Laman

Tampilkan postingan dengan label Kitabul Jami'. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kitabul Jami'. Tampilkan semua postingan

KEUTAMAAN BERTAUBAT KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 08 Jumadal Ūlā 1437 H / 17 Februari 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Zuhud Dan Wara'
🔊 Hadits 10 | Keutamaan Bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla
⬇ Download audio: https://goo.gl/Ebd9D2
~~~~~~~~~~~~~~~~~

KEUTAMAAN BERTAUBAT KEPADA ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله 

Kita masih dalam Bab Zuhud wal Wara' dan kita masuk pada hadits yang ke-10 tentang "Keutamaan Bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla".

وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ." أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ، وَابْنُ مَاجَهْ، وَسَنَدُهُ قَوِّيٌ. 

Dari Anas radhiallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

'Seluruh anak Adam senantiasa berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla'."
(HR At Tirmidzi dan Ibnu Majah dan sanad qawiy)

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, 

Hadits ini menjelaskan bahwasanya diantara sifat yang senantiasa menempel pada anak Adam (manusia) adalah bersalah.

Oleh karenanya, Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menggunakan sighah mubālaghah خَطَّاءٌ (senantiasa bersalah). 

Dan Allāh telah menyebutkan dalam Hadits Qudsi: 

يا عبادي ! إنكم تخطئون بالليل والنهار، وأنا أغفر الذنوب جميعاً فاستغفروني أغفر لكم 

"Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat salah di siang hari dan di malam hari."
(HR Muslim no.2577, dari shahābat Abū Dzar radhiyallāhu Ta'āla 'anhu) 

Bagaimanapun dia berusaha untuk berbuat lurus, dia pasti pernah tersesat, terjerumus dalam kesalahan. 

Oleh karenanya Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: 

اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا

"Istiqamahlah kalian, namun kalian tidak akan mampu."
(HR Ibnu Mājah)

Seseorang senantiasa berusaha beristiqamah dan berusaha untuk tidak salah, (akan tetapi) meskipun berusaha semaksimal mungkin, pasti suatu saat dia pernah terjerumus dalam kesalahan, karena itu sifat manusia. 

Selama dia adalah anak Adam dia pasti melakukan kesalahan karena sifat ini memang "jibilli".

Kata sebagian ulama, "jibilli" yaitu sifat yang sudah terpasangkan dalam penciptaannya. 

Allāh menciptakan anak Adam dengan sifat memiliki potensial untuk bersalah. 

Kenapa? 
Karena ada ibadah yang Allāh sukai dari anak Adam yaitu bertaubat kepada Allāh. 

Allāh mengatakan: 

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ 

"Allāh mencintai orang-orang yang bertaubat."
(QS Al Baqarah: 222)

Allāh tidak menyukai kesalahan, tetapi kesalahan itu di buat oleh Allāh sebagai sifat yang menempel pada manusia karena ada tujuan (yang) lebih utama yaitu agar dia bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Yang menjadi masalah (adalah) kalau dia bersalah dan tidak bertaubat, ini masalah besar.

Tapi kalau dia bersalah kemudian bertaubat, taubat ini dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Oleh karenanya, dalam hadits ini Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: 

"Seluruh anak Adam bersalah dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Dalam hadits, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: 

لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ 

"Kalau kalian tidak berdosa maka Allāh akan membuat kalian pergi (hilang, binasa), Allāh akan mendatangkan manusia yang lain yang mereka berdosa kemudian mereka bertaubat (beristighfar) kepada Allāh, maka Allāh pun mengampuni mereka."
(HR Muslim, dari shahābat Abu Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu)

Karenanya, ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Taubat adalah kewajiban bagi setiap mukmin dan Allāh mengatakan: 

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا المُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Bertaubatlah kalian seluruhnya, wahai orang-orang yang beriman, semoga kalian beruntung."
(QS An Nūr: 31)

Wajib bagi siapa saja, jangankan terhadap orang awam, ustadz juga wajib bertaubat, ulama juga wajib bertaubat. 

Bertaubat, karena kita tidak terluput dari dosa. 

Dan masing-masing mempunyai dosa sendiri-sendiri (sehingga) setiap orang harus bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam saja sering bertaubat.
Beliau beristighfar sekali duduk/majlis saja bisa sampai seratus kali. 

Oleh karenanya, seseorang (hendaknya) senantiasa bertaubat kepada Allāh karena dia tidak tahu kapan akan nyawanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jangan sampai dia diambil nyawanya oleh Allāh sementara dia belum bertaubat. 

Kalau sudah bertaubat kepada Allāh (maka) selesai urusan. 

التائب من الذنب كمن لا ذنب له

"Seorang yang telah bertaubat akan seperti orang yang tidak berdosa." 

Oleh karenanya, perbanyaklah beristighfar. 

Dalam hadits disebutkan: 

طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِه ِاسْتِغْفَاراً كَثِيراً

"Sungguh beruntung orang yang mendapati dalam catatan amalnya istighfar yang banyak."
(HR Al Baihaqi, Imām Ahmad dalam Az Zuhd dan dishahihkan Syaikh Al Albāni. Lihat Shahīh Al Jāmi’ hadits no. 3930)

Karena dia banyak beristighfar maka dosa-dosanya diampuni. 

Dia terjerumus dalam dosa (lalu) beristighfar, (kemudian) terjerumus dalam dosa lagi (dan) bertaubat lagi, sampai akhirnya Allāh mencabut nyawanya dalam kondisi dia telah bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla senantiasa mengilhamkan kepada kita untuk senantiasa membasahi lisan kita (untuk) beristighfar kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Semoga Allāh mengampuni dosa-dosa kita. 

وبالله التوفيق
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________ 
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam 
| Bank Mandiri Syariah 
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507 
| A.N : YPWA Bimbingan Islam 
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website:  
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page:  
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel: 
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel: 
http://BimbinganIslam.tv

LARANGAN BERLEBIHAN KETIKA MAKAN

LARANGAN BERLEBIHAN KETIKA MAKAN


🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 06 Jumadal Ūlā 1437 H / 15 Februari 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Zuhud Dan Wara'
🔊 Hadits 09 | Larangan Berlebihan Ketika Makan
⬇ Download audio: https://goo.gl/yLkQbx
~~~~~~~~~

وَعَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "مَا مَلأَ ابْنُ آدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِ." أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ.

Dari Al Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallāhu 'anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

“Tidaklah anak cucu Adam memenuhi suatu tempat yang lebih buruk daripada perutnya.” 

(HR at Tirmidzi dan ia menghasankannya)
➖➖➖➖➖➖➖

LARANGAN BERLEBIHAN KETIKA MAKAN


بِسْـــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــــــــم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله 

Kita masuk pada hadits yang ke-9 dalam Bab Zuhud wal Wara'.

