Laman

Tampilkan postingan dengan label Sirah Nabawiyyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sirah Nabawiyyah. Tampilkan semua postingan

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 3 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 3 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 23 Rabi’ul Akhir 1439 H / 10 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 3 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1003
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 3 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian kita akan lanjutkan kisah hijrah para shahābat ke negeri Habasyah (Ethiopia). 

Kita tahu bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menganggap perkara hijrah adalah perkara yang besar, sampai Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan dalam firman-Nya:

وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ قُتِلُوا أَوْ مَاتُوا لَيَرْزُقَنَّهُمُ اللَّهُ رِزْقًا حَسَنًا وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (٥٨) لَيُدْخِلَنَّهُمْ مُدْخَلا يَرْضَوْنَهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَعَلِيمٌ حَلِيمٌ (٥٩)

_"Dan barangsiapa yang keluar (hijrah) di jalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla kemudian mereka terbunuh atau mati, sungguh, Allāh akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allāh adalah pemberi rezeki yang terbaik. Allāh akan masukan mereka ke surga yang mereka akan ridhā dengan surga tersebut. Dan sesungguhnya Allāh Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun."_

(QS Al Hajj: 58-59)

Oleh karenanya hijrah adalah perkara yang besar dan orang-orang hijrah ke Habasyah memiliki posisi yang tinggi di sisi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Akhirnya, tatkala mereka berangkat menuju negeri Habasyah, ternyata orang-orang musyrikin mendengar berita ini. Maka mereka berusaha mengejar shahābat yang hendak pergi ke Habasyah. Namun tatkala sampai di semacam pelabuhan (tempat bersandarnya perahu-perahu), Allāh mentakdirkan ada dua perahu hendak pergi ke Habasyah tatkala itu.

Ini bukan kebetulan tetapi sudah diatur oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan merekapun naik perahu tersebut dan selamatlah mereka.

Ingat, permusuhan orang-orang kāfir Quraisy dengan para shahābat bukan permusuhan duniawi, tetapi permusuhan agama.

Seharusnya mereka bahagia dengan kepergian para shahābat, tetapi mereka tidak bahagia karena belum bisa menghabisi para shahābat, dan Allāh jadikan mereka selamat.

Maka tinggallah mereka di negeri Habasyah dan mereka meminta perlindungan kepada raja Najāsyī kemudian nanti raja Najāsyī meninggal dalam keadaan Islām (radhiyallāhu Ta'āla 'anhu).

Para shahābat tinggal di sana tidaklah lama, sekitar tiga bulan. Kemudian tersebar berita, ada isu yang sampai ke negeri Habasyah, entah siapa yang membawa isu tersebut, isu yang menyebutkan bahwa pembesar kaum musyrikin sudah masuk Islām dan kondisi Mekkah sudah dalam keadaan aman.

Maka pulanglah sebagian mereka ke Mekkah, tatkala sampai di Mekkah, mereka tidak langsung masuk ke kota tetapi hanya sebagian yang masuk ke kota Mekkah.

Ternyata kondisinya masih sama, masih ada penyiksaan, penindasan. Akhirnya sebagian mereka langsung kembali lagi ke Habasyah dan sebagian menetap di Mekkah.

Ini sesuatu yang berat. Bayangkan pergi dari Habasyah menuju Mekkah tidaklah mudah, kemudian mendengar berita yang tidak sesuai dengan bayangan para shahābat, ternyata masih ada penyiksaan. Akhirnya sebagian shahābat kembali ke Habasyah dan ada sebagian yang menetap di Mekkah.

Seiring berjalannya waktu, ternyata gangguan orang-orang musyrikin semakin berat, akhirnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh mereka untuk hijrah yang kedua kalinya. Kali ini yang hijrah lebih banyak, tidak sebagaimana yang pertama.

Disebutkan oleh para ahli sejarah, bahwasanya yang berhijrah ke negeri Habasyah untuk yang kedua kali adalah sekitar 83 lelaki dan 18 wanita.

Mereka berhijrah dari Mekkah menuju Habasyah dalam rangka untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala orang-orang kāfir Quraisy tahu bahwasanya semakin banyak yang hijrah ke negeri Habasyah maka mereka tidak tinggal diam. Merekapun mengirim dua orang yang paling hebat berbicara di antara mereka yaitu 'Amr bin 'Āsh dan 'Abdullāh bin Abī Rabī'ah, tatkala itu keduanya masih musyrik.

Amr bin 'Āsh adalah orang yang terkenal hebat dalam berbicara. Orang-orang Quraisy tidak mengirim sembarang orang, tetapi mereka mengirim orang yang pandai berbicara dan berhujjah, agar raja Najāsyī percaya kepada mereka, sehingga raja Najāsyī mengusir kaum muslimin dari Habasyah.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 2 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 2 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 22 Rabi’ul Akhir 1439 H / 09 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 2 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1002
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 2 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian kita akan lanjutkan kisah hijrah para shahābat ke negeri Habasyah (Ethiopia).

Sesungguhnya hijrah dilakukan oleh para shahābat tiga kali yaitu dua kali hijrah ke Habasyah dan ketiganya ke Madīnah.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, berbagai macam siksaan dilakukan oleh orang-orang kāfir Quraisy kepada para shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Para shahābat yang tidak memiliki kabilah yang kuat, mereka disiksa, seperti 'Ammar bin Yāsir dan keluarganya.

Yāsir, ayahnya dibunuh. Begitupun ibunya, Sumayyah, dibunuh oleh Abū Jahal dengan menikamkan tombak dikemaluan Sumayyah radhiyallāhu ta'āla 'anhā (beliau adalah wanita syahīd yang pertama). Demikian juga para budak lain yang bisa dibunuh maka dibunuh.

Ini semua menunjukkan bahwa mereka ingin menghabiskan kaum muslimin. Mereka tidak ingin dakwah Nabi berkembang, hanya saja yang menjadi masalah, yang masuk ke dalam Islām adalah orang-orang yang memiliki kabilah yang kuat dan nasab yang tinggi.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam nasabnya tertinggi. Kemudian Utsmān bin Affān (nasabnya Umawi), Abdurahman bin 'Auf, Sa'ad bin Abī Waqas (memiliki nasab yang tinggi dan kabilah yang kuat). Kalau mereka diganggu maka kabilah mereka akan membantu karena ada fanatik suku yang kuat.

Kalau seandainya ada salah seorang anggota kabilah yang diganggu seakan-akan seluruh kabilah itu diganggu. Oleh karena itu mereka tidak mudah untuk mengganggu dan membunuh kaum muslimin.

Namun Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sangat sadar bahwasanya orang-orang kāfir Quraisy ingin menghentikan dakwah Nabi sehenti-hentinya dan kalau bisa membunuh seluruh kaum muslimin tatkala itu.

Dari situ Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengisyaratkan kepada para shahābat, tatkala siksaan semakin berat, sulit untuk beribadah, tidak bisa shalāt di Masjidil Harām maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memerintahkan kepada mereka untuk hijrah ke Habasyah.

