dan berpuasa dibulan Ramadhān."_

_Kemudian 'Arabi (Baduy) tersebut berkata:_

_"Demi jiwaku yang ada ditanganNya (Allāh Subhānahu wa Ta'āla) saya tidak akan menambah dari hal ini."_

_Tatkala orang tersebut berpaling, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:_

_"Barangsiapa yang senang untuk melihat seseorang yang dia adalah penduduk ahli Jannah, maka lihatlah orang ini."_

(Hadīts Riwayat Imam Muslim nomor 14 dan Imām Bukhāri nomor 1397)

*_-5- Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjanjikan kepada orang yang mengeluarkan zakāt bahwasanya mereka akan mendapatkan kemenangan/keberhasilan/kesuksesan di dunia dan di akhirat._*

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ * الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ * وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ * وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ *

_"Sungguh beruntung orang-orang yang berimān, yaitu yang mereka khusyu' di dalam shalātnya dan mereka berpaling dari perkara-perkara yang melalaikan dan juga mereka adalah orang-orang yang menunaikan zakātnya."_

(QS Al Mu'minun: 1-4)

Kemudian pada ayat berikutnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan golongan orang-orang yang menang dan menjanjikan mereka sebagai pewaris dari Firdaus A'la.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

أُولَٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ * الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ *

_"Mereka itulah yang disebutkan yang pertama bahwa merekalah yang mewarisi Firdaus di mana mereka didalamnya kekal abadi."_

(QS Al Mu'minun: 10-11)

Disini kita bisa melihat bagaimana pentingnya zakāt.

*_-6- Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengandengkan antara zakāt dan shalāt._*

Shalāt merupakan rukun yang sangat penting dan dia adalah rukun yang kedua. Maka di sana bisa kita ketahui betapa pentingnya zakāt karena zakāt digandengkan dengan sesuatu yang sangat penting.

Oleh karena itu Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ

_"Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakāt."_

(QS An Nūr: 56 dan QS Al Muzzamil: 20)

Dan banyak lagi ayat-ayat yang lainnya.

الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

_"Orang-orang yang mendirikan shalāt dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka."_

(QS Al Anfāl: 3)

أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

_"Mereka adalah orang-orang yang berimān dengan keimānan yang hakiki (keimānan yang benar) mereka mendapatkan derajat disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla, serta ampunan dan rezeki yang mulia."_

(QS Al Anfāl: 4)

*_-7- Zakāt bisa menjadi benteng bagi pemiliknya.-*

√ Benteng dari segala keburukan.
√ Benteng dari kehancuran.
√ Benteng dari kebangkrutan.

Karena, zakāt tersebut adalah sebagai penjaga.

Sebagaimana yang diriwayatkan dari Hasan secara marfu' beliau mengatakan:

حَصِّنُوا أَمْوَالَكُمْ بالزَّكاةِ، وَدَاوُوا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ، وَاسْتَقْبِلُوا أَمْوَاجَ الْبَلَاءِ بِالدُّعَاءِ والتضرع

_"Jagalah harta-harta kalian dengan zakāt, dan obatilah orang-orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah, dan hadapilah gelombang musibah dengan do'a dan juga memohon kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan (tadara) memohon ampunan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

(Hadīts Riwayat Abū Dāwūd di dalam Kitāb Marasilnya)

Dan juga hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang diriwayatkan oleh shahābat Jābir bin Abdillāh, dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam beliau bersabda:

إذا أَدَّيْتَ زكاة مالك فقد أذهبت عنك شره

_"Apabila kalian telah menunaikan zakāt hartamu, maka engkau telah menghilangkan keburukannya."_

(Hadīts ini diriwayatkan oleh Imām Hakim di dalam Mustadraknya, hadīts ini shahīh berdasarkan syarat dari Imām Muslim)

Demikian yang bisa disampaikan pada halaqah kali ini, semoga kita semua memperhatikan dengan sebaik-baiknya di dalam menunaikan zakāt kita, bahkan lebih dari itu kita menginfāqkan (sedekahkan) harta yang kita miliki untuk kebahagiaan yang abadi di akhirat nanti.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________

◆ Yuk.... Ikut Saham Akhirat
Pembelian Rumah U/ Markaz Dakwah dan Studio Bimbingan Islām

| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islām
Konfirmasi Transfer Via WA/SMS & Informasi ;  0811-280-0606 (BIAS CENTER 06)
----------------------------------