Dari shahābat Al Miqdam bin Ma'dikarib radhiyallahu 'anhu beliau berkata: 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ 

"Tidaklah anak Adam memenuhi suatu tempat yang lebih buruk daripada perutnya."
(HR Tirmidzi dan dihasankan oleh Al Imām At Tirmidzi)

Hadits ini diikhtilafkan oleh para ulama akan keshahihannya; 

• Sebagian ulama memandang bahwasannya haditsnya terputus dan tidak shahih. 
• Sebagian ulama menghasankan hadits ini.

Adapun maksud dari hadits ini, yaitu bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan, 

◆ Seorang Muslim hendaknya tidak makan dengan sekenyang-kenyangnya (sepenuh-penuhnya) tetapi hendaknya dia makan sesuai dengan kebutuhannya. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ 

"Makanlah dan minumlah, namun jangan berlebih-lebihan." 
(QS Al A'rāf: 31)

Seseorang tidak dianjurkan untuk makan sampai sekenyang-kenyangnya tapi secukupnya. 

Oleh karenanya, jika seseorang makan sampai perutnya terlalu kenyang, akhirnya: 

✓Menimbulkan rasa malas dalam bergerak. 
✓Bawaannya ingin tidur terus dan tidak ingin beraktifitas. 
✓Sehingga akhirnya otaknya pun buntu (tidak produktif). 

Dan ini tidak diinginkan dalam Islam. 

Islam menginginkan seorang hamba beraktifitas dan produktif, baik dalam masalah dunia maupun dalam masalah ibadah. 

Adaupun kalau sesekali kenyang tidak jadi masalah, sebagaimana dalam hadits disebutkan: 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah menyuruh Abū Hurairah radhiyallahu ta'ala 'anhu untuk minum susu kemudian Abū Hurairah minum lagi, disuruh terus minum lagi sampai akhirnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

"Minumlah, wahai Abū Hurairah."

Abū Hurairah berkata: 

والذي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ ، مَا أَجِدُ لَهُ مَسْلَكًا

"Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak mendapati jalur lagi dalam perutku."
(HR Al Bukhāri no. 5971)

⇒ Artinya perut Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu sudah benar-benar full. 

Para ulama berdalil dengannya bahwasannya sesekali seseorang (boleh) kenyang. 

⇒ Kalau mungkin kebetulan ada makanan yang enak atau diundang oleh seorang yang ingin dia hormati, maka dia makan dengan kenyang, tidak jadi masalah. 

Tetapi yang menjadi masalah adalah kalau terus-terusan (setiap kali) makan selalu kekenyangan, kalau kenyang saja tidak menjadi masalah. 

⇒ Selalu kekenyangan, maka ini tidak benar dan akhirnya menimbulkan: 

✓Kemalasan dalam beribadah
✓Syahwat
✓Dan banyak hal-hal yang disebutkan oleh para ulama. 

Ingat firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla, "Makan dan minumlah, namun jangan berlebih-lebihan."

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, 

Kita di zaman sekarang ini diberikan kenikmatan yang luar biasa; kemudahan makanan dengan berbagai jenisnya.

Silahkan seseorang menikmati kenikmatan tersebut, hukum asalnya boleh. 

Namun yang dilarang adalah berlebih-lebihan; dari sisi tidak boleh kekenyangan dan dari sisi terlalu sibuk mencari makanan yang istilahnya adalah Wisata Kuliner.

Sesekali saja tidak apa-apa, tetapi (jangan) sampai dijadikan suatu perkara yang terus-terusan (yang) setiap makan harus di restoran sana, harus di restoran sini, sehingga: 

✓Waktu habis untuk mencari restoran-restoran tersebut. 
✓Uang habis karena harus membeli makanan-makanan yang mewah dan mahal. 

Saya katakan hukum asalnya boleh memakan makanan yang lezat, sesekali kenyang tidak jadi masalah. 

Yang dilarang oleh syariat adalah berlebih-lebihan; terus-terusan kekenyangan, terus-terusan wisata kuliner. 

Ini yang disebut dengan berlebih-lebihan (sedangkan) agama Islam menginginkan suatu yang pertengahan.

خَيْرُ الْأُمُوْرِ أَوْسَطُهَا 

"Dan sebaik-baik urusan adalah yang tengah."

(Hadits mauquf) 

والله أعلم بالصواب
__________________________ 
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam 
| Bank Mandiri Syariah 
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507 
| A.N : YPWA Bimbingan Islam 
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website:  
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page:  
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel: 
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel: 
http://BimbinganIslam.tv