Kata Nabi kepada para shahābatnya:

لَوْ خَرَجْتُمْ إِلَى أَرْضِ الْحَبَشَةِ، فَإِنَّ بِهَا مَلِكًا لَا يُظْلَمُ أَحَدٌ عِنْدَهُ، وَهِيَ أَرْضُ صِدْقٍ، حَتَّى يَجْعَلَ اللَّهُ لَكُمْ فَرَجًا مِمَّا أَنْتُمْ فِيهِ.

_"Seandainya kalian pergi ke negeri Habasyah sesungguhnya di sana ada seorang raja yang tidak siapapun akan dizhālimi di sisi raja tersebut. Negeri yang dipimpin dengan kejujuran. (Sementara kalian tinggal di sana), hingga saatnya nanti Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan jalan keluar bagi kalian dari kondisi yang menghimpit kalian."_

Seorang raja (Najāsyī) yang beragama Nashrāni namun dia masih bertauhīd dan dia tidak menzhālimi seorangpun.

Sebetulnya banyak tempat untuk menghindar (pergi dari Mekkah) seperti ke Madīnah, ke Najed (ada banī Hanīfah), ke Thā'if (ada kabilah Tsaqif) di Hunain (ada kabilah Hawazin), akan tetapi tatkala itu kondisi di seluruh jazirah adalah musyrikin.

Seandainya para shahābat tatkala itu hijrah kekota Madīnah, maka akan menjadi masalah karena suku Aush dan suku Khazraj masih musyrik dan mereka tentu akan menolong atau membela orang-orang musyrikin karena tokoh-tokoh musyrikin di Mekkah adalah pimpinan mereka.

Oleh karena itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berpikir jauh, mana tempat yang pas agar para shahābat bisa pergi dan bisa beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengetahui ada seorang raja di negeri Habasyah (raja Najāsyī) yang kondisinya lebih baik daripada kaum musyrikin. Meskipun perjalannya jauh, harus menempuh perjalanan laut.

Maka berangkatlah (berhijrah) para shahābat menuju ke negeri Habasyah.

Jumlah mereka tidak banyak, di antaranya yang berhijrah adalah 'Utsmān bin Affān (bersama istrinya Ruqayyah bintu Muhammad).

Mereka berhijrah ke suatu negeri yang kondisi ekonominya lebih rendah, Mekkah saat itu pusat perdagangan sehingga kondisi ekonominya kuat, kehidupan mereka nyaman sebelum ada Islām dan dakwah.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam terkenal dan 'Utsman bin Affān orang kaya, namun tatkala ada dakwah mereka sulit untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sehingga mereka berhijrah.

Mereka berhijrah bukan ke tempat (negeri) yang ekonominya lebih baik, mereka tidak mengetahui kondisi Habasyah. Bisa jadi kondisi cuaca yang tidak cocok (terlalu dingin atau terlalu panas). Mereka juga tidak tahu apakah di sana mereka bisa bekerja atau tidak.

Di antara yang berhijrah ke Habasyah adalah 'Utsmān bin Affān (menantu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam) dan putrinya Ruqayyah bintu Muhammad.

Nabi ingin memberi contoh kepada para shahābat, bahwa beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) tidak hanya menyuruh para shahābat saja untuk berhijrah tetapi keluarganyapun ikut disuruh berhijrah di antaranya menantu dan putrinya, agar mereka tahu bagaimana mereka sedih meninggalkan kampung halaman mereka. Demikian pula ada anggota keluarga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang sedih meninggalkan kampung halaman.

Bagaimana seorang ayah tidak sedih, anaknya harus pergi ke negeri Habasyah entah sampai kapan waktunya (wallāhu a'lam). Bisa jadi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam terbunuh di kota Mekkah, beliau tidak tahu apa yang terjadi dengan anaknya di sana.

Di antara yang pergi berhijrah ke negeri Habasyah adalah saudagar kaya raya yang hidupnya begitu mewah di Mekkah yaitu 'Abdurrahman bin 'Auf. Kemudian Uthbah bin Rabī'ah dan istrinya Sahlah, Zubair bin Awwam, Mush'ab bin 'Umair, Abu Salamah dan istrinya ummu Salamah, 'Utsmān bin Madz'un dan Amir bin Rabī'ah.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 1 DARI 11)

HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 1 DARI 11)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 21 Rabi’ul Akhir 1439 H / 08 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 1 dari 11)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-1001
~~~~~~~~~~~~~~~

*HIJRAHNYA SEBAGIAN SHAHABAT KE HABASYAH (BAGIAN 1 DARI 11)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada pertemuan yang lalu, kita telah membahas metode-metode yang digunakan orang-orang kāfir dalam menghalangi dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, metode yang mereka (orang-orang kāfir Quraisy) tempuh di antaranya: 

⑴ Menjatuhkan mental Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam (berupa hinaan maupun ejekan).

⑵ Mengganggu secara fisik dengan menyiksa para shahābat yang mereka mampu untuk menyiksa.

Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tetap berusaha untuk tetap berdakwah meskipun kondisi demikian.

Dan di antara metode yang diambil oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk melanjutkan dakwah beliau adalah beliau mencari suatu tempat untuk berkumpul para shahābat, (karena) para shahābat butuh untuk berkumpul untuk terus mendapat wejangan dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, agar terus kokoh imān mereka.

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengambil rumah milik seorang shahābat yang bernama Al Arqam bin Abil Arqam radhiyallāhu Ta'āla 'anhu. Rumah beliau dikenal dengan Dārul Arqam (yaitu) tempat berkumpulnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan para shahābat.

Kira-kira jumlah para shahābat saat itu 60 orang, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ahli sejarah.

Dan yang menakjubkan adalah orang-orang kāfir Quraisy, mereka tidak mengetahui tempat berkumpulnya Nabi dan para shahābat ini.

Padahal kita tahu bahwasanya kota Mekkah adalah kota yang kecil penduduknya tidak sampai jutaan tidak seperti sekarang. Mereka saling mengenal, masing-masing kabilah mengenal anggota kabilahnya.

Sementara mereka tidak tahu di mana tempat bertemunya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan para shahābat.

Mereka tahu di mana Dārul Arqam (rumahnya Arqam), yaitu dekat Jabal Shafā. Posisinya dekat dengan Ka'bah. Akan tetapi pintu masuknya dari belakang sehingga jika ada orang masuk ke rumah itu maka orang tidak memperhatikan, karena kebanyakan orang-orang sibuk di Jabal Shafānya.

Pintu masuk Dārul Arqam dari belakang dan inilah yang membuat rumah tersebut tidak diketahui oleh orang-orang kāfir Quraisy

Di antara penyebab yang menyebabkan kenapa orang-orang kāfir Quraisy tidak mengetahui adalah:

1). Al Arqam bin Abil Arqam ini umurnya masih muda, sekitar 16 tahun dan dia bukan dikenal orang dengan Islāmnya.

Kita tahu bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak menyebutkan siapa-siapa saja yang masuk Islām (bahkan Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam berusaha menyembunyikan nama-nama orang-orang yang masuk Islām) karena kondisi genting tatkala itu.

Salah satunya Al Arqam, dia tidak dikenal sebagai orang yang menjahrkan (menampakan) Islāmnya.

Orang-orang kāfir Quraisy menyangka, kalau Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ingin mengambil markas maka akan mengambil markas di tempat pembesar para shahābat, (misalnya) mungkin di rumah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, Utsmān bin Āffan, Abdurrahman bin 'Auf. Tetapi ternyata yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya para shahābat adalah rumahnya seorang anak muda yaitu Al Arqam bin Abil Arqam.

2). Tidak ada yang menyangka kalau Al Arqam bin Abil Arqam dari Kabilah banī Makzhum, banī  Makzhum adalah kabilahnya Abū Jahal.

Kita tahu bahwasanya kabilah yang paling sering bersaing dengan kabilahnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam (Bani Hāsyim atau Abdi Manāf ) adalah kabilah banī Makzhum.

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa yang membuat Abū Jahal tidak mau masuk Islām adalah dia merasa tersaingi oleh Kabilah Abdi Manāf (kabilahnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam) dan kabilahnya (Abū Jahal) paling membenci kabilahnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Maka tidak terpikir di benak mereka bahwa rumah yang akan digunakan sebagai markas (tempat berkumpulnya para shahābat) adalah rumah salah seorang dari mereka (kabilah banī Makzhum).

Ini menunjukkan bagaimana besarya perjuangan Al Arqam. Jika ketahuan kalau rumahnya digunakan sebagai markas (tempat berkumpulnya para shahābat) maka dia akan segera dibunuh oleh Abū Jahal, di mana tatkala itu Abū Jahal adalah bosnya banī Makzhum.

Yang menakjubkan, bertahun-tahun lamanya, sampai Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berhijrah tidak ketahuan di mana tempat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bermarkas. Dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam biasa mendidik para shahābat agar berkumpul ditempat tersebut, memberi wejangan kepada mereka.

Ini sangat penting, karena kita butuh untuk selalu berkumpul dengan orang-orang shālih karena syaithān bersama orang yang sendiri.

Jika seseorang bertemu dengan shahābat-shahābatnya, acara pengajian atau kumpul-kumpul (misalnya) kita ingat akan akhirat.

Carilah teman jika kita ingat dia maka kita akan ingat akhirat, bukan teman yang ingat dunia terus. Teman yang baik adalah jika kita melihat dia maka kita ingat akhirat. Kita ingat bahwasanya hidup kita penuh perjuangan. Tujuan hidup kita adalah menuju akhirat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 4 DARI 6)

USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 4 DARI 6)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 26 Rabi’ul Awwal 1439 H / 14 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 09 | Usaha Kaum Musyrikin Quraisy Dalam Menghalangi Dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (Bag. 4 dari 6)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-0904
~~~~~~~~~~~~~~~

*USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 4 DARI 6)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

2.) Selain mereka (orang-orang musyrikin Quraisy) menempuh metode menjatuhkan mental Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam secara psikologi mereka juga mengganggu Nabi secara fisik.

Semua metode mereka lakukan untuk bisa menghentikan dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Di antaranya :

⑴ Ada orang-orang yang langsung mengganggu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di rumahnya.

Sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Ishāq, beliau berkata:

كان النفر الذين يؤذون رسول الله صلى الله عليه وسلم في بيته أبا لهب، والحكم بن أبي العاص بن أمية، وعقبة بن أبي معيط، وعدى بن حمراء الثقفي، وابن الأصداء الهذلى

_Ada orang-orang yang tidak segan mengganggu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di rumah beliau sendiri, seperti Abū Lahab, Al Hakam bin Abil 'Āsh bin Umayyah, 'Uqbah bin Abi Mu'aith, Adī bin Hamrā’ Ats Tsaqafī dan Ibnul Ashdā'a Al Hudzlī._

Imām Bukhāri rahimahullāh meriwayatkan dari shahābat Ibnu Mas'ūd radhiyallāhu ta'āla 'anhu, di antara bentuk gangguan orang-orang kāfir terhadap Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam secara fisik.

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يصلي عند البيت وأبو جهل وأصحاب له جلوس إذ قال بعضهم لبعض أيكم يجئ بسلا جزور(مخلفات الذبح) فيضعه علي ظهر محمد إذا سجد فانبعث أشقي القوم (وهو عقبة ) فجآء به فنظر حتى إذا سجد النبي وضع علي ظهره بين كتفيه, وأنا أنظر لا أغني شيئاً, قال عبد الله: فجعلوا يضحكون ويحيل بعضهم بعض (يتمايل بعضهم على بعض) مرحاً وطرباً ورسول الله صلي الله عليه وسلم ساجد, لايرفع رأسه حتي جآءته فاطمة, فطرحته عن ظهره ، فرفع رأسه ،ثم قال:( اللهم عليك بقريش ثلاث مرات, فشق ذلك عليهم إذ دعا عليهم, وقال: وكانوا يرون أن الدعوة في ذلك البلد مستجابة, ثم سمي الرسول اللهم عليك بأبي جهل, وعليك بعتبة بن ربيعة, وشيبة بن ربيعة والوليد بن عتبة, وأميمة بن خلف, وعقبة بن أبي معيط”) فو الذي نفسي بيده لقد رأيت الذين عد رسول الله صلي الله عليه وسلم صرعى في القليب ،قليب بدر .

_Suatu hari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah shalāt di Ka’bah, dan Abū Jahal beserta teman-temannya sedang duduk-duduk di dekat Ka'bah._

_Salah seorang dari mereka berkata, "Siapa diantara kalian yang mau mengambil kotoran isi perut unta lalu tumpahkan di atas punggung Muhammad ketika dia sujud?"_

_Maka bangunlah orang yang paling celaka di antara mereka, dialah 'Uqbah bin Abī Mu'aith._

_Lalu dia pergi mengambil kotoran unta dan menunggu saat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sujud._

_'Uqbah pun menunggu hingga Nabi sujud, lalu saat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sujud maka 'Uqbah datang dengan kotoran tersebut dan ditumpahkan di atas pundak Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam._

_Saya (Ibnu Mas'ūd) melihat hal tersebut tetapi saya tidak bisa apa-apa._

_Maka merekapun tertawa mengejek. Sampai Fāthimah radhiyallāhu ta'āla 'anhā pun datang lalu pundak Nabi dibersihkan, setelah itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bangun dari sujudnya dan berdo'a dihadapan mereka._

_Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berdo'a, "Yā Allāh balaslah orang-orang Quraisy," sebanyak 3 kali._

_Saat mendengar do'a Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam merekapun menjadi takut. Mereka tahu do'a orang di zhālimi (tanah suci) dikabulkan._

_Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan nama mereka satu persatu. "Ya Allāh, balaslah Abū Jahal, 'Utbah bin Rabī'ah, Syaibah bin Rabī'ah, Walīd bin 'Utbah, Umayyah bin Khalaf dan 'Uqbah bin Abi Mu'aith."_

_Ibnu Mas'ūd melanjutkan, "Sungguh demi Dzat yang jiwaku yang ada ditangan-Nya, saya melihat orang-orang yang namanya disebutkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, semuanya tewas dalam dibuang ke dalam sumur saat perang Badr."_

Imām Muslim dalam shahīhnya juga menyebutkan suatu kisah (yaitu) Abū Jahal ingin mengganggu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

قَالَ أَبُو جَهْلٍ هَلْ يُعَفِّرُ مُحَمَّدٌ وَجْهَهُ بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ

