🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 14 Jumadal Akhir 1438 H / 13 Maret 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📔 Materi Tematik | 10 Kiat Berumah Tangga (Bagian 01)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tmk-10KiatBerumahTangga-01
🌐 Sumber: https://youtu.be/3GwSNVkPSnc
-----------------------------------
*10 KIAT BERUMAH TANGGA ( BAGIAN 01)*
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, ونتوب إليه وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لا نبي بعده.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
فإن أحسن الكلام كلام الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَاتٍ بدعة وكلّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ وكلّ ضلالة في النار
Alhamdulillāh puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang terus memberikan kita karunia yang tiada henti-hentinya, nikmat yang tiada terhingga, yang kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
_"Jika kalian menghitung-hitung nikmat Allāh maka kalian tidak akan mampu untuk menghitungnya."_
(QS An Nahl: 18)
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
_"Akan tetapi manusia itu sering berbuat zhālim dan sering berbuat ingkar kepada nikmat-nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_
(QS Ibrāhīm: 34)
Saya ingatkan, di antara bentuk pengingkaran terhadap nikmat-nikmat Allāh adalah suka berkeluh kesah.
Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
_"Sesungguhnya manusia itu suka berkeluh kesah kepada Rabb-Nya."_
(QS Al 'Ādhiyāt: 6)
Al Hasan Al Bashri mengatakan:
يذكر المصاءب وينسى نعم
_"Dia senantiasa menyebut-nyebut musibah-musibah (kesusahan-kesusahan) yang menimpanya dan dia melupakan nikmat-nikmat yang Allāh berikan kepada dia."_
Padahal nikmat yang Allāh berikan kepada dia terlalu banyak, sementara yang dia ingat hanyalah musibah-musibah yang menimpanya.
Oleh karenanya, kita mohon kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, semoga kita termasuk hamba-hamba Allāh yang pandai bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, juga kepada keluarganya dan juga kepada seluruh shahābat beliau tanpa kecuali.
Topik yang akan kita bahas adalah tentang 10 kiat-kiat yang hendaknya dilakukan (diperhatikan) untuk meningkatkan keharmonisan rumah tangga.
Tidak diragukan bahwasanya ibadah tidak terbatas hanya para shalāt, puasa, zakāt , sedekah, baca Al Qur'an dan yang lainya.
Bahkan di antara bentuk ibadah yang Allāh anjurkan yaitu bermuamalah yang baik, diantaranya bermuamalah dalam rumah tangga.
Pernikahan merupakan ibadah yang sangat mulia. Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan di antara karunia yang Allāh berikan kepada para Rasūl yaitu Allāh menjadikan mereka menikah.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّة
_"Sungguh kami telah mengutus para Rasūl sebelum engkau, wahai Muhammad. Dan kami jadikan bagi mereka istri-istri dan keturunan."_
(QS. Ar Rad: 38)
Berarti di antara nikmat yang Allāh sebut-sebut, Allāh berikan kepada para Rasūl yaitu Allāh menjadikan mereka berkeluarga.
⇒Ini menunjukan bahwasanya keluarga adalah merupakan kenikmatan.
Diantaranya dalam firman Allāh dalam Al Qurān:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
_"Diantara tanda-tanda kekuasaan Allāh adalah Allāh menjadikan bagi kalian istri-istri agar kalian condong dan tenang (tentram) bersama istri-istri kalian. Dan Allāh menjadikan diantara pasangan suami istri mawaddah (cinta) warahmah (kasih sayang). Sugguh pada pernikahan (adanya kasih sayang antara suami istri) adalah termasuk tanda-tanda keagungan Allāh Subhānahu wa Ta'āla bagi orang yang merenungkan (bagi orang yang mau berfikir)."_
(QS. Ar Rum: 21)
Allāh buka ayat ini dengan mengatakan:
وَمِنْ آيَاتِهِ
_"Diantara tanda-tanda kekuasaan Allāh."_
Sebagian ulamā menafsirkan: Diantara tanda-tanda rububiyyah Allāh, diantaranya tanda-tanda uluhiyyah Allāh, intinya diantara tanda-tanda kekuasaan Allāh.