Meninggalkan Hal-hal yang bukan urusanya

Meninggalkan Hal-hal yang bukan urusanya

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 24 Rabi'ul Awwal 1437 H / 04 Januari 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Zuhud Dan Wara'
🔊 Hadits 08 | Meninggalkan Hal-Hal Yang Bukan Urusannya
⬇ Download audio: https://goo.gl/pXFxYY
~~~~~~~~~

MENINGGALKAN HAL-HAL YANG BUKAN URUSANNYA

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Kita masuk pada hadits yang ke-8.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ، تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ." رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ، وَقَالَ: حَسَنٌ.

Dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Diantara keelokan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang bukan urusannya."

(HR Tirmidzi, ia berkata: "Hadits yang hasan.")

Hadits ini adalah hadits yang sangat agung, yang mengajarkan adab yang sangat tinggi, karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam membuka hadits ini dengan berkata, "Diantara keelokan Islam seseorang."

Jadi kita bisa mengukur keelokan Islam seseorang yaitu dengan melihat bagaimana kegiatan dia.

Kalau kegiatan yang dia lakukan (baik perkataan maupun perbuatannya) berkaitan dengan urusan yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat, maka ini adalah orang yang Islamnya indah.

Tapi ada orang yang kesibukannya pada perkara-perkara yang tidak bermanfaat dan yang bukan urusannya, seperti:

• Nimbrung dengan urusan orang lain,
• Komentar dengan perkara-perkara yang bukan bidangnya,
• Ikut ingin tahu urusan-urusan orang lain,
• Menghabiskan waktu pada yang tidak bermanfaat,

Maka (ini) Islamnya tidak indah.

⇒ Dan yang dimaksud dengan "urusan" disini adalah urusan yang bermanfaat yang ditentukan oleh syari'at.

Bukan sibuk dengan "urusan" yang dia kehendaki (menurut pikiran dia), karena setiap orang mempunyai urusan, tapi banyak dari urusan-urusan tersebut yang tidak bermanfaat.

Seseorang hendaknya berusaha menyibukkan dirinya dengan perkara yang bermanfaat bagi dirinya di dunia maupun di akhirat.

Jadi, maksud dari hadits adalah supaya kita sibuk dengan urusan kita sendiri, namun dengan syarat urusan yang bermanfaat menurut syari'at.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Kita sekarang hidup di zaman (terutama di zaman media sosial saat ini) yang terdapat banyak sekali perkara yang tidak bermanfaat yang membuat kita tersibukkan.

Seseorang memiliki banyak teman di Facebook dan banyak grup di WhatsApp sehingga banyak berita yang masuk yang sebenarnya tidak perlu buat dia, terkadang memang perlu namun bukan primer.

Karena setiap orang yang mempunyai Facebook kebanyakan mempunyai hobi untuk nge-share, baik masalah kesehatan, keluarga, makanan, berita artis, macam-macam di share.

Akhirnya, masuk juga dalam "HP" kita dan kitapun ikut membaca.

Oleh karenanya, di zaman seperti ini, dengan kita memperbanyak teman akan memperbanyak berita yang masuk kepada kita, sehingga (akibatnya) memenuhi "hard disk" yang ada di kepala kita.

Karena sudah penuh maka untuk memasukkan Al Qurān sudah tidak ada tempatnya dan untuk memasukkan hadits juga kurang tempatnya.

Akhirnya banyak kesibukan kita habiskan dengan perkara-perkara yang tidak bermanfaat.

Maka jadilah Islam kita bukan Islam yang indah.

Belum lagi, tatkala kita melihat berita-berita tersebut kita juga hobi untuk komentar; komentar ini, komentar anu, komentar-komentar....

Sudah beritanya tidak bermanfaat, kita komentarin lagi, sehingga tidak bermanfaat plus tidak bermanfaat.

Bagaimana mau dikatakan Islam kita Islam yang indah?

Oleh karenanya, seseorang di zaman seperti ini hendaknya sibuk dan buatlah kegiatan yang bermanfaat, agar dia tidak terkena dengan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat.

Karena, kata para ulama dalam suatu perkataan yang indah:

مَنِ اشْتَغَلَ بِمَا لا يَعْنِيهِ فَاتَهُ مَا يَعْنِيهِ

"Barangsiapa yang sibuk dengan perkara yang tidak bermanfaat bagi dia maka banyak perkara yang bermanfaat yang luput dari dia."

Yang seharusnya dia punya waktu untuk:

• Menghafal Al Qurān
• Belajar hadits
• Berbakti sama orang tua
• Telepon orang tua
• Memberi waktu untuk anak-anaknya
• Membahagiakan istri dan anaknya

Namun, gara-gara banyak teman, banyak berita yang masuk, banyak komentar, akhirnya waktu menjadi terbuang sia-sia.

Seorang Muslim harus sibuk dengan perkara yang bermanfaat, baik baginya dan keluarganya, di dunia maupun di akhirat.

Bayangkan, seseorang mempunyai Whatsapp sampai 50 grup, misalnya.

Alhamdulillāh kalau ternyata grupnya grup BiAS atau grup yang lain yang bermanfaat.

Tetapi kalau grup ini, grup anu, grup itu dan membuka Whatsapp ada gambar orang tertawa, tulisan kabur, ada gambar ini, gambar anu, ada grup macam-macam, yang terkadang tidak bermanfaat.

Kalau punya grup hendaknya grup tertentu yang bermanfaat, misalnya grup untuk silaturrahmi, grup kakak adik, grup kerabat, tidak jadi masalah.

Silaturrahmi lewat Whatsapp, alhamdulillāh.

Grup pengajian, tidak jadi masalah.

Kalau mempunyai teman di Facebook sampai 5.000 teman, buat apa teman banyak-banyak?

Kalau untuk dakwah, alhamdulillāh. Tapi kalau tidak untuk dakwah, akhirnya banyak berita yang masuk.

Bukan mendakwahi mereka malah kita yang didakwahi oleh mereka, karena masing-masing teman tersebut men-share macam-macam dan kita ikut baca.

Oleh karenanya para ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Diantara bentuk zuhud dan wara' yaitu kita menyibukkan diri kita dengan perkara yang bermanfaat, sedangkan yang tidak bermanfaat kita tinggalkan.

Dan jangan sibuk dengan urusan orang lain, sibuk urusi diri Anda sendiri !

Anda tidak masuk dalam urusan orang lain kecuali kalau ingin memberi manfaat kepadanya atau ingin menolongnya, itu baru bagus !

Tapi kalau hanya masuk dalam urusan orang lain, ingin tahu, ingin ikut nimbrung, tanpa ada sumbangsih yang bisa kita berikan, maka tidak perlu.

Demikian.

والله أعلم بالصواب
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website: 
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page: 
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel:
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel:
http://BimbinganIslam.tv

Sebab Untuk Meraih Kecintaan Allah Kepada Seorang Hamba

Sebab Untuk Meraih Kecintaan Allah Kepada Seorang Hamba

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 18 Rabi'ul Awwal 1437 H / 30 Desember 2015 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Zuhud Dan Wara'
🔊 Hadits 07 | Sebab Untuk Meraih Kecintaan Allāh Kepada Seorang Hamba
⬇ Download audio: https://goo.gl/eChGWh
~~~~~~~~~

عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِيْ وَقَّاصٍ رضي الله عنه قاَلَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: "إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الخَفِيَّ." أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallāhu 'anhu ia berkata:

Aku pernah mendengar Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allāh mencintai seorang hamba yang bertaqwa, yang merasa cukup, dan yang rajin beribadah secara diam-diam.”

(HR Muslim)
➖➖➖➖➖➖➖

SEBAB UNTUK MERAIH KECINTAAN ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Kita masih dalam Kitābul Jāmi' dalam Bab Zuhud wal Wara', kita masuk pada hadits ke-7 tentang "Sebab untuk Meraih Kecintaan Allāh Kepada Seorang Hamba".

Dari Sa'ad bin Abi Waqqāsh radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata:

Aku mendengar Rasūlullāh shallallāhu 'ālaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ

"Sesungguhnya Allāh mencintai seorang hamba yang bertaqwa, yang kaya dan yang tersembunyi (tidak dilihat oleh banyak orang)."

(HR Al Imām Muslim)

APA MAKSUD HADITS INI?

Hadits ini menjelaskan tentang sifat Allāh, yaitu "mencintai", dimana Allāh mencintai seorang hamba; Allāh dicintai dan Allāh mencintai.

Dan seorang hamba hendaknya berusaha untuk dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim rahimahullāhu Ta'āla:

◆ ليس الشأن أن تُحب ولكن الشأن أن تُحَب

◆ Perkaranya bukan bagaimana engkau mengaku mencintai Allāh, tetapi apakah kau dicintai Allāh.

[Kitab Rawdhatul Muhibbīn Wa Nuzhatul Musytaqīn: 266]

Ini yang paling penting.

Oleh karenanya, seorang hamba hendaknya berusaha melakukan hal-hal yang bisa membuat dia bisa meraih kecintaan Allāh kepada dirinya.