_Abū Jahal berkata, "Apakah kalian sudah melihat Muhammad menggosok-gosokan kepalanya (di tanah) di tengah-tengah kalian?”_

قَالَ فَقِيلَ نَعَمْ

_"Iya, dia (Muhammad) sedang sujud."_

فَقَالَ وَاللَّاتِ وَالْعُزَّى لَئِنْ رَأَيْتُهُ يَفْعَلُ ذَلِكَ لَأَطَأَنَّ عَلَى رَقَبَتِهِ أَوْ لَأُعَفِّرَنَّ وَجْهَهُ فِي التُّرَابِ

_Kata Abū Jahal, "Demi Lattā, 'Uzzā, bila aku melihatnya melakukan seperti itu, aku akan menginjak lehernya atau aku akan benamkan wajahnya di tanah."_

قَالَ فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُصَلِّي  زَعَمَ لِيَطَأَ عَلَى رَقَبَتِهِ

_Kemudian diapun mendatangi Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam saat beliau tengah shalāt. Dia hendak menginjak leher beliau._

قَالَ فَمَا فَجِئَهُمْ مِنْهُ إِلَّا وَهُوَ يَنْكُصُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَيَتَّقِي بِيَدَيْهِ

_Ketika dia mendekati Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk menginjak leher Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, tiba-tiba Abū Jahal mundur dan melindungi diri dengan tangan._

Ada yang bertanya padanya:

قَالَ فَقِيلَ لَهُ مَا لَكَ

_"Ada apa denganmu wahai Abū Hakam?"_

فَقَالَ إِنَّ بَيْنِي وَبَيْنَهُ لَخَنْدَقًا مِنْ نَارٍ وَهَوْلًا وَأَجْنِحَةً

_Abū Jahal menjawab, "Sungguh saya melihat di antara aku dan dia ada nyala api (ada sesuatu yang menakutkan) dan banyak sayap."_

⇒ Mereka semua tidak melihat tetapi Abū Jahal dibuat hal yang menakutkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ دَنَا مِنِّي لَاخْتَطَفَتْهُ الْمَلَائِكَةُ عُضْوًا عُضْوًا

_Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda, "Seandai dia (Abū Jahal) mendekatiku, maka malāikat akan menyambar anggota badannya satu per satu."_

Demikian pula Imām Bukhāri meriwayatkan dari 'Urwah bin Zubayr radhiyallāhu ta'āla 'anhu, dia berkata:

Aku bertanya kepada 'Abdullāh bin 'Amr (shahābat):

سألت عبد الله بن عمرو عن أشد ما صنع المشركون برسول الله صلى الله عليه وسلم

_"Perkara apa yang paling berat yang pernah dilakukan oleh kaum musyrikin kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam?"_

  قال : رأيت عقبة بن أبي معيط جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم وهو يصلي

_Dia berkata, "Saya pernah melihat 'Uqbah bin Abī Mu'aith mendatangi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam keadaan shalāt."_

فوضع رداءه في عنقه ، فخنقه به خنقا شديدا

_Maka diapun mengambil selendangnya lalu dia lilitkan selendang tersebut ke leher Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam kemudian dia tarik/cekik Nabi dengan sekuat-kuatnya._

فجاء أبو بكر رضي الله عنه ، حتى دفعه عنه فقال : أتقتلون رجلا أن يكون ربي الله وقد جاءكم بالبينات من ربكم

_Maka Abū Bakr pun datang dan menolak 'Uqbah bin Abī Mu'aith dengan berkata, "Apa kalian ingin membunuh seseorang yang berkata Rabbku adalah Allāh dan telah datang kepada kalian dengan dalīl-dalīl dan hujjah-hujjah dari Rabb kalian."_

Demikian juga 'Uthaibah bin Abī Lahab pernah mengganggu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan kemudian merobek baju Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berdo'a agar dia dibunuh oleh singa. Maka 'Uthaibah suatu saat bersama orang-orang Quraisy keluar dan diapun singgah di suatu tempat bernama Zarqā.

Tiba-tiba pada malam hari datang segerombolan singa-singa mengitari dia, sedangkan yang lainnya tidak.

Maka dia ingat do'anya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, 'Uthaibah berkata, "Celaka aku, singa-singa ini akan memakanku, sungguh mereka akan memakanku karena do'anya Muhammad, padahal dia di Mekkah sedangkan saya di Syām."

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 2 DARI 5)

USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 2 DARI 5)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 24 Rabi’ul Awwal 1439 H / 12 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 09 | Usaha Kaum Musyrikin Quraisy Dalam Menghalangi Dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (Bag. 2 dari 5)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-0902
~~~~~~~~~~~~~~~

*USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 2 DARI 5)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Setelah mereka tidak mau menerima dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka orang-orang Quraisy, mereka melakukan perlawanan untuk menghentikan dakwah Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ada beberapa metode yang mereka lakukan untuk menolak dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Secara umum ada dua metode besar, yaitu metode menyerang secara psikologi/mental dan metode menyerang secara fisik. Dua-duanya mereka lakukan.

⑴ Menyerang secara psikologi (mental).

Misalnya dengan istihzā' (mengejek) Nabi dengan ejekan-ejekan yang tidak benar. 

Istihzā' (ejekan) ini sering dilakukan terhadap nabi-nabi, (diantaranya) kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan kita dapati dalam Al Qurān berbagai macam model ejekan yang mereka berikan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Diantaranya;

√ Seperti mereka berkata:

وَقَالُوا۟ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِى نُزِّلَ عَلَيْهِ ٱلذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌۭ

_Mereka berkata: "Wahai orang yang diturunkan Al Qur'ān kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila."_

(QS Al Hijr: 6)

Mereka tidak hanya mengatakan, "Engkau orang gila," tidak!

Tapi mereka mengatakan, "Sungguh-sungguh, benar-benar engkau orang gila," jadi ada penekanan. Ini perkataan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

√ Di lain hal mereka mengatakan:

وَيَقُولُونَ إِنَّهُۥ لَمَجْنُونٌۭ

_Mereka berkata: "Sungguh dia telah gila."_

(QS Al Qalam: 51)

Kadang mereka langsung mengatakan, "Hai orang gila," kadang mereka mengatakan, "Dia orang gila."

√ Kemudian di antaranya mereka mengatakan: سَـٰحِرٌۭ كَذَّابٌ (penyihir dan pendusta) 

وَعَجِبُوٓا۟ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٌۭ مِّنْهُمْ ۖ وَقَالَ ٱلْكَـٰفِرُونَ هَـٰذَا سَـٰحِرٌۭ كَذَّابٌ

_Orang-orang kāfir mengatakan: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta."_

(QS Shād: 4)

Dan mereka pintar berbicara, mereka mengatakan:

"Muhammad ini penyihir, kamu tahu kerjaan penyihir, penyihir memisahkan suami dan istrinya, itu kerjaan penyihir, memisahkan antara anak dan bapaknya itu kerjaan penyihir."

"Muhammad demikian, gara-gara dakwah dia, suami pisah dari istrinya, benar atau tidak?"

Benar, yang satunya masuk Islām, yang satunya tidak, akhirnya berpisah. 

"Gara-gara dia, bapak dan anak bertengkar."

Benar, karena bapaknya kāfir dan anaknya tidak kāfir sehingga mereka bertengkar karena mereka tidak mau bergabung.

Bagaimana bisa digabungkan antara kesyirikan dengan tauhīd?

Tidak mungkin.

Jadi mereka pintar, mereka mengatakan Muhammad penyihir dan pendusta.

Dia berbicara tentang hari kiamat, tidak ada hari kiamat, apa itu hari kiamat? Mereka mendustakan hari kiamat.

Kata para ulamā karena syahwat mempunyai peran dalam menentukan 'aqidah seseorang.

Orang-orang kāfir, mereka ingin hidup tatkala itu dalam kepuasan, mereka ingin berzinah, mereka ingin minum khamr.

Nabi mengatakan, "Ingat ada hari kiamat," dan  mereka tidak mau ada hari kiamat.

Oleh karenanya orang kalau sudah tenggelam dalam syahwat, bisa berubah 'aqidahnya.

√ Diantaranya mereka mengatakan:

وَقَالَ ٱلظَّـٰلِمُونَ إِن تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًۭا مَّسْحُورًا

_Dan orang-orang zhālim mengatakan, "Sesungguhnya kalian mengikuti seorang yang tersihir."_

(QS Al Furqān: 8)

Perkataan mereka ada kontradiksi, tadinya mereka mengatakan Nabi penyihir, sekarang mereka mengatakan Nabi tersihir.

Luar biasa pembicaraan mereka ini. Mereka sebar luaskan di mana-mana. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dikatakan kāhin (dukun), penyihir, tukang sihir, disihir, orang gila.

Kita tidak pernah dijuluki seperti itu oleh orang-orang. Kalau dikatakan orang gila, mungkin, tapi kalau dikatakan pendusta plus penyihir plus tersihir plus dukun?

Saya belum pernah dengar ada ustadz di Indonesia dituduh sebagai dukun.

Kalau dikatakan dukun, memang dukun. Tapi tidak dengan berdakwah kemudian dia  dikatakan sebagai dukun. Yang ada, dukun mengaku sebagai ustadz, itu ada di indonesia. Tapi kalau ustadz, benar - benar ustadz, kemudian karena orang tidak suka lalu dituduh sebagai dukun, saya belum pernah dengar.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam seluruh gelar yang paling buruk ditempelkan kepada Nabi. Padahal mereka, orang-orang musyrikin, sebelumnya tahu bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah seorang yang amin, dijuluki sebagai orang yang amanah.

Istihzā' adalah perkara yang sangat berat bagi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, lebih berat daripada siksaan badan. Terutama tatkala ejekan ini ditujukan pada orang yang memiliki nasab yang tinggi dan memiliki kedudukan di masyarakat.

Kalau orang rendahan, tidak ada yang kenal, mungkin kata dia, "Hanya diejek saja, tidal dipukul." Karena tidak ada yang kenal dia, tidak ada yang menghormati dia, maka mau diejek silahkan tidak jadi masalah, daripada dipukul.

Nabi tidak demikian, menurut Nabi lebih berat diejek daripada dipukul.

Oleh karenanya (nanti akan kita sebutkan)  bagaimana Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam merasa lebih berat tatkala dia ditolak dakwahnya di Thā'if daripada tatkala beliau terluka waktu perang Uhud.

Dalam hadīts 'Āisyah,  'Āisyah berkata:

يا رسول الله ! هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ 

_"Wahai Rasūlullāh, pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat daripada peristiwa Uhud?"_

⇒ Kita tahu peristiwa perang Uhud adalah peristiwa paling berat bagi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam terluka, wajahnya berlumuran darah ada besi masuk ke dalam pipi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Gigi beliau patah (terluka secara jasad) dan dirawat oleh sebagian shahābat.

Kemudian kesedihan bertambah lagi yaitu tatkala 70 orang shahābatnya meninggal dalam peperangan tersebut.

Kesedihan bertambah lagi ketika pamannya yang sangat dia cintai Hamzah 'Abdul Muthathalib meninggal dalam perang tersebut.

Sehingga 'Āisyah ingin tahu adakah yang lebih berat daripada ini. Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam fisiknya terluka tatkala itu.

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ

_"Sungguh aku sering mengalami peristiwa dari kaummu. Dan peristiwa yang paling berat yang pernah aku alami dalam menghadapi mereka adalah ketika peristiwa Al 'Aqabah, saat aku menawarkan diriku kepada Ibnu 'Abdi Yālīl bin 'Abdu Kulāl agar membantuku namun dia tidak mau memenuhi keinginanku.”_

"Yang lebih berat tatkala saya berdakwah di Thā'if, ketika saya tawarkan Islām kepada Ibnu 'Abdi Yālīl (Pemimpin kota thā'if)."

⇒ Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala datang ke kota Thā'if, beliau mendatangi pembesar-pembesar kota Thā'if.

Ini terjadi setelah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sedih, karena di Mekkah orang tidak menerima dakwah beliau, maka beliau mencoba ke kota yang dekat Mekkah yaitu ke kota Thā'if.

Kemudian beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam mendatangi orang yang paling terpandang disitu yaitu Ibnu 'Abdi Yālīl. Maka kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ

_"Namun dia tidak memenuhi keinginanku (menerima dakwahku)."_

Disebutkan dalam riwayat yang lain mereka mengejek Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Mereka mengatakan, "Apakah tidak ada orang lain yang Allāh utus? Kenapa kamu yang jadi Rasūl?"

Ini ucapan berat, yā akhi..

Ada orang datang sama antum, "Yā akhiy, antum di sini ngapain? Dakwah? Apa tidak ada orang lain kok kamu yang dakwah, kan masih banyak orang lain, kok kamu yang dakwah?"

Ini kan penghinaan tingkat tinggi: "Apa tidak ada orang lain yang jadi rasūl? Kenapa kamu yang menjadi rasūl?"

Ini kan penghinaan, membuat Nabi sedih tatkala itu, sampai-sampai kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ

_"Saya pergi dengan wajah gelisah dan aku tidak menjadi tenang kecuali ketika berada di Qarnu Ats Tsa'aalib (Qarnu Al Manazil).”_

Ada yang mengatakan Qarnu Tsa'ālib ada juga yang mengatakan Qarnul Manazil (miqātnya penduduk Thā'if, orang-orang Najed, penduduk Riyard dan lainnya).