Disini Allāh ingatkan akan nikmatnya berkeluarga, kasih sayang ada diantara suami dan istri itu adalah diantara tanda-tanda kebesaran Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Oleh karenanya Allāh menamakan akad nikah dalam Al Qurān dengan perjanjian yang berat.
Kata Allāh:
وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
_"Dan istri-istri kalian telah mengambil dari kalian perjanjian yang berat."_
(QS An Nisā: 21)
Akad nikah itu adalah perjanjian yang berat, amanah yang kita akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kenapa?
Karena Allāh telah berikan karunia pernikahan bagi kita.
Kalau pernikahan bukanlah ibadah maka buat apa Nabi Mūsā 'alayhissalām bekerja keras 8 tahun? Bahkan 10 tahun sebagai penggembala kambing, pengurus sawah dan ladang dalam rangka untuk membayar maharnya.
Sebagaimana Allāh sebutkan tatkala calon mertuanya berkata:
إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَىٰ أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ ۖ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ
_"Wahai Mūsā, aku ingin menikahkan engkau dengan salah satu dari dua putriku, dengan syarat engkau bekerja denganku selama 8 tahun kalau engkau bekerja 10 tahun maka terserah engkau."_
(QS Al Qashash: 27)
Kata para ulamā, Nabi Mūsā diberi pilihan 8 atau 10 tahun dan dia memilih 10 tahun bekerja sebagai pengembala kambing, sebagai pengurus sawah dan ladang dalam rangka untuk membayar maharnya.
Seandainya pernikahan bukanlah perkara yang sakral maka untuk apa Nabi Mūsā 'alayhissalām (Nabi yang mulia) rela bekerja 10 tahun dalam rangka untuk membayar mahar?
⇒Ini menunjukan pernikahan merupakan ibadah yang mulia.
Jumhūr ulamā berpendapat kalau seandainya ada 2 orang, Si A dan Si B.
Contoh si A:
Si A tidak mau menikah dalam rangka untuk beribadah kepada Allāh, karena dia tahu kalau saya menikah maka tentunya:
√ Bacaan Qur'ānnya berkurang,
√ Shalāt malam berkurang,
√ Sedekah saya berkurang karena harus infāq keluarga dan yang lainnya,
√ Puasa juga berkurang.
Intinya banyak ibadah berkurang dan ini kenyataaan.
Akhirnya dia berkesimpulan, "Saya tidak mau menikah."
Kenapa?
Karena menikah menganggu ibadah saya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kemudian Si B:
Si B, dia menikah dan dia tahu konsekwensi dari pernikahan tersebut, yaitu:
√ Bacaan Qur'ānnya berkurang,
√ Shalāt malamnya berkurang (dia tetap Shalāt malam tapi berkurang),
√ Sedekahnya diluar juga berkurang,
√ Puasa sunnahnyapun menjadikan berkurang.
Lalu mana yang lebih afdāl? Si A atau Si B?
Jumhūr ulamā berpendapat, yang afdāl adalah Si B, meskipun ibadah-ibadahnya berkurang.
Kenapa?
Karena dengan menikah dia sudah ibadah, dia mengurus istrinya sudah ibadah, dia berhubungan dengan istrinya adalah ibadah.
Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ
_"Engkau berhubungan dengan istrimu adalah sedekah."_
(Hadits riwayat Muslim nomor 1006)
Oleh karenanya, tatkala ada seorang yang datang menemui Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan mempunyai pikiran seperti pemikiran di A (tidak menikah) dia berkata:
أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ
_"Aku akan meninggalkan para wanita."_
Tujuan dia supaya bisa beribadah lebih banyak. Dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala mendengar pernyataan shahābat tersebut yang ingin banyak ibadah dengan meninggalkan para wanita maka Nabi bantah. Bahkan Nabi mengatakan:
إِنِّي لأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ
_"Sungguh aku adalah orang yang paling takut kepada Allāh di antara kalian dan juga paling bertaqwa kepada Allāh, aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan juga tidur, serta menikahi para wanita."_
Setelah itu Nabi mengatakan:
فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
_"Barangsiapa yang benci dengan sunnahku, maka bukan dari golonganku."_
(Hadīts Shahīh Bukhāri nomor 5063)
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
والسلم عليكم ورحمة الله وبركاته
__________
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah
1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------