Diantara hal-hal yang bisa mendatangkan kecintaan Allāh kepada seorang hamba, (maka) Rasulullāh shallallāhu 'ālaihi wasallam menyebutkan 3 perkara, yaitu:

⑴ AT TAQIY (SEORANG HAMBA YANG BERTAQWA)

Taqwa artinya:

✓Menjalankan perintah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

✓Dan menjauhkan diri sejauh mungkin dari hal-hal yang dilarang oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑵ AL GHANIY (SEORANG YANG KAYA)

⇒ Maksudnya adalah jiwanya yang kaya, qona'ah dengan apa yang Allāh berikan kepadanya.

Dan Wallāhu A'lam bishshawāb, alasan hadits ini dibawakan dalam bab Zuhud wal Wara' adalah karena masalah ini, yaitu Al Ghaniy.

⇒ Yaitu seorang yang zuhud:

✓Dia tidak butuh dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.

✓Dia tidak mengkaitkan hatinya dengan harta orang lain.

✓Dia ingin cukup dengan apa yang Allāh berikan kepadanya.

Yang dalam hadits, Rasūlullāh shallallāhu 'ālaihi wasallam berkata:

"Barangsiapa yang berusaha untuk mencukupkan diri, maka Allāh akan mencukupkan dirinya (Allāh akan berikan kecukupan kepada dia)."

⑶ AL KHAFIY

⇒ Datang dalam 2 riwayat; dalam huruf kha (خ) dan dalam huruf ha (ح)

● HURUF KHA (خ)

Jika dengan huruf kha (خ) yaitu al khafiy (الخفي) artinya "samar" ( tersembunyi).

⇒ Maksudnya, orang ini berusaha menjauhkan dirinya dari pandangan manusia, dia tidak ingin riya' dan sum'ah.

Dia sibuk dalam perkara-perkara yang bermanfaat bagi dirinya; bermanfaat bagi dunianya maupun bagi akhiratnya.

Para ulama menyebutkan bahwa ini adalah dalil tentang keutamaan untuk mengasingkan diri, terutama di zaman-zaman fitnah.

Seseorang hendaknya jangan sibuk dengan fitnah, tetapi sibuk dengan yang bermanfaat, sibuk dengan ibadah.

Dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'ālaihi wasallam mengatakan:

العِبادَةُ في الهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ 

"Bahwasanya ibadah dalam masa-masa fitnah pahalanya seperti berhijrah kepadaku."

(HR Muslim no. 2948)

Kenapa?

Karena kalau sudah timbul fitnah, maka banyak orang yang sibuk ingin mengetahui fitnah tersebut, kemudian ingin berkomentar dalam fitnah dan ikut nimbrung.

Tidak kita pungkiri bahwa sekarang adalah zaman fitnah.

Oleh karenanya hendaknya kita sibukkan diri kita dengan hal yang bermanfaat, misalnya:

✓ Ikut pengajian.

✓ Mendengarkan ceramah BiAS (Bimbingan Islam).

✓ Atau apa saja yang bermanfaat bagi dunia maupun akhirat kita.

Dan ini adalah dalil bahwasanya seorang hendaknya menjauhkan dirinya dari hal-hal yang bisa membuat riya' dan sum'ah, dan tidak ingin populer/tersohor.

Namun para ulama menyebutkan:

◆ Jika seseorang tidak ingin populer/tersohor dan tidak melakukan sebab-sebab yang membuat dirinya populer (sengaja untuk mempopulerkan diri), namun qaddarullāh dia terpopulerkan/dikenal oleh orang, asalkan yang penting dia ikhlash maka ini tidak memberi kemudharatan kepada dia.

Bahkan disebutkan dalam hadits bahwasanya "Kalau ada orang memuji orang lain" maka kata Rasulullāh shallallāhu 'ālaihi wasallam:

"Itu adalah kabar gembira yang disegerakan dari Allāh kepada dia."

⇒ Dengan syarat, dia tidak ingin pujian manusia, tapi karena  Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Karena ada orang yang seperti itu;

• Orang ingin populer dan Allāh jadikan dia populer.

• Orang ingin populer tetapi tidak populer.

• Orang tidak ingin populer namun Allāh jadikan dia populer.

Kita mohon kepada Allāh agar menganugerahkan kepada kita keikhlashan.

● HURUF HA (ح)

Jika dengan huruf ha (ح) yaitu Al Hafiy (الحفي), disebutkan oleh para ulama maknanya adalah "orang yang sibuk dengan keluarganya" (muhtafiy bi ahlihi).

⇒ Dia urus anak-anaknya, istrinya, tidak sibuk dengan urusan orang lain.

Orang seperti ini dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena mengurus keluarga adalah perkara yang penting; keluarga itu adalah pahala yang primer.

Diantara kesalahan sebagian orang (yaitu) menjadikan keluarganya bukan primer tapi sekunder, ini salah.

Dia menjadikan pekerjaannya dan hubungannya dengan teman-temannya sebagai yang primer, sementara keluarganya terbengkalai, ini keliru.

Oleh karenanya, banyak orang yang berhasil di luar rumah namun dikeluarganya tidak berhasil, ini tidak dicintai Allāh.

✓Yang Allāh cintai adalah seseorang yang sibuk mengurus keluarganya, anak-anaknya dan istrinya.

Inilah makna dari hadits ini.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita termasuk orang seperti ini dan bisa meraih kecintaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website: 
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page: 
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel:
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel:
http://BimbinganIslam.tv

PERINTAH ZUHUD TERHADAP DUNIA (BAGIAN 3)