Artinya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berjalan dari Thā'if berkilo-kilo dalam keadaan linglung

Ini peristiwa yang paling sedih, lebih sedih daripada perang uhud (kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam).

Kemudian kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, "Tiba-tiba ada awan datang, kemudian ada malāikat gunung menawarkan untuk menimpakan gunung kepada penduduk kota Thā'if."

Kata  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, "Jangan, semoga Allāh mengeluarkan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allāh, mentauhīdkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

(HR Bukhari nomor 2992, versi Fathul Bari nomor 3231)

Karenanya benarlah perkataan seorang penyair (yang pernah berkata):

وقد يرجى لجرح السيف بـرء, ولا برءٌ لما جرح اللســان

_"Bisa jadi luka yang disebabkan sayatan pedang masih bisa diharapkan kesembuhannya. Tetapi tidak ada kesembuhan bagi luka yang disebabkan oleh lisan."_

Kalau dada (jantung/hati) sudah tergores dengan sayatan lisan seseorang, susah untuk disembuhkan.

جراحات السنان لها التـئـام,  ولا يلتام ما جرح اللســان

_"Sesungguhnya sayatan-sayatan pedang masih bisa kembali lagi disembuhkan, akan tetapi sayatan-sayatan lisan tidak bisa disatukan lagi."_

وجرح السيف تدمله فيبـرى, ويبقى الدهر ما جرح اللسان

_"Sesungguhnya luka yang disebabkan pedang, kalau diobati maka sembuh. Adapun luka karena lisan terus sampai sepanjang tahun."_

Oleh karenanya hati-hati kita harus menjaga lisan. Bukan hanya kita menjaga tangan kita untuk tidak memukul orang lain, tapi juga jaga lisan kita, karena terkadang hinaan kita, ejekan kita, perendahan kita terhadap orang lain lebih menyakitkan dan dia ingat terus, tidak akan dia lupakan.

√ Orang ini pernah menghina saya,
√ Orang ini pernah mengejek saya,
√ Orang ini pernah menjatuhkan saya,
√ Orang ini pernah ghibah saya (dia akan ingat terus).

Dan terkadang penyakit hati atau luka yang disebabkan oleh lisan terhadap hati susah disembuhkan.

Oleh karenanya orang-orang kāfir Quraisy mengetahui hal ini dan mereka berusaha menyakiti hati Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan berbagai tuduhan-tuduhan.

Diantara ejekan yang mereka lakukan (yaitu)  ejekan yang diucapkan oleh Abū Jahal.

Suatu saat dia mendengar tentang ayat-ayat Al Qur'ān yang menyebutkan tentang syajaratun zaqqūm yaitu buah zaqqūm atau pohon zaqqūm, yang buahnya merupakan makanan penghuni neraka jahanam.

Jadi dia (Abū Jahal) mendengar ayat-ayat tersebut saat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam membacanya. 

Maka dia pun mengumpulkan orang-orang Quraisy kemudian dia mengejek ayat ini, dia (Abū Jahal) mengatakan:

يا معشر قريش  هل تَدْرُونَ ما شجرةُ الزَّقُّومِ التي يخوفكم بها محمد؟ قالوا: هي  العَجْوةُ

_"Wahai orang-orang Quraisy, kalian tahu apa itu pohon zaqqūm? Yang Muhammad menakut-nakuti kalian dengan pohon tersebut (katanya ini makanan penghuni neraka jahannam)."_

_Kata orang-orang Quraisy:  "Kami tidak tahu pohon apakah itu."_

_Kata Abū Jahal, "Itu kurma ajwa."_

Kata Abū Jahal, "Demi Allah seandainya saya bisa dapat pohon zaqqūm, saya akan makan sepuas-puasnya."

"Apa Muhammad menakut-nakuti kita dengan pohon zaqqūm? Kalau ada sini, saya makan."

Maka Allāh menurunkan ayat menjelaskan tentang pohon zaqqūm.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

 إِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّومِ * طَعَامُ الْأَثِيمِ *كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ * كَغَلْىِ الْحَمِيمِ

_"Sesungguhnya pohon zaqqūm adalah makanan bagi orang-orang yang berdosa,   sebagaimana minyak yang panas yang mendidih dalam tubuh, sebagaimana mendidihnya air panas."_

(QS Ad Dukhān: 43-46)

Dalam hadīts, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

وَلَوْ أَنَّ قَطْرَةً مِنَ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ فِي الأَرْضِ لأَفْسَدَتْ عَلَى أَهْلِ الدُّنْيَا مَعِيشَتَهُمْ فَكَيْفَ بِمَنْ لَيْسَ لَهُ طَعَامٌ غَيْرُهُ

_"Kalau seandainya ada satu getah dari buah zaqqūm menetes di atas muka bumi ini, maka akan merusak kehidupan seluruh penghuni bumi."_

(HR Ibnu Majah nomor 4316)

Bagaimana kalau tidak ada makanan yang dimakan kecuali buah zaqqūm tersebut?

Yā akhi, seandainya di rumah kita, dengan begitu mewahnya rumah kita ada AC nya, ada perhiasan-perhiasannya, ada makanan yang lezat, ada apa saja di rumah kita. Tahu-tahu ada bangkai tikus, kita cari-cari nggak dapat-dapat di mana bangkai tikus tersebut. Kira-kira makan lezat atau tidak?

Makan akan tidak lezat, terganggu, tidurpun terganggu, mau ketemu istripun terganggu.

Kenapa?

Karena ada bau busuk.

Demikianlah kalau ada setetes dari buah zaqqūm yang menetes di atas muka bumi ini maka akan merusak kehidupan umat manusia.

Bagaimana bila dimakan? Maka dia akan  mendidih di dalam perut.

Selain Abū Lahab, istrinya pun Ummu Jamil ikut mengejek Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Tatkala turun wahyu kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, kemudian beberapa hari tidak turun wahyu, maka diapun (ummu Jamil) mendatangi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dia (ummu Jamil) mengatakan:

"Wahai Muhammad, saya harap syaithānmu sudah meninggalkan engkau, kenapa tidak ada turun wahyu?"

"Saya lihat syaithānmu tidak mendatangi engkau sejak dua hari atau tiga hari, biasanya setiap hari ada wahyu, ini sudah dua hari, tiga hari nggak ada wahyu, syaithānmu pergi ya?"

Yang mengejek perempuan (tantenya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam), istri Abū Lahab pamannya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Keluarga Abū Lahab mengganggu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. İstri, anaknya semua mengganggu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bayangkan! Sampai perempuan ikut-ikutan mengejek.

Yang mengejek Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bukan hanya kaum lelaki, kaum wanitapun ikut mengejek Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, mereka mendatangi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bayangkan, mereka mencari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Mereka tidak hanya mengejek Nabi di dalam rumah mereka tetapi langsung mendatangi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Mereka mengatakan, "Wahai Muhammad, mana syaithānmu?"

Malāikat Jibrīl dibilang syaithān, Maka Allāh turunkan firman-Nya:

وَالضُّحَىٰ* وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ * مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ

_"Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah). Dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu."_

(QS Adh Dhuhā: 1-3)

Maka turunlah ayat surat Adh Dhuhā untuk membantah ummu Jamil.

Dia (ummu Jamil) protes kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, dia mengatakan: Saya mendengar Muhammad mengejek saya dalam ayatnya:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ *

_"Binasalah kedua tangan Abū Lahab dan benar-benar binasa dia!"_

(QS Al Lahab: 1)

وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ

_"Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah)."_

(QS Al Lahab: 4)

Subhānallāh, ummu Jamil jengkel karena dia merasa diejek oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian pula Abū Jahal, Abū Jahal mengatakan, "Wahai Muhammad, kalau agama ini benar dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka turunkanlah hujan batu."

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla  abadikan didalam Al Qur'ān:

وَإِذْ قَالُوا۟ ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَـٰذَا هُوَ ٱلْحَقَّ مِنْ عِندِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةًۭ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍۢ

_Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Yā Allāh, jika betul (Al Qur'ān) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami adzāb yang pedih."_

(QS Al Anfāl: 32)

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

_Dan Allāh sekali-kali tidak akan mengadzāb mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allāh akan mengadzāb mereka, sedang mereka meminta ampun."_

(QS Al Anfāl: 33)

Ini di antara uslub untuk menjatuhkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________

USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 1 DARI 5)

USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLAHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 1 DARI 5)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 23 Rabi’ul Awwal 1439 H / 11 Desember 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 09 | Usaha Kaum Musyrikin Quraisy Dalam Menghalangi Dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (Bag. 1 dari 5)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-0901
~~~~~~~~~~~~~~~

*USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI SHALLALLĀHU 'ALAYHI WA SALLAM (BAGIAN 1 DARI 5)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada pertemuan kemarin, kita telah membahas tentang dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan dakwah sirriyah yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam lakukan selama 3 tahun (ada yang mengatakan 4 tahun).

Kemudian setelah itu, kita jelaskan juga bagaimana Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam berdakwah dengan dakwah jahriyah, dengan beliau naik di atas jabal Shafā kemudian menerangkan dan mengingatkan kepada orang-orang kāfir Quraisy dengan mengatakan:

فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ 

_“Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatkan bagi kalian bahwa di hadapanku  ada adzab yang pedih.”_

(HR Bukhari nomor 4589, versi Fathul Bari nomor 4971)

==> "Sesungguhnya aku ingatkan kalian wahai orang-orang Quraisy, jika kalian tetap berada di atas keyakinan kalian maka akan datang adzāb yang pedih di hadapan kalian."

Maka tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mulai berdakwah dengan terang-terangan, tentunya orang-orang Quraisy melawan dan mulai menolak.

Awalnya ada seperti gerakan di kota Madīnah, mulai ada sebagian orang yang meninggalkan penyembahan terhadap berhala, mulai ada orang yang shalāt.

Orang-orang kāfir Quraisy tidak terlalu terusik tatkala itu, karena sebelumnya memang sudah ada dakwah-dakwah yang semisalnya.

Ada di kota Mekkah orang-orang yang di atas ajaran sisa-sisa ajaran Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām.

Seperti:

√ Umayyah bin Abī Shalt (أمية بن أبي الصلت)
√ Zayd bin 'Amr (زيد بن عمرو)
√ Naufal bin Nufail (نوفل بن نفيل)
√ Waraqah bin Naufal (ورقة بن نوفل)

Mereka adalah orang-orang yang tetap di atas tauhīd.

Orang-orang kāfir Quraisy menyangka bahwasanya dakwah Nabi sebagaimana dakwah orang-orang tersebut yang muncul kemudian hilang, muncul kemudian hilang.

Ternyata tidak, dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam terus menerus mulai berkembang.

Terlebih lagi setelah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berdakwah dengan dakwah terang-terangan.

Kemudian mulai membicarakan tentang sesembahan - sesembahan mereka. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mulai berbicara tentang tauhīd dan melarang mereka untuk melakukan kesyirikan.

Kalau seandainya Nabi bertauhīd sendirian dan tidak mengusik mereka maka tidak menjadi masalah, tetapi tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh mereka untuk meninggalkan kesyirikan dan mengatakan mereka telah bersalah dan mengatakan nenek moyang mereka telah bersalah maka ini mengusik urusan pribadi mereka. Mulailah mereka menolak dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Para ulamā menyebutkan sebab-sebab orang-orang kāfir Quraisy menolak dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Di antaranya mereka menolak dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, karena pertimbangan duniawi.

Kenapa?

⑴ Ka'bah kota Mekkah merupakan pusat peribadatan.

Orang-orang datang semua ke kota Mekkah untuk melakukan kesyirikan. Mereka thawāf dan haji, namun mereka juga berharap terhadap patung-patung yang ada di Mekkah.

Datang berbagai macam kabilah untuk meminta permintaan kepada patung-patung tersebut.

Kita tahu banyak patung (360 patung) di Ka'bah, masing-masing patung mempunyai fungsi sendiri.

Mungkin kalau ingin meminta rizqi minta kepada patung ini, ingin minta jodoh minta kepada patung ini.

Dan ini kalau dihilangkan, bagaimana orang-orang akan datang ke kota Mekkah, jadi ada pertimbangan masalah duniawi.

⑵ Mekkah merupakan pusat perdagangan.

Orang-orang datang ke situ, akhirnya banyak terjadi perdagangan. Kalau seandainya patung-patung dibersihkan sehingga orang-orang menjauh dari kota Mekkah, maka perdagangan di kota Mekkah akan menjadi lambat atau menjadi terhalang.

Ini di antara pertimbangan duniawi.

Namun di antara perkara yang membuat mereka tidak mau meninggalkan ajaran mereka adalah karena taqlīd terhadap nenek moyang mereka.

Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan perkataan orang-orang kāfir Quraisy, mereka berkata:

قَالُوٓا۟ إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٍۢ وَإِنَّا عَلَىٰٓ ءَاثَـٰرِهِم مُّهْتَدُونَ

_Mereka berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami di atas suatu tradisi dan sesungguhnya kami hanya mengikuti tradisi mereka, kami mendapat petunjuk dengan mengikuti tradisi mereka"_

(QS  Az Zukhruf: 22)

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ

_Dan demikianlah, tidaklah Kami mengutus sebelum engkau wahai Muhammad, pada setiap negeri dari rasūl yang memberi peringatan, kecuali orang-orang yang hidup mewah di antara mereka berkata, "Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami berada di atas agama ini dan sesungguhnya kami hanya mengikuti ajaran mereka."_

(QS Az Zukhruf: 23)

Ini adalah perkara yang sangat berat yang menjadikan mereka tidak mau meninggalkan kesyirikan mereka, karena ini sudah ratusan tahun mereka demikian.

Oleh karenanya:

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ * قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَاماً فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ * قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ * أَوْ يَنفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ* قالوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ *

_Ketika Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām berkata kepada kaumnya, "Apa yang kamu sembah?"_

_Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya (kami akan terus i'tikaf di patung-patung ini)."_

_Kemudian nabi Ibrāhīm berkata, "Apakah mereka mendengarmu ketika kamu berdo'a kepadanya?" "Ataukah patung-patung tersebut memberi manfaat kepada kalian atau memberi kemudharatan kepada kalian?"_

_Kata mereka: "Demikianlah kami mendapati nenek moyang kami demikian cara ibadahnya."_

(QS Asy Syu'arā': 70-74)

Antum bayangkan orang-orang kāfir Quraisy ratusan tahun di atas kesyirikan, dari sejak pemerintahan banī Khuzā'ah. Kerusakan telah dilakukan oleh 'Amr bin Khuza'i (yang pertama kali melakukan kesyirikan ke Jazirah Arab), terus berlanjut ratusan tahun sampai di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

⇒ Tradisi nenek moyang yang sulit untuk mereka tinggalkan.

Oleh karenanya Abū Thālib paman nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, yang selama ini selalu membela dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, meninggal dunia dalam kesyirikan.

√ Apa yang membuat dia tidak mau bertauhīd? 
√ Apa yang membuat dia tidak mau masuk Islām?
√ Kenapa dia tetap berada di atas kesyirikan?

