Laman

MUQADDIMAH DAN HADITS PERTAMA (BAGIAN 7 DARI 7)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 10 Shafar 1439 H / 30 Oktober 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Muqaddimah Dan Hadits Pertama Bagian 07 dari 07
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0107
-----------------------------------

*MUQADDIMAH DAN HADĪITS PERTAMA (BAGIAN 7 DARI 7)*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم  صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وأعوانه

Kata Nabi ﷺ :

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

_Bahwasanya amalan-amalan disertai dengan niat-niat._

Perhatikan, dalam hadīts ini Nabi ﷺ mengatakan:

وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٌ يَنْكِحُهَا

_"Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin dia raih atau karena wanita yang ingin dia nikahi..."_

Kita tahu bahwasannya wanita adalah bagian dari dunia, tetapi Allāh mengkhususkan penyebutan wanita.

Ini menunjukkan bahwa wanita adalah perkara yang sangat mudah menjerumuskan lelaki ke dalam kesalahan.

Yang bisa merubah niat seorang lelaki adalah gara-gara wanita. Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٌ

_"Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita..."_

Oleh karenanya Nabi ﷺ  mengatakan:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

_"Aku tidak meninggalkan fitnah setelahku yang lebih berbahaya bagi lelaki, seperti fitnahnya wanita."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 5096 dan Muslim nomor 2740)

Karenanya Nabi ﷺ  juga mengatakan:

فَاتَّــقُوا الدُّنْــيَا وَاتَقُوا النِّسَاءَ ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِـي إِسْرَائِـيلَ كَانَتْ فِي النِسَاءِ

_"Hati-hatilah kalian terhadap dunia dan takutlah kalian terhadap wanita, sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa Bani Isrāil adalah fitnah wanita."_

(Hadīts riwayat Muslim: 2742)

Kemudian Rasūlullāh ﷺ mengkhususkan penyebutan para wanita, dan hati-hatilah kalian terhadap para wanita.

Oleh karenanya hati-hati, betapa banyak lelaki yang kuat, yang gagah perkasa, jatuh di hadapan para wanita.

Betapa banyak orang yang shālih akhirnya berubah keshālihannya gara-gara wanita.

Betapa banyak seseorang yang akhirnya menjadi pelit, tidak mau dermawan, tidak mau menyumbang, gara-gara istrinya.

Istrinya yang tidak shālihah, yang akhirnya mengantarkan dia, mengajak dia, untuk berfoya-foya dengan dunia, sehingga terlalaikanlah ia dari beribadah. Terlalaikanlah ia dari menyumbang, berinfāq di jalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, hanya karena wanita.

Oleh karenanya fitnah wanita adalah fitnah yang berbahaya, yang hendaknya disadari oleh para lelaki.

Ini diantara faedah yang paling utama dari hadīts ini adalah:

"Seseorang tidak beramal kecuali ikhlās karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Apa hakekat ikhlās?

Ikhlās dalam bahasa Arab artinya memurnikan (pemurnian).

Ibarat kalau ada sesuatu yang kotor kita murnikan. Ada air yang kotor kita murnikan-kita suling, sehingga tinggal air yang bersih dan kotorannya kita buang. Kalau ada kotoran kita saring, sehingga kotorannya terbuang, tinggal yang murni tadi.

Oleh karenanya ikhlās namanya pemurnian.

⇒ Ikhlās diambil dari kata khalusha, artinya murni.

Dan Allāh sering menyebutkan, kalimat khalusha dalam Al Qur'ān yang artinya murni.

Contohnya kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla wata'ala

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ......

_"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali dengan memurnikan agama mereka hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

(QS Al Bayyinah: 5)

Contohnya lagi, seperti Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً ۖ نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ

_"Dan sungguh pada binatang-binatang ternak itu ada pelajaran bagi kalian. Kami keluarkan dari perut binatang ternak tersebut susu yang khalish (susu yang murni) yang Kami keluarkan di antara kotoran dan darah, keluarlah susu yang terpisahkan dari kotoran dan darah."_

(QS An Nahl : 66)

Oleh karenanya seorang takkala mengambil susu untuk diminum, dia akan lihat bahwasannya susu tersebut murni.