PERINTAH ZUHUD TERHADAP DUNIA (BAGIAN 3)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 16 Rabi'ul Awwal 1437 H / 28 Desember 2015 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Zuhud Dan Wara'
🔊 Hadits 06 | Perintah Zuhud Terhadap Dunia (Bag. 3)
⬇ Download audio: https://goo.gl/hB5TMA
~~~~~~~~~

PERINTAH ZUHUD TERHADAP DUNIA (BAGIAN 3)

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Kita masih pada penjelasan hadits yang ke-6 bagian 3, yaitu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Hendaknya engkau zuhud terhadap apa yang dimiliki oleh manusia (tidak berharap dari mereka) maka niscaya mereka akan mencintaimu."

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Terlalu banyak hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang memerintahkan kita untuk ISTI'FAF (tidak berharap pada orang lain) dan ISTIGHNA (tidak butuh kepada orang lain).

Dalam hadits, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengajarkan do'a:

اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

"Ya Allāh, cukupkanlah aku dengan perkara -perkara yang halal sehingga aku tidak butuh dengan perkara yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu, ya Allāh, sehingga aku tidak butuh kepada orang lain."

(HR Turmudzi; dinilai sahih oleh Al Albāniy)

Pada asalnya, seorang berusaha untuk mengerjakan kegiatannya sendiri dan mencukupkan dirinya sendiri (tidak butuh kepada orang lain).

Karena seseorang yang membutuhkan (minta bantuan) kepada orang lain maka dia akan rendah di hadapan orang tersebut.

Berbeda dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, semakin seorang butuh kepada Allāh, maka Allāh semakin meninggikan derajatnya, sebagaimana telah disampaikan hal ini.

Allāh berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُإِلَى اللَّهِ ۖ 

"Wahai manusia, sesungguhnya kalian butuh kepada Allāh."

(QS Fāthir: 15)

Seorang semakin mewujudkan al iftiqār (perasaan butuh kepada Allāh) maka dia semakin dekat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, karena Allāh suka kalau orang minta (berdo'a) kepada-Nya.

Berbeda dengan Banu Ādam (anak Ādam/manusia), jika ada yang minta kepadanya maka dia akan marah dan benci.

Ada perkataan indah dari Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah yang disampaikan dalam kitabnya Majmu' Fatāwa:

◆ احتج إلى من شئت تكن أسيره، واستغنِ عمن شئت تكن نظيره

◆ Butuhlah engkau kepada siapa yang engkau kehendaki niscaya engkau akan menjadi tawanannya, dan cukupkanlah engkau untuk tidak butuh kepada siapapun yang engkau kehendaki maka engkau akan menjadi seimbang/sama dengan dia.

Meskipun ada orang miskin bergaul dengan orang kaya, karena orang miskin ini tidak butuh dengan orang kaya maka orang kaya ini tidak bisa merendahkannya.

⇒ Artinya tidak bisa menjadikan tawanannya, kerena dia tidak merasa butuh kepada orang kaya tersebut.

Jadi, meskipun yang satu kaya dan satunya miskin, dimana Si Kaya adalah sahabat Si Miskin dan Si Miskin tidak butuh kepada Si Kaya, maka jadilah keduanya sama (setara).

Kemudian, kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah:

◆ وأحسن إلى من شئت تكن أميره

◆ Dan berbuat baiklah kepada siapapun yang engkau kehendaki, maka engkau akan menjadi amir (pemimpin)nya."

Kenapa?

Karena kalau kita berbuat baik kepada seseorang, bagaimanapun juga dia akan punya hutang budi kepada kita (sehingga) dia akan menghormati kita.

Sebagaimana perkataan seorang penyair:

◆ أحسن إلى الناس تستعبد قلوبَهُم 

◆ Berbuat baiklah kepada orang lain maka engkau akan menundukkan hatinya."

Yang kita bicarakan di sini (yang menjadi pokok bahasan) adalah tidak mengharap kepada orang lain agar kita tidak menjadi tawanannya.

Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh menyebutkan:

"Seseorang, semakin meminta kepada orang lain (semakin memerlukan orang lain) maka dia semakin rendah di hadapan orang tersebut."

Dia kehendaki atau tidak maka pada hakekatnya demikian (yaitu), dia akan semakin rendah di hadapan orang lain tersebut karena dia butuh kepada orang lain tersebut.

Oleh karena itu, seseorang hendaknya berusaha untuk tidak berharap kecuali kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⇒ Dia serahkan hatinya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla; dia minta kepada Allāh, maka Allāh yang akan menundukkan hati-hati orang tersebut untuk membantunya dan berbuat baik kepadanya.

Jadi, kalau ada yang berbuat baik kepada kita tidak kita tolak.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak menolak hadiah dan bantuan orang lain.

Justru kalau kita menerima hadiah/bantuan dari orang lain tersebut maka orang tersebut akan senang.

Misalnya ada orang ingin dekat dengan kita dengan memberi hadiah, maka kita terima.

Akan tetapi jangan sampai hati kita berharap diberi hadiah oleh orang itu, jangan! Ini masalah pengaturan hati.

Tetapi kita berharap hanya kepada Allāh maka Allāh yang akan mengatur hatinya untuk memberi bantuan/menolong kepada kita.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Dalam suatu riwayat disebutkan ada seorang bertanya:

"Siapakah pemimpin penduduk negeri Bashrah?"

Maka dikatakan:

"Hasan Al Bashri adalah pemimpin kota Bashrah."

Ditanya lagi:

"Bagaimana dia bisa menjadi pemimpin bagi penduduk kota Bashrah?"

Maka dikatakan:

"Hasan Al Bashri, orang-orang butuh terhadap ilmunya tetapi dia sendiri tidak butuh dengan harta mereka."

⇒ Dia tidak pernah minta kepada mereka.

Namun ada perkara yang perlu saya ingatkan, 

Bukan berarti kita tidak boleh minta bantuan kepada oranglain sama sekali.

Kita boleh meminta kalau:

• ⑴ Itu memang hak kita.

Dan ini dijelaskan oleh para ulama.

Contohnya, ada seseorang yang berhak menerima zakat, maka dia boleh menyampaikan kepada pembagi zakat:

"Saya berhak menerima zakat karena (alasan) 1, 2 dan 3."

• ⑵ Seseorang butuh.

Contohnya minta bantuan hutang.

⇒ Tidak jadi masalah.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah imamnya para orang-orang yang zuhud namun, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah juga berhutang, bahkan ketika meninggal masih mempunyai hutang dengan menggadaikan baju perangnya.

• ⑶ Bukan untuk dirinya, tetapi untuk dakwah/amal khairiy/kerjaan sosial.

Maka tidak mengapa dia merendahkan dirinya, bukan untuk kepentingan dirinya tapi karena kepentingan di jalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kepentingan ummat, agama Allāh.

⇒ Maka ini tidak jadi masalah.

Sebagaimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh untuk bersedekah, bukan untuk dirinya, tapi untuk yang lain.

• ⑷ Kondisi darurat.

⇒ Tidak mengapa, sebagaimana pernah saya jelaskan.

Tidak mengapa kita minta bantuan terutama kepada teman-teman dekat kita, yang seperti saudara sendiri, karena Allāh menyuruh kita untuk saling tolong menolong.

Tetapi jangan terlalu sering (kebanyakan), karena ini akan merendahkan derajat kita di hadapan manusia.

والله أعلم بالصواب
______________________________
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website: 
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page: 
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel:
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel:
http://BimbinganIslam.tv

Perintah Zuhud Terhadap Dunia (Bag. 2)

Perintah Zuhud Terhadap Dunia (Bag. 2)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 11 Rabi'ul Awwal 1437 H / 23 Desember 2015 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Zuhud Dan Wara'
🔊 Hadits 06 | Perintah Zuhud Terhadap Dunia (Bag. 2)
⬇ Download audio: https://goo.gl/J03FSD
~~~~~~~~~

وَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رضي الله عنه قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ، دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْـتُـهُ أَحَبَّنِيَ اللَّهُ، وَأَحَبَّنِيَ النَّاسُ. فَقَالَ: "اِزْهَدْ فِيْ الدُّنْـيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ." رَوَاهُ اِبْنُ مَاجَهُ وَسَنَدُهُ حَسَنٌ.

Dari Sahl bin Sa’ad Radiyallahu 'anhu ia berkata: Seorang sahabat menemui Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan berkata:

“Wahai Rasūlullāh, tunjukkan kepadaku suatu perbuatan yang jika aku lakukan, aku akan dicintai oleh Allāh dan manusia.”

