Sumber :
🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 14 Dzulhijjah 1436 H / 28 September 2015 M
📝 Materi Tematik
👤 Ustadz Aris Munandar, S.S, MA
🔊 Serial Haji Dan Qurban | Ciri Khas Haji Yang Mabrur
⬇ Download Audio: https://drive.google.com/file/d/0B1e0BM9z9hzYdTQ2aUM3cEV6LWs/view?usp=docslist_api
Sumber:
"Serial Haji Dan Qurban 17: Ciri Khas Haji Yang Mabrur - Ustadz Aris Munandar" di YouTube - https://youtu.be/cfClNZGZDG8
➖➖➖➖➖➖➖
CIRI KHAS HAJI YANG MABRŪR
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول لله و على آله و صحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أما بعد
Kaum muslimīn & muslimāt rahimanī wa rahimakumullāh,
Adalah menjadi impian setiap jama'ah haji untuk menjadi (mendapatkan) haji yang mabrūr karena haji yang mabrūr tidak ada balasannya kecuali surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Juga bagi orang yang hajinya mabrūr ketika dia pulang maka pulang dalam keadaan bagaikan bayi yang lahir dari perut ibunya.
Oleh karena itu, adalah harapan setiap orang yang pergi haji yaitu ingin mendapatkan predikat haji yang mabrūr.
Maka menjadi satu hal yang patut untuk kita kaji bersama adalah "Seperti apa ciri orang yang hajinya adalah haji yang mabrūr?"
Berikut ini adalah perkataan seorang ulama besar di masa tābi'īn, Al-Hasan Al-Bashri rahimahullāhu Ta'āla;
قَالَ الْحَسَنُ: الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ هُوَ أَنْ يَرْجِعَ زَاهِدًا فِيْ الدُّنْيَا رَغِبًا فِيْ الْأَخِرَةِ
Beliau mengatakan bahwasanya (yang dimaksud dengan) :
"Haji yang mabrūr adalah pulang dari pergi haji dalam keadaan menjadi orang yang zuhud dengan dunia dan semangat untuk mencari bekal akhirat."
Bapak dan ibu kaum muslimīn & muslimāh rahimanī wa rahimakumullāh,
Dalam perkataan beliau ini, kita jumpai dua ciri orang yang hajinya adalah haji yang mabrūr.
Ciri tersebut adalah adanya perubahan pada dirinya; berbeda antara sebelum berangkat haji dan setelah pulang haji.
Perbedaannya adalah seperti yang beliau sampaikan:
■ Pertama
Orang yang hajinya adalah haji yang mabrur, yang sebelumnya boleh jadi dulu adalah:
• Pemburu dunia.
• Semuanya ditimbang dengan dunia.
• Semuanya yang ada di pikiran hanyalah uang dan harta.
(Dari bangun tidur sampai tidur lagi, bahkan mimpinya pun memimpikan dunia karena demikian rakusnya dengan dunia.)
• Semuanya dihitung dengan materi (uang).
(Apakah ini menghasilkan uang ataukah tidak, tidak hitung-hitungan apakah ini menghasilkan pahala dan ridhā Allāh Subhānahu wa Ta'āla.)
Akan tetapi setelah pulang haji dia menjadi zuhud terhadap dunia.
Maka dia menjadi orang yang:
√ Menyikapi dunia secara proporsional.
√ Menjadikan dunia ditangannya dan tidak dihatinya.
Dunia bukanlah orientasi pokoknya meskipun dia adalah seorang yang perhatian dengan urusan dunia dan memajukan bisnis dan usaha, namun itu semua dia sadar adalah titipan.
Itu semua dia letakkan ditangannya dan tidak dia letakkan di hatinya.
Itulah orang yang zuhud dengan dunia.
■ Kedua
Orang yang hajinya adalah haji yang mabrūr, maka setelah pulang haji dia menjadi orang yang "rāghiban fil ākhirat" yaitu orang yang semangat untuk berburu bekal yang akan di bawa ke akhirat.
Maka sebagaimana dia bersemangat beribadah saat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, maka semangatnya itu dia upayakan untuk tetap terjaga.
Setelah pulang ke tanah air, maka dia;
√ Lebih semangat untuk mencintai masjid.
√ Semangat untuk pergi kemasjid dalam rangka shalat berjamaah.
√ Lebih semangat untuk melakukan berbagai macam amal shalih dan amalan kebajikan.
Karena dia adalah orang yang rāghiban fil ākhirat;
√ Orang yang menjadi pemburu akhirat.
√ Orang yang sangat bersemangat untuk mendapatkan nikmat akhirat.
Maka orientasinya adalah orientasi akhirat. Dunia yang dia kerjakan, dia pikirkan bagaimanakah perkara dunia ini juga menghasilkan nilai akhirat.
Inilah keadaan orang yang hajinya adalah haji yang mabrūr.
Maka, manakala kita jumpai pada diri kita, setelah kita menyelesaikan kegiatan ibadah haji dan setelah pulang ke tanah air, nampak pada diri kita dua hal ini.
Yaitu:
√ Kita t