Laman

AGAR RINGAN DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN HIDUP (BAG. 6 - selesai)

�� BimbinganIslam.com
Sabtu, 26 Shafar 1438 H / 26 November 2016 M
�� Ustadz Dr. Ainul Haris, Lc. MA
�� Materi Tematik | Agar Ringan Dalam Menghadapi Permasalahan Hidup (Bag.6 - selesai)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AH-ARDMPH-06
-----------------------------------

AGAR RINGAN DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN HIDUP (BAG. 6 - selesai)

Agar Ringan Dalam Menghadapi Permasalahan Hidup

Pendengar rahimani wa rahimakumullāh.

Mengapa seorang mu'min yang tangguh imannya bisa menghadapi hidup ini dengan lapang meskipun berat tantangan hidup yang di hadapi

Yang Ke-empat| Karena seorang mu'min itu selalu bertawakal  kepada Allāh, selalu menggantungkan dirinya hanya kepada Allāh dalam segala urusannya, baik yang berat maupun yang ringan, yang lapang maupun yang sempit.

Semua masalah dia gantungkan hanya kepada Allāh, dia tidak mengantungkan permasalahan yang dihadapi kepada kemampuan dirinya sendiri. Juga dia tidak mengantungkan kepada sebab dan akibat.

Karena itu dia senantiasa  berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla di pagi dan sore harinya sebagaimana di tuntunkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

 وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ

"Yā Allāh,  janganlah engkau bebankan, beban-beban hidup itu terhadap diriku sendiri, meskipun hanya sekejap mata"

(HR Abu Daud nomor 5090)

Jadi meskipun hanya satu kedipan mata, waktu yang kita perlukan tetapi dalam kondisi waktu yang sangat singkat itupun kita tetap hanya mengantungkan kepada Allāh.

Kita tidak mengantungkan kepada diri kita, tidak mengantungkan kepada makhluk dan tidak kita gantungkan nasib dan berbagai problem yang kita hadapi kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Adapun orang-orang yang betul-betul bertawaqal, orang-orang mu'min sejati yang betul-betul bertawaqal kepada Allāh maka jaminannya jelas dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

"Dan barangsiapa bertawakal kepada Allāh maka Allāh akan mencukupi kebutuhannya"

(QS At-thalāq: 3)

Dalam sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh Imān Bukhāri dan Imān An-Nasāi' dari Ibnu 'Abbās Radhiyallāhu 'anhu ketika Nabi Ibrāhim 'alayhissalām dilemparkan ke dalam api beliau mengucapkan, "Hasbunāllāhu wa ni'mal wakīl" (Cukuplah Allāh bagi kami, dan Allāh adalah sebaik-baik pelindung kami).

Dan kalimat ini pulalah, pendengar rahimani wa rahimakumullāh.

Yang diucapkan oleh nabi kita Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika ditakut-takuti  oleh bangsa Quraysh bahwa beliau akan diserang oleh sekumpulan pasukan.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan tegasnya mengatakan, " Hasbunāllāhu wa ni'mal wakīl".

Dalam sebuah ayatnya disebutkan dalam surat Al-Imrān ayat 173:

"Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu wahai Muhammad, karena itu takutlah kepada mereka"

Inilah bentuk teror yang dilakukan oleh orang-orang Quraysh kepada nabi kita Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Tapi apa jawaban nabi Muhammad?

Jawaban Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam terhadap mereka adalah:

"Cukuplah Allāh menjadi penolong kami dan Allāh sebaik-baik penolong", ("Hasbunāllāhu wa ni'mal wakīl").

Pendengar rahimani wa rahimakumullāh.

Berbeda dengan orang yang tidak bertawakal kepada Allāh, yang tidak mengantungkan hidupnya kepada Allāh.

Ketika terjadi musibah, ketika menghadapi persoalan-persoalan berat dia akan kebinggungan karena dia menggantungkan semuanya kepada dirinya atau kepada sebab akibat atau kepada makhluk sementara dirinya lemah, sementara makhluk itu lemah. Sehingga dengan demikian dia akan semakin menderita karena tidak mampu menghadapi berbagai persoalan-persoalan yang setengah merundung dirinya.

Pendengar rahimani wa rahimakumullāh.

Semuanya itu tidak akan mampu dia selesaikan bahkan sebaliknya dengan mengantungkan terhadap dirinya sendiri maka dia semakin bertambah sengsara.

Yang kelima | Seorang mu'min itu senantiasa mampu menghadapi persoalannya, betapapun beratnya persoalan itu, karena dia sebagai seorang muslim yakin bahwa pilihan Allāh itulah pilihan yang terbaik.

Karena itu disebutkan didalam Al-Qurān:

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Janganlah kamu membenci sesuatu padahal ia adalah lebih baik bagimu dan janganlah kamu menyukai sesuatu padahal ia adalah lebih buruk bagimu, Allāh maha mengetahui dan kamu tidak mengetahui"

(QS Al-Baqarah: 216)

Dengan demikian seseorang akan tetap bahagia dengan musibah dengan penderitaan atau berbagai penyakit yang menimpa dirinya, karena dia melihat persoalan dengan prespektif jangka panjang dengan positiv thinking sehingga dia akan tetap bisa menghadapi persoalan itu dengan tenang dan dia mengharapkan sesuatu yang lebih baik dalam kehidupannya yang akan datang.

Pendengar rahimani wa rahimakumullāh.

Marilah kita lihat diri kita masing-masing, siapapun diri kita.

· Apakah kita orang yang miskin atau orang kaya?
· Apakah rakyat jelata atau seorang pejabat?

Apakah kita telah merasakan kelapangan dalam hidup ini?

√ Apakah kita sudah bisa menghadapi berbagai problem hidup kita dengan tenang?

√ Apakah kita sudah bisa menghadapi dengan optimisme yang besar?

√ Apakah kita sudah bisa berpikir positive thinking dalam menghadapi problematik hidup?

√ Apakah kita justru sebaliknya melihat masalah dengan pandangan yang buram?

√ Selalu pesimis?

√ Suka menyalahkan orang lain?

√ Sering marah mungkin bahkan suka stress?

Ketahuilah apabila itu sering terjadi pada diri kita, menunjukan bahwa iman kita masih lemah.

Iman bisa bertambah dan bisa berkurang, sebanyak tingkat keimanan kita sebesar tingkat keimanan kita, sebesar itulah kemampuan kita di dalam menghadapi berbagai problematika hidup.

Semakin lemah iman kita, maka kita akan semakin lemah pula di dalam menghadapi problematika hidup.

Kita akan gampang gelisah, gampang marah, gampang stress dan gampang berbuat dosa dan maksiat, apabila iman kita lemah.

Akan tetapi seorang mu'min hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan keimanan nya karena memang iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang.

Seorang mu'min sejatinya selalu dalam kebahagiaan, senantiasa dalam kebahagiaan dan kelapangan dalam kondisi apapun.

Seperti dikatakan oleh Ibnu Taimiyyah:

"Di dunia ini sudah ada surga, sudah ada kebahagiaan, ketenangan dan kelapangan, barang siapa yang tidak masuk didalamnya maka dia tidak akan bisa masuk surga yang ada di akhirat".

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang memiliki iman yang tangguh, sehingga selalu bisa menikmati kebahagiaan, kelapangan dan optimis dalam menghadapi setiap persoalan. Bahagia di dunia ini maupun nanti di akhirat. Āmīn.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________________________________

Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
��www.cintasedekah.org
�� https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
�� youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------