Beliau bersabda: “Zuhudlah dari dunia, niscaya Allāh akan mencintaimu dan zuhudlah dari apa yang ada pada manusia, niscaya mereka akan mencintaimu.”

(HR. Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad yang hasan).
➖➖➖➖➖➖➖

PERINTAH ZUHUD TERHADAP DUNIA (BAGIAN 2)

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Kita masih pada penjelasan hadits yang ke-6 tentang "Zuhud Terhadap Dunia".

Sebagian ulama, seperti Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullāh, menyebutkan bahwa:

◆ الزهد في الدنيا ثلاثة أشياء كلها من أعمال القلب، لا من أعمال الجوارح

◆ Zuhud terhadap dunia ada 3 perkara. Dan 3 perkara ini semuanya berkaitan dengan amalan hati, bukan berkaitan dengan amalan badan.

⇒ Jadi zuhud itu adalah masalah hati.

■ PERKARA PERTAMA

◆ أن يكون العبد بما في يد الله أوثق منه بما في يد نفسه

◆ Seseorang lebih yakin dengan janji Allāh atau apa yang di sisi Allāh daripada dengan yang apa ada di tangannya.

⇒ Bahwa apa yang ada ditangannya (dunia) akan sirna (pergi).

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ ۖ وَمَا عِندَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ

"Apa yang kalian miliki akan sirna dan apa yang di sisi Allāh akan kekal."

(QS An Nahl: 96)

Rizki (telah) Allāh jamin, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

َمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

"Tidak ada binatang melata di atas bumi ini kecuali rizkinya (berada) di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

(QS Hūd: 6)

Oleh karenanya, meskipun seseorang memiliki dunia (dia tahu kalau Allāh kasih rizki kepadanya), namun dia lebih yakin dengan apa yang dijanjikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⇒ Ini masalah hati.

Seperti yang pernah kita sampaikan pada pertemuan yang lalu, bahwasanya betapapun besarnya dunia di tangan kita, jangan dimasukkan ke hati, (melainkan) hanya di tangan.

✓Kita yakin bahwasanya dunia ini hanyalah sarana.

✓Kita yakin apa yang kita miliki sekarang ini akan sirna/hilang/habis dan ada waktunya.

Sedangkan yang kekal abadi adalah yang di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jika seseorang berbuat demikian maka dia akan zuhud terhadap dunia, meskipun mungkin memiliki mobil dan rumah yang mewah, tetapi dia:

✓Yakin ini hanyalah sementara,
✓Lebih yakin dengan apa yang dijanjikan oleh Allāh kepadanya,
✓Menjadikan dunia sebagai sarana untuk mencapai akhirat.

■ PERKARA KEDUA

◆ أن يكون العبد إذا أصيب بمصيبة في دنياه من ذهاب ولد، وغير ذلك، كان أرغب في ثواب الله مما ذهب من الدنيا أن يبقى له

◆ Seseorang tatkala terkena musibah, seperti hilangnya harta atau anaknya meninggal maka pahala dari musibah tersebut lebih diharapkan daripada tetapnya harta yang hilang tersebut.

⇒ Ini adalah berat (karena) ini adalah zuhud yang hakiki. Jadi kembali kepada keyakinan bahwasanya akhirat lebih mulia.

Seseorang tentu cinta kepada anak dan hartanya.

Kalau anaknya meninggal atau hartanya hilang dia memang sedih, tetapi dia tumbuhkan di dalam hatinya bahwa pahala yang Allāh berikan karena meninggalnya anak atau hilangnya harta, sangat jauh lebih besar daripada kenikmatan adanya anak dan kenikmatan harta tersebut.

Ini sangat berat.

Oleh karenanya, Allāh Subhānahu wa Ta'āla memuji seorang yang tatkala anaknya meninggal dunia kemudian dia:

حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ

Memuji Allāh dan mengucapkan "Innāllillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn".

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam meminta Allāh membangunkan bagi orang seperti ini istana di Surga yang dinamakan dengan "Baitul Hamd" (istana pujian).

(HR At Tirmidzi dari Abū Mūsā Al Asy’ariy dan dihasankan oleh Syaikh Al Albāni rahimahullāh)

Karena apa?

Karena meskipun dia terkena musibah, dia memuji Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan mengatakan:

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ 

"Segala puji bagi Allāh atas segala yang menimpaku."

(HR Ibnu Mājah no. 3830; Ibnus Sunni no. 372; Al Hākim, 1:499; hadits hasan)

Dia yakin bahwa di balik musibah ini ada:

✓Kenikmatan yang luar biasa yang mungkin dia tidak tahu di dunia, terlebih lagi di akhirat.

✓Hikmah yang Allāh kehendaki.

✓Pahala yang luar biasa yang Allāh siapkan di akhirat.

■ PERKARA KETIGA

◆ أن يستوي عند العبد حامده وذامه في الحق

◆ Seseorang yang sama saja bagi dia apakah orang lain memuji atau mencelanya.

⇒ Dan ini juga berkaitan dengan hati.

Ini adalah tanda bahwa dia zuhud terhadap dunia karena pujian itu berkaitan dengan dunia.

Orang memuji atau mencela bagi dia sama saja, tidak ada masalah.

Yang dia harapkan adalah pujian Allāh dan dia juga tidak ingin dicela oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Adapun penilaian manusia maka tidak akan ada habisnya; ketika Anda dipuji ada yang mencela (dan) ketika Anda dicela ada juga yang memuji.

Siapapun orangnya pasti pernah dicela dan dipuji, karena ada orang yang cocok dengan kita dan ada yang tidak.

(Dimana) menurut pendapat kita baik tapi menurut pendapat orang lain tidak baik.

Oleh karenanya, orang yang benar-benar zuhud terhadap dunia tidak perduli dengan komentar-komentar duniawi.

Yang dia pikirkan adalah bagaimana komentar Allāh terhadap dirinya dan dia sudah berbuat baik atau belum menurut Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Itu yang dia renungkan.

Oleh karenanya, orang yang zuhud adalah orang yang benar-benar tidak peduli dengan ini semua.

Ini adalah zuhud yang luar biasa namun sulit untuk mencapai derajat ini.

Kebanyakan orang kalau dicela maka akan marah dan kalau dipuji maka akan besar kepala, dan berharap mendapat pujian terus-menerus.

Dan berarti orang ini belum zuhud yang hakiki.

Oleh karenanya ikhwan adan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Ini adalah 3 perkara yang sangat sulit, namun kita harus melatih diri kita.

Saya ulangi,

⑴ Seseorang lebih percaya dengan apa yang Allāh janjikan baginya di akhirat.

Dunia ini hanya sementara yang akan dia tinggalkan dan hanya digunakan sebagai sarana untuk mencapai apa yang Allāh janjikan.