Allāh pisahkan dari kotoran dan darah, tidak ada setetes darah pun yang bercampur dengan susu tersebut, dan tidak ada 1 titik kotoran pun yang tercampur dengan susu tersebut. Maka Allāh katakan لَبَنًا خَالِصًا (susu yang murni).

Itulah gambaran daripada kemurnian.

Allāh ingin tatkala kita beribadah, niat kita benar-benar murni untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Bukan karena ingin pujian manusia manapun. Sesungguhnya pujian manusia tidak bermanfaat sama sekali di akhirat.

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam hadīts qudsi mengatakan:

أنا أغنى الشركاء عن الشرك ، من عمل عملا أشرك فيه معي غيري تركته وشركه

_"Aku adalah Dzat yang paling tidak butuh dengan syarikat. Barangsiapa mengerjakan amalan apapun, ternyata dia melakukan kesyirikan maka akan Aku tinggalkan dia dengan kesyirikannya."_

Dalam riwayat yang lain (riwayat Ibnu Mājah):

  فأنا منه بريء وهو للذي أشرك

_"Aku berlepas diri dari dia."_

Oleh karenanya Allah tidak butuh dengan syarikat. Seseorang beribadah murni hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Barangsiapa beribadah (misalnya), "Saya ingin haji supaya dosa-dosa saya diampuni." Ini bagus!

Tetapi dia menyertakan niat yang lain (misalnya), "Supaya saya dihormati oleh masyarakat, supaya saya disanjung oleh masyarakat, supaya saya dihormati sama mertua."  Ini adalah niat yang merusak amalan seseorang.

Allāh tidak butuh dengan amalan seperti ini, Allāh ingin amalan yang murni. Allāh ingin tatkala kita beramal shālih niat kita murni semata-mata karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Terutama yang sangat penting di awal niat. Tatkala kita hendak melaksanakan haji, tatkala kita hendak menyetor uang, tanyakan pada diri kita, uang ini buat apa? Saya berhaji buat apa?

Buat menghapuskan dosa-dosa saya, menjalankan perintah Allāh ataukah untuk bangga-banggaan?

Atau karena saya malu?

Kalau niat belum betul jangan dulu setor uang. Ini paling penting niat awal.

Karena kalau niat awal ikhlās kemudian ditengah-tengah ada riyā', ini masih bernilai. Tetapi kalau niat awalnya sudah keliru, tidak akan bernilai sama sekali

Para ulamā membahas kalau niat awalnya murni lalu ada gangguan ditengah-tengah,  ini masih mending. Masih bisa terselamatkan amalan kita.

Tetapi kalau niat awalnya tidak betul maka tinggalkan.

Demikian juga takkala kita membayar untuk 'umrah. Apa niat kita?

Tanyakan pada diri kita.  Saya mau 'umrah bersama keluarga buat apa?

Apakah buat pamer atau untuk bangga-banggaan, saya sudah ke tanah suci berkali-kali?

Tanya pada diri kita.

Tatkala kita ingin dermawan, ingin menyumbang, sebelum kita beri sumbangan tersebut, tanya diri kita, niat kita menyumbang buat apa?

Kalau niat kita tidak betul maka sebaiknya tidak usah. Karena tidak ada faedahnya di akhirat. Bukan sekedar di akhirat kita mendapat nilai nol tetapi kita mendapatkan nilai minus.

Kita terancam dengan adzab neraka jahanam bagi orang-orang yang melakukan ibadah ternyata niatnya hanya karena ingin dipuji.

Itulah gambaran keikhlāsan yang diambil dari khalusha (murni) dan ikhlās artinya pemurnian.

Seorang takkala beribadah, dia berusaha memurnikan niatnya semata-mata karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sampai disini saja yang bisa saya sampaikan, in Syā Allāh besok kita lanjutkan dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------