Tatkala itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mendatangi Abū Thālib dalam keadaan sakaratul maut (akan meninggal dunia), maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ

_"(Wahai pamanku) ucapkanlah 'Lā ilāha illallāh,  suatu kalimat yang aku akan bela engkau di hadapan Allāh."_

(HR Bukhari nomor 6187, versi Fathul Bari nomor 6681)

Abū Jahal ketika iti mengucapkan satu kalimat saja, cukup untuk membuat Abū Thālib bungkam.

Kata Abū Jahal, "Wahai Abū Thālib , apakah kau benci dengan agama bapakmu?" Abū Jahal mengingatkan kepada tradisi.

Abū Thālib tidak berani bertauhīd, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ulangi lagi, "Wahai pamanku, ucapkanlah 'Lā ilāha illallāh satu kalimat yang aku akan bela engkau di hadapan Allāh."

Abū Jahal tinggal mengatakan, "Apakah kau benci dengan agama nenek moyangmu?"

Abū Jahal tidak banyak bicara, dia hanya mengatakan, "Apakah engkau benci dengan agama nenek moyangmu ?"

Akhirnya Abū Thālib meninggal dunia dalam keadaan tidak mau mengucapkan kalimat, “Lā ilāha illallāh.”

⇒ Ini menunjukkan masalah tradisi. 

Sebagaimana penjelasan Ibnul Qayyim rahimahullāh, beliau mengatakan:

"Tradisi merupakan penghalang besar orang untuk kembali kepada kebenaran."

Hal ini berkaitan dengan tauhīd dan juga masalah yang lain.

Kita dapati di tanah air kita banyak tradisi yang berkaitan dengan (misalnya) acara walimah yang melanggar aturan-aturan Islām, cara menikah melanggar aturan-aturan Islām. Tetapi masyarakat tidak mau meninggalkan karena tradisi nenek moyang kita, susah untuk meninggalkan, "Masa kita menyelisihi masyarakat ?"

Oleh karenanya Abū Lahab tatkala menyerang dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dia mengatakan, "Tinggalkan hādzā shābi."

Di antara julukan yang diberikan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah shābi'.

Shābi' artinya adalah orang yang meninggalkan tradisi nenek moyang.

Abū Lahab, agar orang-orang menjauhi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka dia  ingatkan, "Ini Muhammad meninggalkan tradisi nenek moyang kita ratusan tahun," maka digelari dengan shābi'.

Dia tidak menuduh dengan mengatakan Nabi orang gila atau majnun, tidak!

Abū Lahab cukup mengatakan, "hādzā shābi,"  (dia adalah orang yang meninggalkan tradisi nenek moyang).

Oleh karenanya, saya katakan di antara penghalang yang membuat orang enggan untuk kembali kepada kebenaran adalah tradisi. Sudah bertahun-tahun (puluhan tahun) dia berada di atas tradisi tersebut sehingga untuk melepaskannya susah.

Karenanya orang-orang musyrikin Arab, mereka tidak mau meninggalkan tradisi ini.

Mereka mengatakan:

إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ

_“Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami di atas suatu tradisi dan sesungguhnya kami hanya mengikuti tradisi mereka, kami mendapat petunjuk dengan mengikuti tradisi mereka."_

(QS  Az Zukhruf: 22)

Apa masalahnya?

"Nenek moyang kami dulu bahagia, sekarang kita mau bahagia juga masalahnya, kenapa kau rubah-rubah juga cara beribadah kami."

"Kita dahulu hidup aman-aman saja, kenapa kau bikin kerusakan?"

Demikianlah kata Imām Ibnul Qayyim rahimahullāh, bahwa antara penghalang yang paling besar yang menghalangi orang kembali kepada kebenaran adalah tradisi.

Kemudian, para ulamā juga menyebutkan di antara sebab kenapa orang-orang kāfir Quraisy sebagian mereka tidak mau berimān kepada Nabi, yaitu karena ta'ashub (fanatik) suku/kabilah, ta'ashub qabali.

Antum tahu musuh Nabi yang paling besar di kota Mekkah, siapa?

Musuh Nabi di kota Mekkah adalah Abū Jahal, yang digelari dengan "Fir'aun hādzihil ummāh" (Fir'aun ummat ini).

⇒ Abū Jahal namanya 'Amr bin Hisyām bin Al Mughīrah Al Makhzūmī Al Kināni.

Abū Jahal dari banī Makhzūm, dari Kinānah, Quraisy juga. Dan dia yang paling gencar melawan dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bapaknya Hisyām, namanya 'Amr bin Hisyām, adalah pemimpin kabilah banī Makhzūm.

Dan banī Makhzūm ini adalah kabilah musuhnya banu Abdul Manāf (sukunya nabi). Sama-sama Quraisy namun bersaing.

Oleh karenanya tatkala banī Abdul Manāf (Banī Hāsyim) berbuat kebaikan, memberi makan kepada jama'ah haji, mereka juga menyaingi. Tatkala mereka melakukan kebaikan, mereka juga menyaingi.

Abū Jahal namanya 'Amr bin Hisyām.  Laqabnya adalah Abul Hakam (seorang yang bijak), tetapi diganti menjadi Abū Jahal (bapak kebodohan).

Ada yang mengatakan yang menggelari dia adalah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, tapi tidak ada hadīts yang shahīh. Ada yang mengatakan bahwa yang menggelari dia adalah Al Walīd bin Al Mughīrah, Wallāhu a'lam bishawāb.

Yang jelas dia dikenal dalam buku-buku tarikh, dalam hadīts-hadīts dikatakan dengan Abū Jahal (bapak kebodohan).

Disebutkan oleh sebagian ahli sejarah atau sebagian ulamā dalam buku sirah mereka, mereka menyebutkan, kenapa Abū Jahal tidak mau berimān kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Dia (Abū Jahal) mengatakan:

√ Kita banī Makhzūm, kalau banu Abdul Manāf memberikan makan kita memberi makan.

√ Apabila mereka (banu Abdul Manāf) melakukan kebaikan kita harus menyaingi.

√ Mereka memiliki kedudukan yang tinggi, kita juga memiliki kedudukan yang tinggi, setiap mereka (banu Abdul Manāf) melakukan sesuatu kita bisa menyaingi.

Lantas sekarang muncul dari banī Abdi Manāf seorang yang mengaku sebagai Nabi, bagaimana kita mengaku sebagai Nabi ?

Untuk poin ini kita tidak bisa menyaingi, sehingga dia mengatakan, "Ya, sudah saya tidak akan berimān selama-selamanya," kata Abū Jahal.

Jadi ada faktor fanatik kabilah (kesukuan) dan ini bahaya.

Oleh karenanya kita dapati bagaimana kaum muslimin hancur gara-gara fanatik suku, bagaimana Perancis masuk ke Aljazair kemudian menimbulkan fanatik golongan sehingga timbul Arab dibedakan dengan Barbar.

Sehingga fanatik akhirnya bermusuhan. Yang satu fanatik Arab, satu fanatik Barbar, akhirnya bermusuhan di antara mereka.

Ini di antara sebab-sebab yang menjadikan orang-orang Quraisy tidak mau berimān kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
____________________