⑵ Dia yakin bahwa di balik musibah yang menimpanya ada karunia dan kenikmatan yang luar biasa yang Allāh siapkan untuk dirinya, meskipun dia kehilangan dunia ini.

Dia zuhud, berusaha untuk sabar dan berusaha juga untuk memuji Allāh Subhānahu wa Ta'āla meskipun terkena musibah.

⑶ Dia tidak perdulikan komentar manusia, yang dia perdulikan adalah bagaimana komentar Allāh; Allāh memuji dia ataukah mencela dia.

Yang dia pikirkan apakah dia sudah menjalankan perintah Allāh ataukah melanggar larangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

والله تعالى أعلم بالصواب
______________________________
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website: 
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page: 
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel:
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel:
http://BimbinganIslam.tv

PERINTAH ZUHUD TERHADAP DUNIA (BAGIAN 1)

PERINTAH ZUHUD TERHADAP DUNIA (BAGIAN 1)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 09 Rabi'ul Awwal 1437 H / 21 Desember 2015 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Zuhud Dan Wara'
🔊 Hadits 06 | Perintah Zuhud Terhadap Dunia (Bagian 1)
⬇ Download audio: https://goo.gl/p5HAr7
➖➖➖➖➖➖➖

PERINTAH ZUHUD TERHADAP DUNIA (BAGIAN 1)

بِسْـــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــــــــم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Kita masuk pada hadits yang ke-6 dari Bab Zuhud wal Wara’.

وَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رضي الله عنه قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ، دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْـتُـهُ أَحَبَّنِيَ اللَّهُ، وَأَحَبَّنِيَ النَّاسُ. فَقَالَ: "اِزْهَدْ فِيْ الدُّنْـيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ." رَوَاهُ اِبْنُ مَاجَهُ وَسَنَدُهُ حَسَنٌ.

Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallāhu 'anhu ia berkata: Seorang shahābat menemui Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan berkata:

“Wahai Rasūlullāh, tunjukkan kepadaku suatu perbuatan yang jika aku lakukan, aku akan dicintai oleh Allāh dan manusia.”

Beliau bersabda:

“Zuhudlah dari dunia, niscaya Allāh akan mencintaimu dan zuhudlah dari apa yang ada pada manusia, niscaya mereka akan mencintaimu.”

(HR Ibnu Mājah dan lainnya dengan sanad yang hasan)

⇒ Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan zuhud.

Zuhud ada 2 macam:

⑴ Zuhud terhadap dunia.

Ini mendatangkan kecintaan Allāh terhadap seseorang.

⑵ Zuhud terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.

Artinya, kita tidak berharap/minta/dikasih dari orang lain.

■ ZUHUD TERHADAP DUNIA

Orang yang zuhud kepada dunia, dia akan dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena Allāh mencela orang-orang yang mendahulukan kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat.

Dalam Al Qurān Allāh berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (١٦) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (١٧)

"Akan tetapi kalian mendahulukan kehidupan dunia padahal akhirat lebih baik dan lebih kekal."

(QS Al A'lā: 16-17)

Dalam ayat yang lain, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ۗ 

"Kalian menghendaki perbendaharaan dunia padahal Allāh menghendaki akhirat."

(QS Al Anfāl: 67)

Dalam ayat yang lain:

قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقَىٰ

"Katakanlah, bahwasannya perhiasan dunia itu sedikit dan akhirat lebih baik bagi yang bertaqwa."

(QS An Nisā: 77)

Perhiasan/harta dunia yang luar biasa di hadapan kita dan begitu mewahnya dunia ini, ternyata di sisi Allāh sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan akhirat.

Kita bisa renungkan hadits Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

"Dua raka'at yang dikerjakan sebelum shalat shubuh (qābliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya."

(HR Muslim no. 725)

⇒ Maksudnya, ganjaran yang Allāh siapkan di akhirat kelak bagi yang senantiasa shalat 2 raka'at sebelum shalat Shubuh adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya.

Seluruh kenikmatan dunia dan seisinya ini akan kalah dengan ganjaran yang Allāh sediakan bagi orang yang shalat 2 raka'at sebelum Shubuh.

Dalam hadits yang lain Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

"Seandainya dunia itu nilainya seperti sayap seekor nyamuk, maka Allāh tidak akan memberikan minuman kepada seorang kafir."

(HR Tirmidzi, dan dia berkata: ‘hadits hasan shahih’)

Karena dunia tidak ada nilainya maka Allāh berikan kepada orang kafir.

Kalau dunia itu bernilai, maka Allāh tidak akan memberikan sama sekali kepada orang kafir, Allāh akan khususkan kepada orang beriman saja.

Allāh berikan dunia kepada orang kafir sebagaimana juga Allāh berikan dunia kepada orang mu'min.

Namun saya ingatkan:

◆ Jangan disalahpahami bahwasanya tidak boleh mencari dunia sama sekali.

⇒ Hal ini juga sering disampaikan oleh para asatidzah.

◆ Dunia itu tercela bukan karena zatnya.

⇒ Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Rajab Al Hanbali dalam kitabnya Jāmi'ul 'Ulūm wal Hikam. Beliau menyebutkan bahwasannya:

◆ Dunia itu tercela bukan karena zatnya tetapi karena kebanyakan manusia mendahulukan dunia daripada akhirat.

⇒ Dunia tercela tatkala manusia menjadikan dunia sebagai tujuannya.

Adapun dunia pada zatnya sendiri tidak tercela karena dunia ini bisa bermata dua; bisa bermanfaat untuk akhirat seseorang dan bisa juga mencelakakan akhirat seseorang.

Bukankah dalam banyak ayat dan hadits Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menganjurkan untuk bersedekah, memberi manfaat, memberi hadiah, menyenangkan orang lain?

⇒ Kita beri hadiah dan pekerjaan kepada orang lain, kita membantu orang lain.

Ini semua berkaitan dengan dunia. Semua butuh dengan dunia, jadi beramal shalih butuh dengan dunia.

Oleh karenanya, dunia itu menjadi terpuji tatkala dijadikan sarana untuk mencapai akhirat dan bukan menjadi tujuan utama.

Oleh karenanya diantara do'a Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah:

وَلا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا

"Ya Allāh, jangan Engkau jadikan dunia ini sebagai puncak dari kehidupan kami."

(HR Tirmidzi no. 3502)

Seseorang yang menjadikan dunia sebagai puncaknya, maka dia akan lelah. Bahkan orang kaya pun akan lelah.

Anda kira orang kaya tatkala mencapai harta yang begitu banyak, dia tidak lelah?

Dia lelah, meskipun dia "Bos" yang punya kekayaan yang luar biasa.

Dia akan lelah berfikir; kalau ada kerugian dan musibah maka dia akan pusing/stress, karena dia menjadikan dunia sebagai tujuannya.

Tetapi kalau orang kaya yang menjadikan dunia sebagai sarana untuk mencapai akhirat, dia akan bekerja dengan senang (bahagia) karena saat bekerja dia tahu bahwa hartanya akan digunakan untuk berinfaq di jalan Allāh.

✓Tatkala membantu fakir miskin, dia gembira.

✓Tatkala membangun pondok atau masjid, dia bahagia.

✓Tatkala pondoknya ditempati oleh orang (untuk belajar), dia bahagia.

✓Bisa berbakti kepada orang tua, dia bahagia.

Oleh karenanya, jika seseorang menjadikan dunia sebagai tujuannya (maka) dia akan tersiksa dan sengsara.

Dan barang siapa yang menjadikan dunia bukan sebagai tujuannya (maka) dia akan zuhud terhadap dunia.

⇒ Meskipun dia memiliki dunia yang banyak tetapi dunia tidak masuk ke hatinya dan hanya di tangannya karena dia tahu dunia itu hanyalah alat untuk mencapai akhirat, bukan tujuan.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita orang-orang yang zuhud sehingga kita dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website: 
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page: 
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel:
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel:
http://BimbinganIslam.tv

PERINTAH MEMINTA PERTOLONGAN HANYA KEPADA ALLAH (BAGIAN 2)

PERINTAH MEMINTA PERTOLONGAN HANYA KEPADA ALLAH (BAGIAN 2)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 04 Rabi'ul Awwal 1437 H / 16 Desember 2015 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Zuhud Dan Wara'
🔊 Hadits 05 | Perintah Meminta Pertolongan Hanya Kepada Allāh (Bagian 2)
⬇ Download audio: https://goo.gl/9Of5qa
~~~~~~~~~

PERINTAH MEMINTA PERTOLONGAN HANYA KEPADA ALLĀH (BAGIAN 2)

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Para ikhwan dan akhwat, kita masuk pada bagian 2 dari hadits yang ke-5, dimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menasehati Ibnu ‘Abbās, dengan berkata:

وَإِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ.

"Jika engkau memohon maka memohonlah kepada Allāh, jika engkau minta pertolongan  maka minta lah pertolongan kepada Allāh."

Pada nasehat yang ke-2 ini, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ingin agar Ibnu 'Abbās (dan juga kita semua), agar senantiasa menggantungkan hati kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Perhatikan !

Kaidah yang disebutkan olah Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah, bahwa:

◆ Semakin seorang hamba merasa butuh kepada Allāh, maka semakin tinggi (derajatnya) di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⇒ Karena Allāh suka untuk dimintai.

Allāh mengatakan:

وَقَالَ رَبُّڪُمُ ٱدۡعُونِىٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ

"Dan Rabbmu berkata: 'Berdo'alah kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan'."

(QS Ghāfir: 60)

⇒ Allāh suka untuk diminta, ini sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena semua makhluk butuh (faqir) kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh mengatakan:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِىُّ ٱلۡحَمِيدُ

"Wahai manusia, pada hakekatnya kalian semua butuh  (faqir) kepada Allāh dan Allāh Maha Kaya dan Maha Terpuji."

(QS Fāthir: 15)

Allāh tempat meminta, oleh karenanya kita harus melatih diri untuk senantiasa meminta kepada Allāh.

Dari sini kita lihat bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengajarkan kita untuk berdo'a dalam segala hal; dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali.

⇒ Do'a bangun tidur, mau makan, mau minum, setelah makan, masuk WC, keluar WC, keluar rumah, masuk masjid, keluar masjid, masuk pasar, menempati suatu tempat, ada hujan turun, ada awan datang.

Kejadian apa saja Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam selalu mengajarkan untuk berdo'a (meminta) kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kenapa?

Karena hati seorang hamba, semakin dia meminta (bergantung) kepada Allāh, maka dia:

✓Semakin dekat dengan Allāh.

✓Semakin tinggi derajatnya di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Inilah rahasianya kenapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan kepada Ibnu 'Abbās:

"Jika engkau minta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allāh."

Biasakan kita meminta kepada Allāh dalam segala hal.

Jangankan urusan akhirat , urusan duniapun kita minta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Karena jika seseorang minta kepada manusia, walau bagaimanapun akan merasa rendah dihadapan manusia tersebut.

⇒ Ada kerendahan yang dia tunjukkan di hadapan orang tersebut.

Kalau semakin sering dia meminta kepada orang lain, maka semakin menghinakan dia.

Apalagi kalau minta bantuan kepada orang lain padahal tidak dalam kondisi terdesak, ini tentunya tercela.

Adapun kalau lagi kondisi terdesak, maka sesekali tidak masalah.

Allāh mengatakan:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى 

"Dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan."

(QS Al Māidah: 120)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla, jika tidak dimintai, maka Dia murka.

Berbeda dengan anak Ādam, jika diminta justru dia murka.

Yang namanya manusia, meskipun sahabat kita (yang terkadang mengaku seperti saudara kita), kalau kita minta bantuan kepadanya sekali, dua kali, tiga kali, dia masih berlapang dada dan senyum.

Empat kali, lima kali, sepuluh kali mungkin masih tersenyum.

Tapi setelah sebelas kali, dua belas kali, maka mulailah mukanya cemberut.

Kalau kita meminta bantuan yang ke dua puluh kali, maka dia semakin menjauh, kemudian tidak mau lagi berhubungan dengan kita, atau mungkin malah mencela kita.

Demikianlah sifat manusia.

Oleh karenanya, seseorang hendaknya meminta hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Al Imām Nawawi rahimahullāh menjelaskan bahwasanya:

◆ Kebutuhan manusia ada 2:

⑴ Kebutuhan yang tidak bisa dia peroleh kecuali dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Seperti:
• hidayah
• kesembuhan
• petunjuk
• keselamatan di akhirat
• keselamatan dari godaan syaithān, syahwat dan syubhat.

⇒ Ini semua yang kita minta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Maka tidak boleh kita minta kepada ustadz, kyai, habib atau yang lain, ini tidak dibenarkan.

⑵ Kebutuhan yang Allāh jadikan kebutuhan tersebut berada pada manusia yang lain.

Seperti:
Orang ingin membangun rumah, dia butuh tukang atau ahli tertentu.

Maka tidak mengapa dia minta bantuan kepada orang lain.

Tapi dia juga berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar Allāh memilihkan yang baik, misalnya tukang/pekerja yang baik.

⇒ Jadi, hatinya tetap bergantung kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Intinya, para ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

✓Kita berusaha melakukan  segala perkerjaan sendiri dan tidaklah kita minta bantuan kecuali hanya sesekali.

✓Kalaupun minta bantuan, mintalah kepada sahabat kita yang dekat yang dia tidak menghinakan/merendahkan kita.

⇒ Itupun dalam kondisi terpaksa, bukan merupakan kebiasaan sehingga menyusahkan orang lain, justru kita berusaha membantu orang lain.

والله تعالى أعلم بالصواب
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
______________________________
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website: 
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page: 
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel:
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel:
http://BimbinganIslam.tv